Devil's Fruit (21+)

Semakin Dekat, Semakin Stres!



Semakin Dekat, Semakin Stres!

0Fruit 40: Semakin Dekat, Semakin Stres!     

=[[ Andrea POV ]]=     

"Tidak bisa. Puteri harus tetap di sini sampai berusia genap 17 tahun." Dasar Kencrut tukang pemaksa! Liat aja, ntar gue suruh Bokap pecat dia! Eh, tapi... bukannya gue ini benci selangit ama Bokap gue? Ih, najis kalo gitu minta bantuan dia!     

"Trus, gue gimana kalo mo mandi ato ganti baju, Kencrut?!"     

"Kencrut?!" Kening si Cuk berkerut. Tapi sialannya kenapa masih aja keliatan ganteng, sih? Ups! Gak, kok beb. Elu tetep yang paling aduhai di mata gue.     

"Iya. Gue manggil dia Kencrut karena dia ini tukang rempong plus nyebelin."     

"Hahaha... Panglima perang Kenz bisa berubah jadi Kencrut. Hahaha... Puteri, selera humormu memang mengagumkan!"     

Sialan. Si Cuk malahan ngakak.     

Hari itu, gue kudu rela hidup gue diusik makhluk-makhluk dunia lain. Mungkin yang kayak gini ini yang dinamakan makhluk astral. Makhluk pengganggu kesejahteraan hidup manusia!     

Untungnya sih kagak sengeri yang ada di tayangan-tayangan TV. Jejangan TV itu penyesatan? Jejangan makhluk dunia lain aslinya cakep-cakep? Gue jadi curiga...     

Bodo, ah! Pokoknya gue lega karena malam ini bebeb mau nginep bareng gue di sini. Tapi gue curiga, jejangan bebeb nginep gegara para Pangeran itu? Apa gue musti ngeronda jagain bebeb, yak? Gue udah bisa punya kekuatan Iblis yang katanya tahan kagak tidur itu?     

Tapi, kan gue... gue benci kekuatan gue nantinya! Ogah! Gue kagak mau bergantung ama gituan! Gue udah jijik nerima kenyataan gue berdarah Iblis. Jejangan ntar warna darah gue item! Iblis kan identik ama yang item-item en jelek!     

Dan sekarang gue gak tau gimana biar bebeb Shelly aman dari para predator tingkat tinggi yang tersebar di dekat gue ini.     

Haahh... mendadak lunglai.     

Mana bisa gue bersaing ama mereka?     

Meski gue udah secakep ini, udah dandan ala Boyband, tetep aja muka gue dibilangnya imut gemesin. Etdah! Apalagi bodi cungkring gue, bikin mereka kagak yakin gue ini cowok macho. Kzl, kan?     

Tau, kan ama artis imut Park Shin Hye dari Korea yang main di drakor You're So Beautiful itu, loh! Bareng ama Jang Geun Seok. Lah, ini napa malahan ngomongin soal drakor, deh? Yah, pokoknya... Kira-kira muka gue seimut itu... katanya, sih.     

:small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond:     

=[[ Author POV]]=     

"Kenapa wajahmu amat kusut, wahai sepupu?" Revka sudah muncul di apartemen Dante. Ia berjalan ke arah Dante dengan langkah elegan namun menggoda. Kaki jenjangnya hanya memakai rok super mini dipadu kaos ketat sepinggang.     

Ia kerap berpenampilan minim jika di depan Dante. Wajar saja, karena dia memang menyukai Dante dan berharap pria itu menaruh pandangan spesial padanya. Namun, ini sudah sangat lama tahun berlalu, dan Dante masih saja kokoh tidak tergoda.     

"Jangan ganggu aku, Revka." Dante tampak abai ke Revka. Ia masih asyik menekuni layar ponselnya. Hidup berbaur dengan manusia mengharuskan Dante juga bisa menangani semua alat-alat yang digunakan manusia. Itulah sebabnya selama beberapa tahun terakhir dia di dunia manusia, dia rajin bergumul dengan ponsel dan gadget lainnya.     

Terakhir Dante berburu keturunan Iblis adalah 3 tahun lalu. Dikarenakan dia mengeluarkan tenaga cukup besar untuk membunuh Cambion biasa incarannya, Pengawas mengejarnya. Dan Dante berhasil lolos masuk ke alam Antediluvian dan berdiam tenang di sana sebelum akhirnya kembali ke bumi manusia untuk berburu Andrea.     

"Ayolah. Kau bisa bercerita padaku. Atau... aku bisa menghiburmu..." Revka seenaknya duduk di pangkuan Dante, dan jemari lentiknya mengelus seduktif dada Dante yang telanjang, mencoba agar perhatian Dante ke ponsel beralih ke dirinya yang memikat.     

Tapp!     

Dante menangkap tangan sepupunya. "Jangan menggangguku, Revka. Pulanglah ke tempatmu sendiri."     

"Tidak mau." Revka berikan wajah merajuk. Ini bukan ending yang dia harapkan. Hal yang amat dia harapkan adalah Dante membopongnya ke kamar dan merebahkan dia di atas kasur. Itu! Sayangnya, itu hanya harapan sia-sia. "Tidak sebelum kau menciumku atau memelukku."     

Karena tak yakin, pesimis akan Dante yang akan membopong ke kamar, Revka pun rela menurunkan harapan sedikit lebih rendah. Jika dia bisa mendapatkan ciuman ataupun pelukan sang sepupu tercinta, rasanya itu juga tidak buruk untuk langkah pertama.     

