Devil's Fruit (21+)

Tim Blanche dengan Member Baru



Tim Blanche dengan Member Baru

0Fruit 1594: Tim Blanche dengan Member Baru     

Baru saja Tim Blanche merasakan situasi damai di bumi manusia, mendadak saja mulai datang gelombang keributan karena naiknya harga di segala aspek kebutuhan.     

"Padahal kita baru saja menyelesaikan konflik virus penyakit aneh." Shona berbisik di sebelah Jovano saat mereka sedang menonton berita di ruang tengah yang luas.     

"Gila! Perlukah sampai naik begitu tinggi?" Andrea sampai melongo takjub melihat kenaikan berbagai kebutuhan pokok hingga minyak dan gas.     

"Tak hanya Asia yang terdampak, tapi juga Eropa dan Amerika juga. Ini sudah terlalu gila." Dante menatap datar ke berita yang sedang dia tonton di televisi.     

"Pasti ini efek dari virus penyakit misterius kemarin." Jovano memberikan asumsi sambil mengerutkan dahinya.     

"Benar, ini salah satu efek terbesar dari masalah kemarin." Zivena ikut mengerutkan dahi seperti kakaknya.     

Di tempat lain ….     

"Apakah para pemimpin ekonomi sudah kalian hasut?" tanya sosok yang awalnya berbentuk kabut putih dan kemudian menjadi bentuk solid yang besar, kokoh, dan cukup mengintimidasi siapapun yang melihat. Dia duduk sambil berpangku tangan di kursi singgasananya.     

Dia sungguh merupakan iblis yang memberikan rasa menindas jika berhadapan.     

"Sudah, Baginda Yang Mulia. Kami sudah membisiki mereka untuk menaikkan harga-harga dan mengguncang bursa saham juga." Iblis di depannya yang tentu merupakan anak buahnya, memberikan jawaban sembari tundukkan kepala tanpa berani menatap sosok di singgasana.     

"Bagus. Kuharap pemimpin paling utama yang harus kalian bisiki adalah para pemegang finansial terbesar di dunia. Kau paham maksudku, kan?" Sosok dominan itu menatap lurus ke anak buahnya.     

"Tentu, Yang Mulia Terhormat. Tiga orang itu adalah yang paling pertama kami pengaruhi untuk membuat gejolak ekonomi di bumi." Iblis anak buah tersenyum, merasa bangga karena telah melakukan tugasnya dengan baik.     

"Suruh bawahanmu mempengaruhi manusia agar mulai ribut dan bertikai. Hasut mereka agar berpikir bahwa pemimpin negara mereka tidak becus mengatasi krisis, ciptakan kerusuhan sebaik mungkin agar para pemimpin juga saling bertempur." Iblis dominan itu menambahkan perintah.     

"Baik, saya mengerti, Baginda Teragung." Iblis anak buah mengangguk paham.     

"Huh! Setelah tim sialan itu mengacaukan rencanaku akan makhluk bayangan yang sebenarnya sudah nyaris mendekati keberhasilan, mereka juga ingin mencampuri urusanku di bumi." Iblis dominan mendengus keras ketika dia teringat kegagalannya saat memobilisasi sosok yang disebut Tim Blanche sebagai Makhluk Asap Hitam misterius yang dulu sempat membuat huru-hara di bumi.     

"Tim sialan itu!" Sosok iblis dominan menggertakkan giginya saat mengingat masa-masa kegagalannya yang itu. "Padahal aku sudah hampir berhasil! Aku bahkan mengeluarkan usaha yang tidak sedikit untuk membuat makhluk-makhluk itu keluar dari dunia parallel ke bumi!" Dia menghantam pegangan kursi dengan satu gebrakan tangannya hingga hancur berkeping-keping.     

"Dan anak sialan itu … huh!" Iblis dominan itu hanya bisa mendengus ketika teringat dengan satu figur yang sangat dia kenali yang ikut campur dalam insiden pertempuran besar di langit bumi dikarenakan Makhluk Asap Hitam.     

-0—00—0-     

"Bumi semakin dibuat kacau." Nafael bercakap dengan Jovano.     

"Ayo, Kak! Kita patroli untuk mencari tahu apakah ini ada kaitannya dengan iblis yang mendorong adanya virus penyakit aneh itu!" Jovano bangkit berdiri dan mengajak Nafael kembali bertugas.     

"Tentu saja dia orangnya. Sudah pasti. Aku bisa merasakannya." Nafael masih memejamkan mata sambil melipat kedua tangan di depan dada dan melayang tenang di depan Jovano.     

"Aku juga punya dugaan seperti itu, Kak!" Jovano bersiap-siap.     

