Devil's Fruit (21+)

Bermain-main Sedikit Tak Dihitung Dosa, kan?



Bermain-main Sedikit Tak Dihitung Dosa, kan?

0Fruit 1598: Bermain-main Sedikit Tak Dihitung Dosa, kan?     

Melihat perubahan wujud dari cantik molek ke iblis mengerikan dengan senyum luar biasa lebar berisi deretan gigi-gigi hiu, mana mungkin bos pengedar narkoba dan gadis yang menemaninya tidak berteriak, menjerit-jerit histeris?     

Vargana sengaja mengubah wujudnya seperti setan mengerikan di depan dua orang itu. Bahkan orang yang tadi memimpin jalan ke ruangan bos saja terduduk lemas di sudut ruangan, nyaris pingsan dan jantungnya berdebar kencang karena takut, tak sanggup bergerak dari sana, apalagi Miloz menjaga di ambang pintu.     

Berjalan pelan sambil menggerak-gerakkan kepala yang dibuat lebih besar 5 kali lipat dari kepala manusia biasa dan lehernya dipanjangkan, Vargana mengeluarkan suara ala monster.     

"Ha ha ha … kau bos pengedar narkoba, yah! Kau masih ingin berbisnis barang begituan? Kau yakin bisa menghadapiku sepanjang hidupmu? Bagaimana kalau aku sedikit menciummu? Sepertinya tadi kau berminat denganku." Vargana bertingkah ala setan monster setinggi langit-langit ruangan dengan wujud menyeramkan.      

Matanya mulai dibesarkan selebar piring, sama sekali hilang wujud cantik mempesona sebelumnya.     

Segera, gadis di samping bos pengedar narkoba pingsan karena tak kuat lagi. Bos di sampingnya masih menjerit-jerit ngeri, berharap dia bisa pingsan juga, tapi tak bisa.     

"Sini, biarkan aku memberimu ciuman." Vargana berlagak mengerucutkan bibir monsternya berisi deretan gigi hiu ke arah bos pengedar narkoba.     

"Tidak mau! Tidak mau!" Bos pengedar narkoba berteriak panik sambil berjuang mencari jalan keluar dari sana, tapi nihil. Tubuh besar monster Vargana menutupi semua jalan keluar baginya. Dia laksana tikus yang sudah terpojok di sudut, menunggu dieksekusi.     

Kepala besar monster Vargana mendekat begitu dekat di depan wajah bos pengedar narkoba yang berusaha memejamkan mata.     

"Kau ingin memejamkan mata? Ha ha ha!" Monster Vargana tertawa keras dan kemudian dia membelalakkan mata, membuat si bos pengedar narkoba tak bisa memejamkan matanya dan harus melihat teror di depannya.     

Lidah sepanjang 1 meter keluar dari mulut mengerikan monster Vargana dan menjilat bos pengedar narkoba yang gemetar tak bisa memejamkan mata, pun tak bisa pingsan. Vargana memblokir dua hal itu dari bos pengedar narkoba.      

"Haaarrrhhh …." Pekikan dengan suara bergetar hebat keluar dari mulut bos pengedar narkoba.     

"Masih ingin berbisnis narkoba? Atau aku perlu menciummu terlebih dahulu?" Monster Vargana memberikan tawaran. "Aku ini cantik, bukan? Kau terpikat padaku, bukan?"     

"Arrghh! Arrrkkhh!" Jeritan bos pengedar narkoba mengundang perhatian semua anak buah di lantai bawah. Maka, mereka bergegas naik.     

Namun, yang mereka temui di ruang bos pengedar narkoba adalah sesuatu di luar nalar mereka.     

"Se—setan!"     

"Iblis!"     

"Monster!"     

Mereka memiliki sebutan berbeda-beda saat melihat wujud seram Vargana.      

Ketika orang-orang itu hendak kabur, Vargana cukup menggerakkan jarinya dan mereka semua tertarik ke dekatnya dan dia hempaskan mereka semua ke dekat bos pengedar narkoba. Semuanya dikumpulkan di depan Vargana.     

"Ha ha ha … kenapa ingin buru-buru pergi setelah melihatku? Bukankah tadi kalian bersemangat ketika melihatku datang?" sindir Vargana.     

"Tidak, ampun! Ampun!" Mereka mulai meratap di depan Vargana, tak bisa pingsan maupun memejamkan mata, dipaksa melihat monster mengerikan di depan mata.     

"Kalian masih ingin meneruskan bisnis narkoba?" tanya Vargana sambil pandangan dari mata sebesar piringnya menatap satu demi satu dari mereka, termasuk bos pengedar narkoba.      

"Ti—tidak! Tidak ingin! Tidak ingin!" Mereka berseru ketakutan.     

"Bagus … hi hi hi …." Monster Vargana terkikik memamerkan deretan gigi hiunya pada mulut selebar dari telinga satu ke telinga lain. Dia mengambil referensi hantu Kuchisake Onna sebelumnya.     

"Ampuni kami! Ampuni kami!" Mereka masih meratap dan memohon belas kasihan Vargana.     

"Kalian ingin kuampuni? Baiklah, masuklah ke penjara dan terima ganjaran perbuatan kalian merusak anak muda. Kalian setuju?" Vargana memiringkan kepala besar yang mirip kepala barongsai, hanya jauh lebih seram.     

