Devil's Fruit (21+)

Terhisap



Terhisap

0Fruit 44: Terhisap     

Andrea merasakan level stres dalam dirinya menanjak naik semenjak ia mengalami metamorfosa menjadi sosok yang--baginya--menjijikkan. Sungguh, dia sama sekali tidak menyukai wujudnya sekarang. Terlalu... berlebihan.     

Ini sudah hari ke-3 dan masih saja banyak pria yang berusaha menempelinya. Tak hanya para siswa, para guru pun berusaha berinteraksi dengan Andrea dengan berbagai alasan.     

Kehadiran Andrea benar-benar memukau mereka semua yang berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan para perempuan hanya bisa gigit bibir menahan iri.     

Tentu saja tidak untuk Shelly. Dia justru senang melihat sahabatnya terlihat jauh lebih feminim. Seolah Andrea sudah kembali ke kodratnya sebagai perempuan yang semestinya.     

Bukan berarti Shelly tak suka Andrea yang tomboy. Ia bisa menerima apapun Andrea, terlebih yang sekarang. Setidaknya dia berharap bisa mengobrol hal yang berbau girly nantinya dengan Andrea.     

Silahkan saja berdoa untuk itu, Nona Shelly. Namun, jangan terlalu berharap tinggi atau kau akan sakit jika terjatuh.     

"Ndrea~ tunggu~" Shelly tampak kesusahan menjajari langkah Andrea yang setengah lari karena jengah dikejar-kejar murid lelaki di sana dan sini. Kadang Andrea heran, kenapa para artis kok justru senang sekali menjadi pusat perhatian?     

Andrea menoleh ke belakang, hentikan langkahnya dan tangkap pergelangan tangan Shelly. "Aku muak banget keadaan gini. Muak!" marahnya.     

Mereka pun berjalan beriringan. Shelly mengusap-usap lengan Andrea, berusaha menenangkan. "Sabar, ya Ndre. Kamu hanya belum terbiasa aja ama kondisi kamu gini. Apalagi kata Kenzo kamu harus kendalikan amarah."     

"Ya, butuh ratusan tahun lagi mungkin, baru dah aku bisa terbiasa." Andrea terus saja bersungut-sungut di depan Shelly. Dia seakan meremehkan peringatan dari Kenzo. Ia berhenti sejenak, menoleh ke sahabat tercinta. "Sori, beb... aku jadi lepas kontrol gini ke kamu. Iya, sih... harusnya aku gak lampiasin kesel ke kamu. Sori, yah..." Ia kecup punggung tangan Shelly.     

Gadis manis itu tersenyum manis ketika Andrea mengecup tangannya. Detik berikutnya, ia elus-elus puncak kepala sang sahabat. "Gak apa. Aku paham, kok kalo kamu lagi sebal. Yuk, kita pulang..."     

Andrea pun balas tersenyum. Dia selalu bersyukur punya Shelly yang pasti bisa memberikan rasa adem dan tentram dalam situasi apapun.     

Tapi--     

Swoosshh~     

"Aawwghh!" Shelly terpekik karena tiba-tiba saja badannya sudah melayang dan menghempas dinding ruang aula belakang.     

"BEB!" jerit Andrea tak terima. Ia langsung lari ke Shelly untuk menolong sahabat kesayangannya. "Beb, kamu ada yang sakit?"     

"E-enggak, kok. Cuma kaget..." bohong Shelly. Padahal punggung dan pantatnya nyut-nyutan. Daripada melihat Andrea panik, lebih baik ia tahan sedikit rasa sakit itu.     

Andrea menoleh ke orang yang telah menyebabkan kesayangannya begini. "LO! DASAR PEMAKAN BANGKE TENGIK!" Mata Andrea tajam menyorot pada Dante yang menatap intens. Ia pun membantu Shelly berdiri dan kemudian melesat maju ke Dante dengan maksud ingin menghajar sebogem dua bogem.     

Kenzo dan tiga Soth sudah hadir, namun mereka tidak berusaha melerai. Mereka tau kekuatan Andrea sedang di puncak, makanya membiarkan Dante mencicipi itu.     

