Devil's Fruit (21+)

Penyakit dan Virus Misterius Mulai Lenyap



Penyakit dan Virus Misterius Mulai Lenyap

0Fruit 1593: Penyakit dan Virus Misterius Mulai Lenyap     

Wynde tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Andrea. Dia sedikit gugup berhadapan dengan empunya mansion.     

"Aha ha ha …." Nona Wynde tertawa canggung. "Nyonya … kenapa … kenapa bertanya seperti itu?" Wynde mengusap lengannya dengan sikap canggung.     

Mata Andrea mengerling ke Wynde seraya tersenyum saat dia menjawab, "Bagaimana menurut Miss Wyn tentang Kevon?" Dia mengajak Nona Wynde berjalan menyusuri pelataran taman depan yang sangat luas.     

"Itu … saya tidak berani menjawab pertanyaan Nyonya." Nona Wynde menggeleng pelan sambil memulaskan senyum di akhir kalimatnya saat menoleh ke Andrea.     

Alis Andrea terangkat tinggi-tinggi dan bertanya, "Kenapa? Apakah menurut Miss Wyn, aku ini sosok yang mengerikan?" Dia membalas senyum Nona Wynde sambil mereka berjalan bersisian.     

"Saya tidak menganggap seperti itu, hanya saja … Kevon adalah muridku, dan rasanya seperti kurang pantas apabila membicarakan asmara dalam status kami berdua." Nona Wynde menjawab hati-hati. Bisa saja Andrea sedang mengujinya.     

"Guru dan murid hanya apabila kalian di dalam ruang belajar saja, kan? Selebihnya kalian bisa menjadi teman atau apapun sesuai kesepakatan kalian." Andrea sepertinya kambuh penyakit mak comblangnya.     

Dulu dia sudah mencomblangkan Rogard dan Kyuna, juga menyatukan Shelly dan Kenzo saat Shelly ragu menerima cinta Kenzo.     

Sekarang, mendadak dia tergelitik ketika mengetahui Kevon menyukai Nona Wynde meski itu adalah murid dan guru. Sebelum ini, dia sudah beberapa kali membantu Miloz dan Blyn karena sadar Miloz menyukai Blyn.     

Hanya saja, Blyn agak kurang peka dan menganggap Miloz kawan baik. Mungkin nanti Andrea bisa lebih berusaha lagi menyatukan dua anak muda itu.     

Nona Wynde semakin bingung, kenapa Andrea seakan ingin dia dan Kevon menjadi pasangan? Bukankah harusnya Andrea tidak mengizinkan itu terjadi?     

'Ini dia sedang menguji aku atau bagaimana, sih?' Nona Wynde memekik di benaknya.     

"Um … saat ini saya sedang tidak fokus dalam mencari pasangan. Sementara ini saya masih lebih menyukai kebebasan dan memiliki kawan sebanyak mungkin." Nona Wynde hanya bisa memberikan kalimat itu sebagai jawaban aman.      

"Jadi … besok ada kemungkinan Miss Wyn berubah pikiran?" tanya Andrea.     

"Entah, Nyonya. Saya tidak bisa melihat masa depan." Nona Wynde menggeleng pelan.     

"Sebenarnya, Miss Wyn, aku sama sekali tidak keberatan jika kau berpasangan dengan Kevon. Dia anak baik dan menyenangkan. Kamu setuju penilaianku itu, Miss Wyn?" Andrea berhenti sejenak.     

Nona Wynde mau tak mau ikut berhenti berjalan dan menghadap ke Andrea. "Se—setuju, Nyonya!"      

"Jadi, apabila Miss Wyn tertarik pada Kevon, aku mewakili orang tuanya, tidak akan menghalangi kalian, asalkan kalian saling tulus, maka semuanya baik-baik saja untukku." Andrea mengerling jenaka ke Nona Wynde.     

-0—00—0-     

"Sepertinya ini sudah semua, ya kan?" Jovano menatap Shona lalu beralih ke Nafael.     

Shona mengangguk dan berkata, "Sudah semua, Jo. Kita berhasil melenyapkan penyakit dan virus aneh itu dari Jepang."      