"Setuju! Setuju!" Mereka tidak berpikir panjang dan langsung menjawab.     

Vargana menoleh ke Miloz yang berdiri diam di pintu. "Telepon polisi!"     

"Baik!" Miloz mengangguk dan mengambil gagang telepon di atas meja, dan menekan nomor darurat polisi sesuai yang dikatakan Vargana.     

"Nah, nah … sambil menunggu polisi menjemput kalian, aku akan katakan sebuah rahasia pada kalian." Monster Vargana menggoyang-goyangkan kepala besarnya sambil semakin memanjangkan lehernya, mirip seperti hantu leher panjang legendaris di Jepang, Rokurokubi.     

"Kuberitahu ke kalian … bahwa banyak wanita cantik di dunia ini, bisa berubah menjadi monster. Yah, bisa jadi mirip aku ini! Ha ha ha! Maka, berhati-hatilah pada wanita cantik! Jangan tertipu dengan wajah cantik atau tubuh seksi, siapa tahu itu aku, ha ha ha!" Kemudian, Vargana tertawa melengking dengan mulut lebar ala Kuchisake Onna.     

Beberapa anak buah bos pengedar narkoba sudah terkencing-kencing di celana. Bahkan bos pengedar narkoba pun memiliki tekad mulai sekarang tak mau lagi mencari wanita cantik untuk menghiburnya. Atau mungkin dia tak akan menyentuh wanita lagi? Biarkan itu menjadi pilihannya sendiri kelak.     

Tak berapa lama, polisi datang dengan beberapa mobil karena ini laporan mengenai markas pengedar narkoba, tak mungkin hanya segelintir saja yang dikirim ke lokasi.     

Sementara itu, Vargana, Miloz, dan Pangeran Abvru sudah tak ada di sana saat polisi masuk ke rumah besar tapi kumuh itu.     

Barang bukti berupa narkoba banyak bertebaran di ruangan-ruangan di sana, sehingga tak perlu mencari saksi lagi.     

"Pak, tolong kami. Tadi ada monster!" Salah satu anak buah bos pengedar narkoba mengadu dengan suara bergetar ketakutan, belum bisa melupakan teror nyata tadi.     

"Kalian ini bicara apa? Ayo! Cepat masuk ke mobil!" tegas polisi sambil mendorong masuk orang itu ke mobilnya.     

Vargana menggunakan fisik astral dia dan masih dalam wujud monster, mendekat dan melambaikan tangan ke para pengedar narkoba beserta bos mereka. Tak lupa senyum ramah selebar mungkin juga diberikannya untuk mengantar kepergian gerombolan itu ke markas polisi.     

Tentu saja mereka menjerit-jerit ketakutan dan mengatakan ke polisi mengenai adanya hantu monster di dekat mereka, tapi mana mau polisi mendengarkan omong kosong tak berwujud? Yang ada, polisi semakin membentak mereka.     

Ketika belasan mobil polisi selesai mengangkut para pengedar narkoba dan menyegel rumah itu, kelompok Vargana sudah berdiri di atas atap, memandang ke iring-iringan mobil polisi.     

"Yuk! Lanjut!" Vargana sebagai ketua kelompok, terbang melesat lebih dulu, diikuti dua lainnya. Dia senang sudah membuat tobat gerombolan pengedar narkoba meski dengan cara ekstrim. 'Yah, bermain-main sedikit seperti tadi dengan mereka, tidak dihitung dosa, kan?' gumam Vargana di hatinya.     

Untuk memudahkan Miloz bergerak leluasa tanpa perlu memperlihatkan wujud solidnya, maka Vargana memberikan selubung energi ke Miloz. Tak hanya itu, dia juga memberikan sayap iblis kecil ke punggung Miloz.     

"Dengan bubble ini, kamu tidak akan terlihat oleh mata manusia, dan sayap hitam itu, agar kau bisa terbang seperti kami." Vargana berkata.     

Senang dengan pemberian Vargana, Miloz sampai ingin menangis saking bahagianya. "Terima kasih, Kak! Terima kasih! Aku akan bekerja keras untuk tim! Aku tidak ingin mengecewakan kalian!"     

"Tapi ingat, kamu hanya tidak terlihat, loh! Masih bisa bersentuhan dengan manusia." Vargana mengingatkan.     

Miloz mengangguk. Dua hal dari Vargana tadi saja sudah luar biasa, maka dia tak berniat meminta lebih dari itu.     

Mereka bertiga mulai bergerak ke tempat lain.     

Sementara itu, Kuro akhirnya tahu bahwa Tim Blanche sedang melakukan misi.     

"Aku juga harus ikut! Aku harus ikut! Pokoknya ikut!" Kuro menjerit kesal karena merasa diabaikan.     

"Sa—Sayank … ingat perutmu, Sayank … kasihan yang di dalam sini." Zevo merangkul istrinya yang sedang hamil.     

Kuro melepaskan diri dari pelukan dan berkata, "Aku ingin ke tempat Mama! Mama!"      

Zevo tak punya pilihan selain membopong istrinya ke mansion Andrea.     

Ketika tiba di mansion, Kuro segera mengatakan keluh-kesahnya ke Andrea. "Mama! Kenapa aku tidak diajak melakukan misi? Apakah karena aku bukan iblis murni?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.