"Jo, aku ikut, yah!" Shona tak bisa jauh dari suaminya. Dia merasa misi yang diberikan Sang Sumber pada Jovano sangat berat. Jovano harus menjaga kedamaian di bumi, menyelamatkan manusia dari bencana, dan menjaga semua tetap stabil.     

Sementara itu, selalu saja ada iblis-iblis yang ingin bertindak sebaliknya sehingga mempersulit tugas Jovano.     

"Ini hanya patroli biasa saja, Sho. Kamu bisa tetap di rumah, oke?" Jovano mengelus sayang kepala istrinya. Dia sudah 'kehilangan' Serafima, makanya dia selalu memiliki beban di hatinya jika melihat Shona bertarung. Dia takut kehilangan Shona.     

"Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja bersamamu." Shona tersenyum.     

"Kami juga tak boleh dilupakan, ya kan?" Zivena muncul bersama Voindra, disusul Vargana, Pangeran Abvru, Gavin, Kuro, Shiro, dan Zevo.     

"Yup! Kami tetap merupakan tim, maka kita harus melakukannya bersama-sama." Voindra mengangguk tegas, diikuti yang lainnya.     

"Kalian …." Jovano terharu melihat solidaritas rekan dan saudara-saudaranya.     

"Jo! Jangan remehkan aku meski aku bukan iblis sesungguhnya." Kuro tersenyum penuh percaya diri.     

"Kita hajar siapapun yang berani menghalangi misi Kak Jo!" Gavin berseru dengan semangat tinggi.     

Jovano tersenyum. "Ayo!"     

"Bolehkah aku ikut?" Tiba-tiba, muncul Kevon di antara mereka yang sedang berdiskusi di halaman belakang mansion.     

"Kev?" Jovano menatap putra sulung Rogard dan Kyuna. Ada perasaan rumit di hatinya ketika Kevon ingin ikut menjalankan misi. Dia takut tak bisa menjaga Kevon dengan baik jika nanti ada pertarungan yang tak terelakkan dengan iblis.     

"Jangan khawatir! Aku sudah banyak berlatih dengan papa! Aku juga bisa teleportasi dan memunculkan roh senjataku sendiri. Aku tidak akan terlalu membebani kalian, kok!" Sorot mata Kevon penuh akan pengharapan. "Aku … aku ingin berguna juga di sini."     

Jovano tersentuh dengan kalimat terakhir Kevon, maka dia menyahut, "Baiklah! Ayo!"     

Kevon memunculkan roh pedangnya dan menggunakan itu sebagai pijakan dia sehingga bisa terbang melayang di angkasa.     

"Keren! Kevon keren!" Voindra tak bisa menahan kagumnya dengan teknik Kevon terbang.      

"Dia seperti menaiki pedang besar bercahaya!" Zivena menyahut dari samping sambil menatap kagum.     

"Menaiki pedang bercahaya?" Voindra menoleh ke Zivena. "Bagiku, dia justru seperti sedang menaiki skateboard tajam, ha ha ha!"     

"Itu karena bilah pedangnya lebar dan tergolong besar." Vargana tersenyum usai mengatakannya.     

"Kalau begitu, aku juga pastinya boleh ikut, kan?" Kini, Miloz juga muncul.     

"Bro?" Kevon menoleh ke Miloz yang baru hadir di halaman belakang.     

"Aku bertubuh elastis, siapa tahu berguna saat menolong manusia." Miloz tak ingin berdiam diri menyaksikan yang lainnya sibuk melakukan misi. "Aku bahkan mulai memunculkan kekuatan getah, meski tak yakin itu bisa menjadi sesuatu yang berguna nantinya, tapi setidaknya ada hal baru yang aku kuasai saat ini."     

"Baik! Tentu saja kami membuka perekrutan member baru untuk Tim Blanche!" Jovano tersenyum menyambut bergabungnya Kevon dan Miloz di timnya.     

Maka, Tim Blanche muda pun mulai membagi tim kecil berisi 3 orang untuk berpencar dan melakukan patroli misi kemanusiaan.     

Jovano sudah pasti bersama Shona dan Nafael. Zivena bersama Voindra, Gavin dan Kevon. Sementara, Vargana bersama Pangeran Abvru dan Miloz.     

"Ingat, jangan bertindak gegabah kalau bertemu iblis. Jangan lawan sendirian, tetaplah dalam kerja sama kelompok!" Jovano mengingatkan ini ke Tim Blanche, terutama untuk Kevon dan Miloz yang baru saja bergabung.     

Kemudian, mereka melesat ke masing-masing penjuru di malam itu. Sementara, pasukan iblis besar dominan sudah semakin bergerak, bergerilya menghasut manusia untuk saling membenci, saling menyalahkan, dan membangkitkan keresahan akan kejatuhan dunia ekonomi secara global.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.