"Semoga saja kerabat kita lainnya juga sukses di negara lain." Jovano berharap dengan sungguh-sungguh. Dia sudah mirip ibunya, selalu memberikan kasih sayang pada manusia melebihi ke ras lainnya.     

"Ada banyak korban jiwa di kasus penyakit misterius ini, tapi kuakui kau memang sigap dalam bertindak." Nafael berucap sambil melayang tenang di langit.     

"Ha ha ha! Itu juga berkat bantuan Kak Naf!" Jovano tidak mau mengambil semua pujian ke dirinya sendiri. "Dan tentu juga bantuan luar biasa dari Sho." Dia tersenyum hangat ke istrinya.     

Pipi Shona merona sembari dia tersipu senang.     

-0—00—0-     

"Wah! Kau sudah berhasil mengatasi Jepang, yah Jo?" Voindra baru saja membunuh iblis yang mengganggu kinerjanya di Amerika. Kini dia melayang berlumuran darah iblis sambil mendengarkan apa yang disampaikan Jovano.     

"Kak Jo sudah selesai, yah?" Zivena ikut mendengarkan berita dari Jovano melalui anting komunikasi seperti Voindra baru saja.     

Beberapa ribu mil jauhnya dari tempat Voindra dan Zivena bertugas, Vargana juga mendengar kabar dari Jovano yang telah sukses melenyapkan penyakit dan virus misterius dari bumi Jepang.     

"Sial! Kita harus lebih giat lagi, guys!" seru Vargana ke anting komunikasinya dan melesat ke kelompok iblis yang mengadang dia di langit. "Kalian sekelompok pecundang brengsek!"      

Pangeran Abvru melesat mengikuti istrinya membasmi para iblis sembari malaikat anak buah Nafael mulai menyembuhkan satu demi satu pasien yang terjangkiti virus aneh.     

-0—00—0-     

"Kak Jo keren sekali! Sudah selesai di Jepang! Wow!" Gavin semakin bersemangat mendengar Jovano menuntaskan misinya di Jepang.     

"Ha ha ha! Sebentar lagi aku akan pergi ke Asia Tenggara untuk menuntaskan yang di sana, Gav!" Suara Jovano terdengar di anting komunikasi Gavin. "Kamu mau ikut?"     

"Mau, Kak Jo!" Gavin bersemangat. Saat ini dia hanya sendirian saja didampingi satu malaikat anak buah Nafael. Andrea dan Jovano tidak mengizinkan Gavin memunculkan selir-selirnya untuk membantu misi dia karena mereka semua tidak memiliki darah iblis sehingga dikhawatirkan akan celaka jika berhadapan dengan iblis kuat.     

"Lalu, bagaimana dengan Thailand?" tanya Jovano.     

"Di sini lumayan kacau, Kak! Ha ha ha!" Gavin sedikit kewalahan karena tak ada yang membantu dia saat menghadapi iblis. Hanya sesekali saja malaikat yang ikut bersamanya bersedia melawan iblis ketika dia sudah kalah jumlah.     

"Oke, nanti aku ke AsTeng, yah! Gak lama, kok!" Jovano memang berencana akan menyusul Gavin ke Asia Tenggara.     

-0—00—0-     

Dua hari berikutnya, ketika Jovano, Shona, dan Nafael pergi ke Asia Tenggara, kelompok Vargana dan Voindra sudah menyelesaikan misi mereka di benua Amerika.      

"Wuaahh! Amerika sudah bersih!" Voindra berseru senang.      

"Sekarang kita bentuk lapisan pelindung!" Zivena berkata ke malaikat yang menyertai mereka.     

Malaikat itu mengangguk dan dia bekerja sama dengan Zivena memberikan pelindung semacam gelembung yang melingkupi seluruh benua Amerika.     

"Hm, dengan begini, Amerika akan aman dan tidak akan lagi tersentuh virusnya!" Voindra menatap puas kinerja Zivena dan malaikat tadi dari angkasa.     

"Sudah dibuatkan pelindung, yah?" Vargana muncul di sebelah adiknya.     

