Devil's Fruit (21+)

Aksi Tim Blanche Baru



Aksi Tim Blanche Baru

0Fruit 1595: Aksi Tim Blanche Baru     

Baru saja Jovano dan Shona beserta Nafael tiba di area yang mereka pilih, sudah ada gerombolan iblis sedang memberikan perintah pada jin-jin bawahan mereka untuk mengacaukan pikiran manusia di daerah itu.     

Melihat kehadiran Jovano dkk, para iblis berteriak agar mereka membubarkan diri.     

"Aku akan mengejar mereka!" Jovano memutuskan akan meladeni para iblis yang melarikan diri.     

Sementara itu, tak jauh dari sana, beberapa pria muda terlihat mabuk, mereka sedang melakukan penodongan ke seorang wanita tua yang baru saja pulang kerja. Ada dua iblis di dekat para pria itu.     

"Ya, bagus! Minta saja uangnya! Dia pastinya punya banyak uang karena baru saja pulang berjualan di tokonya!" Iblis pertama membisikkan itu di telinga salah satu pria.     

"Kau butuh menikmati hidup. Kau layak mendapatkannya setelah apa yang menimpamu selama ini. Kau pantas bersenang-senang setelah ayah dan ibumu tidak lagi menghargaimu." Iblis kedua tak mau kalah dan membisikkan di pria lainnya.     

Maka, pria-pria itu mengikis moral mereka dan membentak si nenek malang, "Mana! Cepat serahkan uangmu!"     

"Cepat berikan, Nenek sialan! Kau ingin lebih cepat menemui dewa, hah?" Lalu pria tadi tertawa keras.     

Si nenek mengerut ketakutan sambil masih mendekap erat-erat tas berisi uang hasil dia menjaga toko seharian ini. Cucunya sakit dan butuh membeli obat sesegera mungkin dengan uang itu.     

"Jangan, aku mohon, jangan. Kali ini, jangan. Aku akan berikan besok atau lusa, tapi jangan hari ini." Nenek itu mengiba tanpa berani menatap para preman tersebut.     

Shona lekas melakukan sesuatu. Dia menampar pria-pria jahat itu. Sementara, kedua iblis yang menyadari kehadiran Shona, mereka mulai mundur dan hendak kabur.     

Namun, Nafael menggerakkan tangannya dan berucap, "Atas izin Tuan Agung, aku memusnahkanmu!"     

Para preman muda yang ditampar Shona, saling menoleh dan kebingungan. "Siapa yang menamparku? Apa kau? Sialan kau, Fujima!"     

"Aku tidak menamparmu! Aku juga ditampar, Daigo brengsek!" Fujima membantah sambil memegangi pipi yang ditampar Shona.     

Tapi, mereka mulai sadar bahwa ada sesuatu yang menampar mereka, hingga mengabaikan nenek yang masih meringkuk ketakutan memeluk tasnya.     

Shona menambahkan pelajaran pada mereka. Dia muncul dengan wujud mengerikan Kuchisake-onna (hantu wanita bermulut robek yang terkenal di Jepang).     

"Kalian berani mengganggu nenek-nenek? Berani mengganggu mereka sama saja kalian mengganggu aku!" Shona menggunakan suara geraman seseram mungkin sambil berjalan ala zombie ke preman-preman itu.     

Meskipun mereka mabuk, tapi tidak buta. Maka, masih memiliki kesadaran, mereka menjerit ketakutan dan lari seperti dikejar anjing rabies.     

"Tolong! Ampun! Ampun!" Mereka melolong sambil berlari kencang.     

Tinggallah nenek itu yang tak berani menaikkan wajahnya karena sempat melihat bahwa Kuchisake-onna ada di dekatnya.     

"Nenek. Jangan takut. Aku tidak akan mencelakaimu." Shona mengubah wujudnya menjadi wanita Jepang biasa dan suaranya juga berubah lembut.     

Maka, nenek itu pun memberanikan diri menengadah dan menemukan bahwa memang yang ada di depannya adalah wanita cantik berkimono sedang tersenyum padanya.     

"Nek, pulanglah dan ambil ini." Shona memberikan dua bungkusan.     

"I—ini apa?" Nenek itu tergagap bingung menerima dua bungkusan kain dari Shona. Ketika dibuka, salah satu bungkusan adalah uang senilai 1 juta yen, membuat mata nenek melotot kaget.     

"Nenek bisa gunakan uang itu untuk kehidupan nenek dan orang-orang tersayang Nenek." Shona berkata.     

Ketika bungkusan berikutnya dibuka, dahi nenek berkerut akibat heran. "Ini … buah peach?" Dia menyentuh buah peach yang cukup besar dan terlihat sudah matang.     