"Aku sedang tak berminat main-main denganmu, Revka. Pulanglah. Kau tak perlu jadi pelampiasan kesalku." Tangan Dante menyingkirkan tubuh seksi Revka ke pinggir. Gadis cantik itu nyaris jatuh terjerembab ke lantai.     

Revka sudah ingin berteriak kesal. Namun, ia harus menahan semua amarah. Dante tidak suka gadis yang suka berteriak-teriak berisik. Oleh karena itu, kepribadian Revka mendadak halus dan lembut jika di depan Dante.     

"Kenapa kita tidak ke kamarmu saja dan kau bebas lampiaskan apapun padaku di sana... seperti dulu itu..." Kini jemari lentik Revka merayap ke pangkal paha Dante.     

Ya, dulu. Dulu memang pernah terjadi. Namun, itu juga atas muslihat Revka yang memberikan ramuan istimewa hingga Dante tunduk pada kemauannya. Dan sejak itu, Dante selalu waspada pada Revka, tak mau lagi terjebak pada tipu daya Revka.     

Revka dengan tak tau malunya kembali duduk di pangkuan Dante dengan sikap agresif, menggesekkan selangkangannya pelan dan pasti pada paha Dante.     

"Hentikan, Revka!" Dante sampai harus berteriak sambil mendorong agar Revka bangkit dari pangkuannya. "Tak perlu ungkit-ungkit hal lalu! Itu adalah sebuah kekonyolanku saja! Itu hanya kebodohanku!"     

"Kekonyolan? Benarkah?" Revka mengalah dan berdiri saja di depan Dante. "Malam penuh gairah membara dan kau bilang itu adalah kekonyolan? Hah! Aku tercengang mendengarnya."     

Tiba-tiba muncul anak buah Revka, berlutut di depan Dante dan Revka. "Salam, Tuan Dante dan Nona Mulia Revka."     

"Ya, Orge. Ada apa?" Revka menoleh ke bawahannya. Agak kesal karena terganggu disaat sedang merayu Dante.     

Orge menatap ke Revka meski masih berlutut menggunakan satu kakinya saja. "Ada yang hamba ingin laporkan pada Nona Mulia."     

"Humm... baiklah. Ayo." Melirik sekejap ke Dante, kemudian Revka dan Orge pun menghilang dari apartemen Dante.     

"Fuuhh..." Dante hembuskan nafas leganya. "Akhirnya pergi juga si pengganggu." Ia menyisir rambut panjangnya menggunakan jemari. "Erefim. Aku ingin wine terbaik. Lekas carikan."     

"Siap, Tuan muda."     

:small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond::small_blue_diamond:     

"Nona Mulia Revka..."     

Revka dan Orge sudah sampai di apartemen pribadi milik Revka. Ia hempaskan pantat pada sofa berlapis bulu macan tutul yang empuk.     

"Ya, Orge?" Revka sudah duduk arogan di atas sofa, siap menerima laporan dari Orge.     

"Tampaknya para Pangeran Incubi menetap di kediaman Andrea."     

"Hah? Benarkah?" Kening Revka berkerut tak senang.     

"Benar. Tadi hamba sudah mendapatkan informasi itu dari para peri cilik, dan hamba saksikan sendiri dengan mata kepala hamba bahwa ketiga Pangeran Incubi berada di kamar Andrea siang ini."     

"Sialan!" Raut cantik Revka jadi cemberut bengis. Suara pun sudah dalam saking kesalnya.     

Dada padat Revka turun-naik akibat rasa benci dan iri pada Andrea. Ia benci karena gara-gara Andrea, Dante jadi terobsesi ke Cambion itu dan mengabaikan dirinya, meski Dante berhasrat membunuh, bukan maksud lainnya.     

Tapi Revka tak peduli. Baginya, Andrea sudah merebut perhatian Dante darinya. Dan Orge pun menceritakan hasil temuannya, mengenai hari spesial kebangkitan kekuatan Andrea nantinya. Tentu saja Revka tersenyum senang mengetahuinya.     

Sang budak memang jarang mengecewakannya.     

"Orge!"     

"Siap, Nona?"     

"Kemarilah..." ujar Revka sembari buka pahanya sehingga kulit mulus itu jelas terpampang apa adanya di depan Orge.     

Sang budak pun paham. Pria Nephilim gagah itu pun berlutut di depan Revka dan sigap mengerti apa kemauan majikannya. Ia merundukkan wajahnya ke sebuah area spesial milik Revka.     

Ini bukanlah hal aneh bagi mereka berdua. Revka kerap menjadikan Orge sebagai objek lain selain budak biasa. Juga sebagai budak seks. Dikarenakan Orge pintar melaksanakan tugas dari Revka, menjadikan Revka senang dan memberikan hadiah 'spesial' untuk Orge.     

Tidak perlu menyebutkan moral antara majikan dan bawahan. Bagi Revka, kapan pun dia menginginkan, maka Orge harus patuh dan siap.     

Tentu saja ini bukan hal sulit bagi Orge yang mesum. Dia dengan senang hati melayani kemauan istimewa Revka, kapan pun. Toh Revka cantik, seksi, idaman banyak pria Nephilim.     

"Aaahhh... Orge... kau... kau selalu saja tau titik lemahku. Ermmghh... uurrfhh... ya... yaahh... di situ... mmrghh... enak sekali... terusss... haanghh..." Revka makin lebarkan pahanya memberikan akses lebih bebas bagi lidah Orge menyapu area intimnya usai celana mungilnya dihentak lepas oleh sang budak, penuh semangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.