"Sudah, Kak! Keren yah kalau punya kekuatan semacam itu." Voindra kagum dengan kekuatan Zivena yang memiliki gen malaikat sehingga mempunyai energi healing yang pekat.     

"Kak Jo, di Jepang sudah diberi lapisan pelindung, kan?" tanya Zivena ke kakaknya melalui anting komunikasi.     

"Tentu saja!" Jovano menyahut dari Asia Tenggara. "Tugas hebat itu aku serahkan ke Sho dan Kak Nafael!"     

"Kalian ada di mana sekarang?" Vargana bertanya.     

"Kami di AsTeng bersama Gavin! Masih di Thailand." Jovano memberitahukan lokasinya.     

"Baiklah, karena Eropa sudah dipegang Mama dan Papa, aku rasa kita bisa mulai mengurus China." Vargana sebagai pemimpin tim Amerika, memberikan usul dan disetujui Voindra, Zivena, dan Pangeran Abvru.     

"Sekalian mengurus India dan semua negara di sekitarnya, yah Kak!" Zivena bersuara.     

"Tentu!" Vargana mengangguk.     

"Bagaimana kalau aku dan Zizi ke China, sedangkan Kak Va dan Kak Ab ke India?" usul Voindra. "Agar lebih cepat rampung!"     

"Tak masalah!" Vargana setuju.     

"Perlukah kita membantu Auntie Revka di Rusia?" tanya Voindra, teringat bahwa Revka dan Pangeran Djanh menangani bagian mereka, yaitu di Rusia dan sekitarnya.     

"Aku yakin mereka mampu tanpa kita." Vargana tersenyum. Dia mengakui kehebatan Pangeran Djanh yang luar biasa kuat, maka tak perlu mencemaskan pasangan gila itu.     

-0—00—0-     

Sementara, di dimensi lain, sesosok besar berwarna hitam dengan energi iblis yang sangat pekat, sedang mengetuk-ketukkan jemarinya di meja sembari dia menopang kepala dengan satu tangannya.     

Lalu, datanglah iblis lain menghadap dia. "Tuanku, virus di banyak negara sudah mulai dimusnahkan gerombolan mereka."     

"Hm, tak masalah! Luncurkan rencana selanjutnya!" Sosok itu berucap acuh tak acuh.     

      

Wynde tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Andrea. Dia sedikit gugup berhadapan dengan empunya mansion.     

"Aha ha ha …." Nona Wynde tertawa canggung. "Nyonya … kenapa … kenapa bertanya seperti itu?" Wynde mengusap lengannya dengan sikap canggung.     

Mata Andrea mengerling ke Wynde seraya tersenyum saat dia menjawab, "Bagaimana menurut Miss Wyn tentang Kevon?" Dia mengajak Nona Wynde berjalan menyusuri pelataran taman depan yang sangat luas.     

"Itu … saya tidak berani menjawab pertanyaan Nyonya." Nona Wynde menggeleng pelan sambil memulaskan senyum di akhir kalimatnya saat menoleh ke Andrea.     

Alis Andrea terangkat tinggi-tinggi dan bertanya, "Kenapa? Apakah menurut Miss Wyn, aku ini sosok yang mengerikan?" Dia membalas senyum Nona Wynde sambil mereka berjalan bersisian.     

"Saya tidak menganggap seperti itu, hanya saja … Kevon adalah muridku, dan rasanya seperti kurang pantas apabila membicarakan asmara dalam status kami berdua." Nona Wynde menjawab hati-hati. Bisa saja Andrea sedang mengujinya.     

"Guru dan murid hanya apabila kalian di dalam ruang belajar saja, kan? Selebihnya kalian bisa menjadi teman atau apapun sesuai kesepakatan kalian." Andrea sepertinya kambuh penyakit mak comblangnya.     

Dulu dia sudah mencomblangkan Rogard dan Kyuna, juga menyatukan Shelly dan Kenzo saat Shelly ragu menerima cinta Kenzo.     

Sekarang, mendadak dia tergelitik ketika mengetahui Kevon menyukai Nona Wynde meski itu adalah murid dan guru. Sebelum ini, dia sudah beberapa kali membantu Miloz dan Blyn karena sadar Miloz menyukai Blyn.     