Sang Panglima Incubus hanya berikan lapisan berbentuk kubah agar tak ada mata manusia yang bisa melihat kejadian tersebut.     

Shelly sudah meringkuk di pelukan Kenzo. "Ken, bantuin Ndrea..."     

"Tenang saja, Nona Shelly. Tuan Puteri pasti baik-baik saja. Justru Dante yang harus waspada." Kenzo tanpa menatap Shelly, menjawab gadis itu.     

"Eh?" Shelly heran dengan ucapan Kenzo. Tapi dia tak berani membantah lebih jauh. Kalaupun dia nekat maju menerjang menyelamatkan sahabatnya, bukankah itu akan konyol dan memberatkan Andrea sendiri?     

Oleh karena itu, Shelly hanya meremas kuat-kuat lengan Kenzo, melampiaskan kekuatiran dia. Semoga memang benar seperti apa yang dikatakan Kenzo, Andrea akan baik-baik saja.     

Dengan mudahnya Dante mengelak tinju Andrea. Bahkan justru dinding yang menerima hantaman Andrea dan terkikis membentuk cekungan berdiameter sekitar 30 sentimeter. Namun Dante tidak mengatakan apapun. Hanya diam, mengelak dan menatap tajam Andrea. Dan itu membuat sang Cambion tambah emosi.     

"BANGSAT TUKANG MAKAN BANGKE! JANGAN NGINDAR AJA, DASAR BANCI!" Andrea mengumpulkan tenaga lebih besar, melayangkan tinju yang justru ditangkap Dante.     

Pertarungan Andrea dan Dante semakin beringas. Kenzo dan yang lainnya bergerak mundur belasan langkah agar tidak menggangu keduanya.     

Sepertinya tidak buruk juga jika membiarkan Andrea meluapkan emosinya melalui tinju. Anggap saja sekaligus berlatih bertarung. Karena tak mungkin Andrea akan terus-menerus mengandalkan penjagaan.     

Sosok yang kuat adalah sosok yang ditempa oleh hantaman nasib dan pukulan lawan.     

Andrea sudah menciptakan sebuah bola energi berwarna merah. Meski berukuran sebesar bola tenis, namun Kenzo percaya itu akan membuat Dante kewalahan.     

Benar saja, Dante mulai berdarah dan beberapa bagian tubuhnya mengalami luka bakar meski tidak berat. Jika bola energi itu lebih besar dan ketrampilan bertarung Andrea lebih terasah, bisa dipastikan Dante akan terluka parah.     

"Cambion laknat!" raung Dante sambil keluarkan bola energi berwarna putih yang bermuatan petir. Jika tadi bola merah Andrea bermuatan energi api, milik Dante mengandung kekuatan petir.     

Treteekk!     

Blaarrr!!!     

Bola petir itu mengarah ke Andrea, namun Andrea berhasil berkelit tepat waktu. Hantaman itu lagi-lagi mengenai tembok di belakangnya.     

Geram tak berhasil mendaratkan bola petir ke Andrea, Dante melepaskan serangan Khlorx yang berupa sinar setajam pisau dengan bentuk jarum.     

Andrea bersalto di udara untuk menghindari sambil dia melemparkan bola merah Troxo yang bermuatan api ke Dante.     

Jika Dante tidak tepat waktu menghindar, pasti Troxo itu akan menghantam wajah gantengnya. Namun begitu, Troxo masih sempat menyentuh helaian rambut Dante, membakar beberapa helai di ujungnya.     

Andrea sudah menjejak tanah kembali, menyeringai. Ia merasa menang dan mendominasi. Apalagi melihat Dante yang babak belur. "Kayaknya gue lebih hebat dari elu, wahai penyuka bangke!" ejeknya.     

Dante mendidih. Ia keluarkan Vreth, bola ungu yang sangat berbahaya. Itu adalah kekuatan petir ungu yang sangat besar. Andai Kenzo tidak menyelubungi daerah pertarungan, sudah bisa dipastikan radar Pengawas akan menyala dengan munculnya Vreth.     

