Devil's Fruit (21+)

Tim Blanche Bekerja Sama dengan Pasukan Malaikat



Tim Blanche Bekerja Sama dengan Pasukan Malaikat

0Fruit 1591: Tim Blanche Bekerja Sama dengan Pasukan Malaikat     

Nafael membuka matanya kembali dan menghela napas. "Iblis benar-benar keterlaluan dan mempengaruhi manusia untuk menciptakan penyakit ini."     

Jovano hendak bertanya lebih lanjut, tapi mendadak saja sudah ada suara raungan pelan dari arah bawah sana tempat manusia sedang dilanda penyakit aneh dari virus misterius.     

Kening Jovano berkerut.     

"Oaarghh! Arrghhh!" Mendadak saja, orang yang sepertinya terinfeksi virus itu mulai bergerak aneh dan mencurigakan. "Oaaghhh!" Tangannya meraih orang di dekatnya, mencekik leher, lalu menggigit lehernya.     

Tentu saja yang digigit terkejut bukan kepalang. "Hei! Hei! Apa-apaan kau ini!" Dia tidak menyangka ketika sedang berjalan di jalanan kota yang mulai sepi untuk membeli kebutuhan sehari-hari, mendadak diserang orang aneh.     

Gigitan itu dilepaskan dan orang itu segera berlari menjauh dari pasien yang mendadak terinfeksi tanpa sempat dibawa ke rumah sakit.     

"Jovano, virusnya mulai bermutasi dengan cara tak lazim!" seru Nafael sambil dia bergegas turun ke bawah. "Tuanku, atas kehendakMU, biarlah ini terangkat dan bersih!"     

Setelah itu, tangan Nafael segera melepaskan energi putih yang menerjang pasien yang menggigit tadi. Dalam hitungan detik, orang tersebut mulai sadar dan bertingkah normal, hanya saja tubuhnya masih lemah.     

"Aku … aku kenapa di sini?" Orang itu bingung.     

Jovano lekas berubah menjadi sosok solid tanpa ada yang melihat dan berlari ke orang tadi. "Bro, ayo aku antar kamu pulang. Di mana rumahmu?"     

Orang itu heran dengan tawaran Jovano, tapi saat menatap mata Jovano, seakan ada energi yang membuat dia tak bisa menolak. Tentu itu adalah kekuatan rayuan milik ras Incubi dan Succubi. Hanya saja, Jovano menggunakannya untuk tujuan baik.     

Sementara itu, Jovano mendadak menyadari bahwa orang yang tadi digigit, kini mulai bertingkah aneh seperti zombie kesurupan mencari korban.     

"Hii! Apa itu?" Orang yang sedang diantar Jovano sampai memekik ketakutan melihat orang tadi.      

Jovano ingin tertawa, dia membatin, 'Padahal itu juga gara-gara kau, ntong!' Tapi, alih-alih mengucapkan apa yang ada di benaknya, dia bergegas menarik orang tadi untuk berlari menjauhi si zombie kesurupan.     

Sementara itu, Nafael kembali meminta izin pada Sang Sumber untuk memulihkan kesadaran dan kesehatan si zombie kesurupan. Setelahnya, orang itu juga linglung dan teringat kejadian sebelumnya. Dia lekas berlari pulang dan urung berbelanja.     

Nafael menyaksikan semua peristiwa tadi dengan matanya sendiri dan merasa semakin heran bercampur curiga. Ini terlalu vulgar. Serangan iblis yang memakai tangan manusia ini terlalu vulgar dan kurang ajar!     

"Gawat! Rumah sakit!" Nafael segera melesat terbang ke rumah sakit paling banyak menampung pasien penyakit aneh. Intuisinya mengatakan bahwa dia harus lekas ke sana.     

Benar saja. Di rumah sakit yang penuh akan pasien penyakit aneh, mereka sudah berubah sikap bagaikan zombie kesurupan meski penampilannya masih manusia biasa. Mereka mulai menyerang orang sehat di dekat mereka.     

Nafael memohon restu dari Sang Sumber untuk menyembuhkan mereka semua. Setelah itu, dia melepaskan energi healing yang besar untuk melingkupi rumah sakit itu.     

Dalam waktu cepat, seluruh orang sakit di rumah sakit, baik yang berpenyakit aneh maupun tidak, sembuh sempurna.     

"Astaga, sepertinya aku terlalu berlebihan menebarkan kekuatan healingku." Nafael mengembuskan napas, tak berdaya sambil memijat keningnya.     

Jovano muncul di sebelah Nafael dalam bentuk tubuh astral dan melihat semua pasien heboh karena mendadak mereka sembuh semua secara sempurna.     

"Ha ha … ada apa nih, Kak Naf?" Jovano semakin mengakrabkan diri saja dengan si malaikat. "Kenapa sampai yang patah tulang, kanker otak, dan koma mendadak bisa jingkrak-jingkrak begitu?"     