Hanya saja, Blyn agak kurang peka dan menganggap Miloz kawan baik. Mungkin nanti Andrea bisa lebih berusaha lagi menyatukan dua anak muda itu.     

Nona Wynde semakin bingung, kenapa Andrea seakan ingin dia dan Kevon menjadi pasangan? Bukankah harusnya Andrea tidak mengizinkan itu terjadi?     

'Ini dia sedang menguji aku atau bagaimana, sih?' Nona Wynde memekik di benaknya.     

"Um … saat ini saya sedang tidak fokus dalam mencari pasangan. Sementara ini saya masih lebih menyukai kebebasan dan memiliki kawan sebanyak mungkin." Nona Wynde hanya bisa memberikan kalimat itu sebagai jawaban aman.      

"Jadi … besok ada kemungkinan Miss Wyn berubah pikiran?" tanya Andrea.     

"Entah, Nyonya. Saya tidak bisa melihat masa depan." Nona Wynde menggeleng pelan.     

"Sebenarnya, Miss Wyn, aku sama sekali tidak keberatan jika kau berpasangan dengan Kevon. Dia anak baik dan menyenangkan. Kamu setuju penilaianku itu, Miss Wyn?" Andrea berhenti sejenak.     

Nona Wynde mau tak mau ikut berhenti berjalan dan menghadap ke Andrea. "Se—setuju, Nyonya!"      

"Jadi, apabila Miss Wyn tertarik pada Kevon, aku mewakili orang tuanya, tidak akan menghalangi kalian, asalkan kalian saling tulus, maka semuanya baik-baik saja untukku." Andrea mengerling jenaka ke Nona Wynde.     

-0—00—0-     

"Sepertinya ini sudah semua, ya kan?" Jovano menatap Shona lalu beralih ke Nafael.     

Shona mengangguk dan berkata, "Sudah semua, Jo. Kita berhasil melenyapkan penyakit dan virus aneh itu dari Jepang."      

"Semoga saja kerabat kita lainnya juga sukses di negara lain." Jovano berharap dengan sungguh-sungguh. Dia sudah mirip ibunya, selalu memberikan kasih sayang pada manusia melebihi ke ras lainnya.     

"Ada banyak korban jiwa di kasus penyakit misterius ini, tapi kuakui kau memang sigap dalam bertindak." Nafael berucap sambil melayang tenang di langit.     

"Ha ha ha! Itu juga berkat bantuan Kak Naf!" Jovano tidak mau mengambil semua pujian ke dirinya sendiri. "Dan tentu juga bantuan luar biasa dari Sho." Dia tersenyum hangat ke istrinya.     

Pipi Shona merona sembari dia tersipu senang.     

-0—00—0-     

"Wah! Kau sudah berhasil mengatasi Jepang, yah Jo?" Voindra baru saja membunuh iblis yang mengganggu kinerjanya di Amerika. Kini dia melayang berlumuran darah iblis sambil mendengarkan apa yang disampaikan Jovano.     

"Kak Jo sudah selesai, yah?" Zivena ikut mendengarkan berita dari Jovano melalui anting komunikasi seperti Voindra baru saja.     

Beberapa ribu mil jauhnya dari tempat Voindra dan Zivena bertugas, Vargana juga mendengar kabar dari Jovano yang telah sukses melenyapkan penyakit dan virus misterius dari bumi Jepang.     

"Sial! Kita harus lebih giat lagi, guys!" seru Vargana ke anting komunikasinya dan melesat ke kelompok iblis yang mengadang dia di langit. "Kalian sekelompok pecundang brengsek!"      

Pangeran Abvru melesat mengikuti istrinya membasmi para iblis sembari malaikat anak buah Nafael mulai menyembuhkan satu demi satu pasien yang terjangkiti virus aneh.     

-0—00—0-     

"Kak Jo keren sekali! Sudah selesai di Jepang! Wow!" Gavin semakin bersemangat mendengar Jovano menuntaskan misinya di Jepang.     

"Ha ha ha! Sebentar lagi aku akan pergi ke Asia Tenggara untuk menuntaskan yang di sana, Gav!" Suara Jovano terdengar di anting komunikasi Gavin. "Kamu mau ikut?"     