Apakah Dante harus berterima kasih pada Kenzo?     

Vreth dilemparkan ke Andrea. Bola ungu itu diselubungi aliran petir sebesar lengan bayi. Tentu akan sangat menyakitkan dan berbahaya jika terkena tubuh Andrea.     

Namun, Andrea bagai memiliki sesuatu yang lain. Dia menciptakan sebuah bola energi berwarna merah kelam yang lebih besar dan lebih kuat daripada Troxo.     

Kedua bola energi itu saling bertemu menghantam satu sama lain.     

Tiba-tiba, mata Kenzo berkilat membola. Ia merasakan sesuatu. "Gawat!" Ia pun berusaha lekas meluncur ke area pertarungan Andrea dan Dante. Firasat yang ia rasakan sungguh buruk.     

Meski ia yakin akan kekuatan Andrea, namun sepertinya ada sesuatu hal. Penggunaan Vreth oleh Dante pun tidak ia sangka. Apakah Dante sudah gila? Apa dia sudah tidak peduli jika Pengawas mengetahuinya?     

Bahkan hal yang membuat Kenzo bertanya-tanya adalah... bola energi apa tadi yang diciptakan Andrea yang kekuatannya melebihi Troxo?     

Sikap waspada dan pergerakan Kenzo yang ingin maju ke area pertarungan disadari ketiga Soth. Mereka pun lekas memburu ke arah Tuan Puteri mereka.     

Melihat sikap panik Kenzo sudah cukup menyiratkan ada sesuatu yang salah. Ada sesuatu yang tidak seharusnya.     

Mereka berempat pun lekas maju ingin menggapai Andrea yang masih pertahankan bola merah kelam itu untuk menembus pertahanan bola ungu milik Dante.     

Kedua bola energi itu sama besar dan sama kuat. Keduanya saling mempertahankan dorongan pada tangan yang menyorongkan bola energi.     

Dan sang Panglima Iblis baru saja menjejak di dekat aula, di mana Dante bertempur dengan Andrea, namun Kenzo terlambat, karena ketika ia mendekat, tiba-tiba tercipta sebuah lubang aneh di dekat Andrea dan Dante.     

"GAWAT! JANGAN!" Kenzo berusaha meraih Andrea, namun gadis itu justru tersedot masuk bersama Dante. Lubang itu pun segera menutup tanpa berhasil tersentuh Kenzo.     

Blummhh!     

Portal aneh itu menghisap Andrea dan Dante begitu saja, melenyapkan sosok sang Cambion dan Nephilim yang tadi masih bertarung hebat mengeluarkan jurus terkuat masing-masing.     

Kejadian itu hanya sedetik sebelum Kenzo berhasil meraih tubuh Andrea.     

"Ndrea!!" Shelly berteriak panik. "Ndrea ke mana, Ken? Ke mana??!!" Shelly mengguncang lengan Kenzo yang memukuli dinding. Wajah sang Panglima tampak marah bercampur frustasi.     

Kenzo tampak linglung. Dia tak membalas Shelly yang meraung histeris. Ia terus berpikir. Portal apakah itu sebenarnya. Rasanya tidak asing.     

Ketiga Soth hanya bisa berdiri lesu. Mereka gagal menjaga Andrea. Akan jadi seperti apakah mereka jika ayah Andrea, Tuan Raja Zardakh mengetahui anak yang dipercayakan pada mereka ternyata terhisap ke sebuah portal antah-berantah.     

Para Soth lemas. Bayangan klan mereka dimusnahkan oleh Raja Zardakh sudah di depan mata.     

"Panglima..." lirih Soth 3 sambil tertunduk lesu sekaligus ketakutan. Apakah keluarga besarnya akan lenyap?     

"Ken! Ayo ngomong, Ken! Andrea ilang ke mana?! Ken!!!!" Shelly mengguncang lengan Kenzo beserta air mata berderai. Ia ketakutan. Takut Andrea mati atau menemui bahaya.     

Ken masih linglung. "Sepertinya... dia tersedot di Zonz."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.