"Jangan tanya." Nafael terlalu malu mengatakannya. Padahal, tanpa dia mengungkapkan saja, Jovano sudah bisa memahami dengan cepat.     

Akhirnya, Tim Blanche diturunkan untuk misi penyelamatan manusia dari penyakit aneh yang diciptakan manusia jahat yang dipengaruhi iblis.      

Tim Blanche menyebar ke seluruh bumi agar lekas selesai tugas kemanusiaan itu.     

Mereka terus melakukan pembersihan atas virus misterius yang menginfeksi manusia selama beberapa hari ini.      

Mereka juga bekerja sama dengan malaikat-malaikat bawahan Nafael untuk menyembuhkan manusia-manusia yang terinfeksi.      

Meski para malaikat itu merasa risih karena harus bekerja bersama iblis, namun karena Nafael sudah mengatakan demikian, mereka patuh. Itu karena tingkat Nafael lebih tinggi dari mereka dan mereka memercayai Nafael diperintah langsung oleh Sang Sumber untuk itu.     

Sementara, terkadang ketika para malaikat itu menyembuhkan manusia yang terinfeksi dan bertingkah ala zombie kesurupan, Tim Blanche akan membantu menyingkirkan iblis-iblis remeh yang berlagak ingin mempengaruhi manusia. Bahkan para jin bersemangat ingin menyusupi tubuh manusia.     

Namun, Tim Blanche tentu tidak mengizinkan itu terjadi. Mereka memusnahkan iblis dan jin-jin jahat yang ingin mencelakai manusia.     

Tindakan tegas Tim Blanche dilihat oleh para malaikat yang bekerja bersama dan mereka bingung kenapa ada iblis yang sungguh menginginkan melindungi manusia seperti Tim Blanche.     

"Aku pikir hanya kaum Purgoro saja yang menjadi iblis di jalan Tuan Agung. Ternyata kalian pun demikian." Salah satu dari malaikat itu bertutur setelah melihat bagaimana Andrea melenyapkan iblis besar yang hendak menghalangi mereka untuk menolong manusia.     

"Ho ho ho … kami tidak peduli apa ras kami, pokoknya kami berada di pihak manusia!" Andrea berkata dengan dada membusung bangga sambil mengusap cepat hidungnya.     

Malaikat itu seakan menyesal sudah memuji Andrea. "Tapi tetap saja kebanggaan berlebihanmu itu warisan dari leluhur tuamu." Dia menggelengkan kepala beberapa kali sambil memejamkan mata.     

Andrea menjulurkan lidah, tak peduli. Lalu dia mengajak suaminya untuk mencari iblis lain untuk dihajar.     

"Kalian sungguh tulus ingin menolong manusia?" tanya seorang malaikat pada Voindra yang baru saja menebas hancur iblis setinggi 5 meter dengan tubuh penuh otot.     

"Hah? Menolong manusia? Yah, tak masalah bagiku. Apapun yang ketua timku ingin, maka aku ikut saja. Toh aku bisa tetap bersenang-senang! Woohoo! Siapa lagi yang ingin merasakan cakar kristalku? Yuhuu iblis sialan! Yang mungil, yang berotot, sini main dengan Kak Voi dulu, sini!"  Voindra sudah mirip wanita psikopat yang kecanduan membasmi iblis dan jin jahat.     

Malaikat tadi hanya bisa menghela napas melihat tingkah liar Voindra yang sebenarnya sah-sah saja asalkan tidak merugikan manusia.     

"Hei kau, sebenarnya apa tujuanmu bersedia menolong manusia?" Kali ini ada malaikat yang bertanya pada Vargana ketika menyaksikan ketegasan wanita muda itu membunuh seorang iblis besar menggunakan cemeti yang diselimuti aura hitam berbahaya setajam golok.     

Vargana berhenti, memandang malaikat yang bertanya padanya, dan menjawab, "Kau sendiri, apa tujuanmu bersedia menolong manusia saat ini?" Tangan yang memegang cemeti bergoyang santai sembari tangan bebas satunya berkacak pinggang.     

Malaikat itu diam sejenak untuk merenungkan pertanyaan yang tak disangka-sangka datang dari rekan iblisnya. "Aku melakukan ini atas perintah Tuan Nafael yang telah diperintahkan oleh Tuan Agung."     

"Ya sudah, aku juga sama! Kita sama, makanya tak perlu saling menanyakan itu! Oke!" Vargana tersenyum dan menoleh ke suaminya. "Yok, sebelah timur sana sepertinya belum kita jamah!"     

Malaikat tadi menyaksikan Vargana dan Pangeran Abvru mulai bergerak ke timur, lalu dia mengikuti dari belakang. Para malaikat hanya ditugaskan Nafael untuk menyembuhkan saja, sementara Tim Blanche yang akan melawan makhluk astral yang hendak menghalangi mereka.     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.