"Mau, Kak Jo!" Gavin bersemangat. Saat ini dia hanya sendirian saja didampingi satu malaikat anak buah Nafael. Andrea dan Jovano tidak mengizinkan Gavin memunculkan selir-selirnya untuk membantu misi dia karena mereka semua tidak memiliki darah iblis sehingga dikhawatirkan akan celaka jika berhadapan dengan iblis kuat.     

"Lalu, bagaimana dengan Thailand?" tanya Jovano.     

"Di sini lumayan kacau, Kak! Ha ha ha!" Gavin sedikit kewalahan karena tak ada yang membantu dia saat menghadapi iblis. Hanya sesekali saja malaikat yang ikut bersamanya bersedia melawan iblis ketika dia sudah kalah jumlah.     

"Oke, nanti aku ke AsTeng, yah! Gak lama, kok!" Jovano memang berencana akan menyusul Gavin ke Asia Tenggara.     

-0—00—0-     

Dua hari berikutnya, ketika Jovano, Shona, dan Nafael pergi ke Asia Tenggara, kelompok Vargana dan Voindra sudah menyelesaikan misi mereka di benua Amerika.      

"Wuaahh! Amerika sudah bersih!" Voindra berseru senang.      

"Sekarang kita bentuk lapisan pelindung!" Zivena berkata ke malaikat yang menyertai mereka.     

Malaikat itu mengangguk dan dia bekerja sama dengan Zivena memberikan pelindung semacam gelembung yang melingkupi seluruh benua Amerika.     

"Hm, dengan begini, Amerika akan aman dan tidak akan lagi tersentuh virusnya!" Voindra menatap puas kinerja Zivena dan malaikat tadi dari angkasa.     

"Sudah dibuatkan pelindung, yah?" Vargana muncul di sebelah adiknya.     

"Sudah, Kak! Keren yah kalau punya kekuatan semacam itu." Voindra kagum dengan kekuatan Zivena yang memiliki gen malaikat sehingga mempunyai energi healing yang pekat.     

"Kak Jo, di Jepang sudah diberi lapisan pelindung, kan?" tanya Zivena ke kakaknya melalui anting komunikasi.     

"Tentu saja!" Jovano menyahut dari Asia Tenggara. "Tugas hebat itu aku serahkan ke Sho dan Kak Nafael!"     

"Kalian ada di mana sekarang?" Vargana bertanya.     

"Kami di AsTeng bersama Gavin! Masih di Thailand." Jovano memberitahukan lokasinya.     

"Baiklah, karena Eropa sudah dipegang Mama dan Papa, aku rasa kita bisa mulai mengurus China." Vargana sebagai pemimpin tim Amerika, memberikan usul dan disetujui Voindra, Zivena, dan Pangeran Abvru.     

"Sekalian mengurus India dan semua negara di sekitarnya, yah Kak!" Zivena bersuara.     

"Tentu!" Vargana mengangguk.     

"Bagaimana kalau aku dan Zizi ke China, sedangkan Kak Va dan Kak Ab ke India?" usul Voindra. "Agar lebih cepat rampung!"     

"Tak masalah!" Vargana setuju.     

"Perlukah kita membantu Auntie Revka di Rusia?" tanya Voindra, teringat bahwa Revka dan Pangeran Djanh menangani bagian mereka, yaitu di Rusia dan sekitarnya.     

"Aku yakin mereka mampu tanpa kita." Vargana tersenyum. Dia mengakui kehebatan Pangeran Djanh yang luar biasa kuat, maka tak perlu mencemaskan pasangan gila itu.     

-0—00—0-     

Sementara, di dimensi lain, sesosok besar berwarna hitam dengan energi iblis yang sangat pekat, sedang mengetuk-ketukkan jemarinya di meja sembari dia menopang kepala dengan satu tangannya.     

Lalu, datanglah iblis lain menghadap dia. "Tuanku, virus di banyak negara sudah mulai dimusnahkan gerombolan mereka."     

"Hm, tak masalah! Luncurkan rencana selanjutnya!" Sosok itu berucap acuh tak acuh.     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.