Shona mengangguk. "Berikan itu ke cucu Nenek yang sedang sakit. Dia akan lekas sembuh setelah memakan buah itu."     

Nenek terperangah, tak menyangka bahwa sosok yang tadinya terlihat seperti hantu ternyata begitu luar biasa dan mengetahui isi hatinya. Si hantu tahu kalau cucunya sakit dan malah memberikan buah yang dikatakan bisa menyembuhkan si cucu.     

Setelah berterima kasih berulang kali, akhirnya nenek itu pun bergegas pergi untuk lekas mencapai rumahnya yang sudah dekat.     

Sementara itu, Jovano sudah kembali dan terkekeh. "Aku sudah menyelesaikan mereka."     

Shona dan Nafael mengangguk. Mereka pun melanjutkan perjalanan di malam itu.     

Di tempat lain ….     

"Haarkkhh!" Voindra menjulurkan tangannya dan memerangkap salah satu iblis menggunakan kekuatan kristalnya dan kemudian kristal itu dikendalikan dengan tangan sehingga semakin mengecil hingga akhirnya iblis yang terperangkap segera terperas bagaikan Voindra sedang memeras jeruk. Cairan darah hitam beserta perkedel daging dan cacahan tulang memenuhi kristal.     

Zivena sibuk menangani iblis lainnya menggunakan kekuatan cahaya dia. "Ingin kabur? Cicipi dulu ini untuk oleh-olehmu!" Lalu, cahaya dari tangannya menyambar iblis tersebut dan seketika iblis itu pun musnah.     

Menyaksikan dua gadis muda hebat seperti Zivena dan Voindra, Kevon agak luntur rasa percaya dirinya. Padahal, tadinya dia begitu gagah ketika menyatakan ingin ikut misi malam ini.     

"Bro! Jangan galau." Gavin menepuk pundak Kevon dari samping, lalu tertawa santai dan berkata, "Biasakan saja melihat keganasan mereka dalam bertarung, oke!"     

Kevon melongo dan mengangguk seperti keledai bodoh ke Gavin. Dia tidak mengira ternyata gadis-gadis yang biasanya lembut dan manis di mansion, bisa berubah mengerikan ketika bertempur.     

"Aku … aku tidak menyangka mereka … mereka … seperti itu." Lalu Kevon menelan salivanya.     

"Ha ha ha! Kau belum lihat bagaimana Nyonya Andrea bertarung. Bisa-bisa terkencing-kencing kau nanti!" Gavin makin tertawa keras. Kemudian, dia beralih ke Voindra dan Zivena yang sudah membantai belasan iblis. "Girls, sudah?"     

"Tsk! Hanya diam saja, sungguh tak berguna!" sindir Zivena. Tapi, dia segera teringat bahwa di sana ada Kevon yang masih amatir dan belum terbiasa bertarung secara nyata. "Um, maksudku kau, Gav! Kau!" Dia melotot ke Gavin agar Kevon tidak salah paham.     

Gavin terkekeh sambil berkata, "Loh? Aku ini berguna! Aku di sini untuk menenangkan member baru kita agar tidak syok melihat keganasan kalian." Dia sambil merangkul pundak Kevon.     

Zivena bisa melihat tampang canggung Kevon, bahkan pria muda itu tak berani menatapnya. "Lebih baik kau jauh-jauh darinya. Dia masih polos, jangan cemari dia dengan kebusukanmu!" Dia menatap tajam ke Gavin yang tertawa keras.     

Sementara, di tempat Vargana dan kelompoknya berada ….     

"Errghhh!" Vargana menghalau energi kuat iblis yang dia hadapi menggunakan perisai anginnya, menyebarkan energi yang menyerangnya menjadi serpihan-serpihan.     

"Sayank, kau oke?" tanya Pangeran Abvru dari samping saat dia sedang sibuk menghadapi iblis bagiannya.     

"Oke!" Vargana sambil mengeluarkan kekuatan badai dia untuk mencabik-cabik iblis di depannya. "Miloz, bagaimana denganmu?"     

"Aku … aku baik-baik saja, Kak!" Miloz kebagian mengurus jin karena dia terlalu lemah untuk menghadapi iblis.     

Miloz menembakkan kekuatan getahnya yang kini sudah memiliki elemen asam, sehingga bisa melelehkan apapun yang dilekati, ke jin di depannya.     

"Arrghhh!" Jin di depan Miloz meraung kesakitan saat mukanya disemprot getah asam.      

Mendadak saja, langit terbuka dan keluarlah puluhan iblis besar dari celah kegelapan robekan tadi.     

Salah satu iblis menembakkan energinya ke Miloz.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.