Devil's Fruit (21+)

Sentuh Aku (19+)



Sentuh Aku (19+)

0

Fruit 51: Sentuh Aku

=Kediaman Dante=

Di sini, malam ini, Dante pun termenung diam di dalam kamarnya tanpa mau diganggu siapapun, meski itu adalah Erefim sekalipun.

Revka sudah menceritakan pada sang Asisten mengenai apa yang menimpa Dante di Meercomv.

Dante mengurung dirinya. Bahkan dia membentak Revka ketika gadis itu akan menerobos masuk. Gadis Nephilim itu justru terkejut karena Dante melemparkan Zephoro untuk mengusirnya dari kamar Dante.

Revka kesal, setelah segala daya upaya dia untuk menyelamatkan Dante, pria itu masih saja bersikap kasar dan tak tau terima kasih.

Bersungut-sungut, Revka pun terbang kembali ke huniannya sendiri. Seperti biasa, ia melampiaskan emosinya pada Orge yang setia melakukan apapun perintah sang Majikan. Bahkan ketika Revka ingin melakukan BDSM (Bondage-Discipline-Sadism-Masochism) pada Orge dengan mengambil role Fem-Dom (Female Domination) dengan mengenakan pakaian kulit berwarna hitam ketat yang menonjolkan keindahan lekuk-lekuk tubuhnya dan mengikat Orge untuk ia cambuki dan ia siksa sesuka hati, sang Pelayan patuh.

Bagi Orge, apapun perlakuan Revka padanya, itu adalah kebahagiaan pada Orge. Apakah Nephilim kekar itu seorang Masokis?

Lupakan Revka dan kegilaan seksualnya.

Kembali pada Dante yang seperti orang linglung di kamar. Otaknya terus saja me-replay apa yang telah terjadi antara dia dan Andrea di Meercomv. Sebuah kejadian yang sangat tidak dia duga. Nafasnya memburu dengan dua tangan menyusuri rambut gelapnya dan meremas gusar.

Bagaimana mungkin ia malah melakukan hal nista itu pada musuhnya? Musuh yang semestinya ia bunuh agar ia bisa kembali ke Surga dan berkumpul menjadi Malaikat seutuhnya, makhluk yang amat bermartabat tinggi di matanya.

"Errrnghhh!" Ia mengerang frustasi sembari berguling di kasurnya dan menjambaki rambutnya sendiri. Ini sungguh memalukan! Bahkan, kejadian itu diketahui Revka dan para pelayannya. Juga Kenzo! Apakah ia masih punya muka bila bertemu Kenzo nantinya?! Cibiran pedas apa yang akan dilontarkan Panglima Incubus itu padanya nanti?

"Arrghh!" Dante kian frustasi, dan akhirnya memutuskan tidur saja, karena dengan tidur setidaknya bisa membuat ia melupakan sejenak insiden panas itu.

Maka ia pun pejamkan mata meski tidak bisa langsung terlelap. Masih teringat betapa halusnya kulit Andrea. Bibir kenyalnya sangat enak dilumat. Lalu puting merah muda itu... astaga, sangat memabukkan, membuat Dante ingin terus menyesapnya.

Yang paling membuatnya gila yaitu kewanitaan Andrea. Berwarna merah muda cerah dan segar. Seumpama daging sapi, maka kewanitaan Andrea setara dengan daging Wagyu. Iya, daging sapi termahal—yang konon mahalnya lima kali lipat daging sapi biasa, konon mencapai hampir 4 juta rupiah per kilonya—yang berasal dari Jepang. Dante, apakah kau lapar?

Lupakan sejenak daging sapi Wagyu.

Pokoknya... begitulah kewanitaan Andrea jika terumpamakan—indah dan terasa mahal. Bahkan anehnya... tak ada sehelai pun rambut pubis di sana. Benar-benar bersih mulus bagai anak perempuan belum akil baliq.

Arrghhh! Dante kian frustasi karena lagi-lagi otaknya memutar ulang adegan nista itu. Adegan yang ingin ia lupakan dalam hidupnya. Ia harus fokus dengan misinya—membunuh Andrea, lalu ke Surga. Itu saja!

Untungnya di menit ke 26, Dante berhasil lelap setelah sibuk merutuk dalam hati sedari tadi.

Malam itu sangat sunyi, bagai dewa malam pun tidak berani mengusik Dante yang sedang gusar dan gelisah semenjak tadi. Hanya ada suara binatang malam seperti jangkrik di luar apartemen sana. Ini sudah sangat larut, tak ada banyak orang yang lalu lalang, meski masih ada beberapa.

Namun, mereka semua tidak seramai siang hari.

Malam ini hanyalah meriah akan sorot lampu kota di mana-mana yang bersaing ketat dengan sinar rembulan dan bintang-bintang.

"Dante..."

Sebuah suara mengalun mendayu membuat Dante langsung membuka matanya disebabkan kaget. Ia menoleh ke sana dan ke sini, mencari dari mana asal suara itu. Terdengar sangat lembut, merdu merayu. Jelas itu suara wanita.

Siapa?

"Dante~" Tiba-tiba, muncullah sesosok wanita mendekat masuk ke kamarnya melalui jendela, lalu menjejak lantai kamar Dante.

"Andrea?" Dante memicingkan mata, kemudian mengucek netranya supaya pandangannya bisa lebih jelas. Benarkah gadis itu Andrea? Tapi, kenapa seakan gadis itu jauh lebih dewasa dari biasanya? Dia seperti wanita muda yang matang, seperti wanita usia dua puluhan yang sedang mekar-mekarnya! Dan... Kenapa dia berpakaian seperti itu?!

Andrea yang kini mendatanginya dari jendela memakai pakaian yang amat tipis transparan sehingga menampilkan semua lekuk tubuh indahnya tanpa berhasil menyembunyikan semua tempat-tempat khusus yang akan membuat mata lelaki manapun terbelalak.

Begitu pun Dante.

Dia bisa melihat jelas puting payudara Andrea yang mengeras indah berwarna merah muda terang di balik kain transparan berwarna ungu yang sangat minimalis.

Menyusuri pandangan ke arah bawah, kain itu hanya sebatas paha teratas, dan gagal menutupi area kewanitaan Andrea yang tampak bersih, sama seperti yang ada dalam memori Dante sebelumnya. Kaki jenjang nan mulus Andrea melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Sosok itu mendekat setelah mengangguk. Sesudah berada di dekat Dante yang mencoba bangkit dari rebahnya, Andrea justru menindih tubuh pria Nephilim itu seolah tak ingin Dante bangun. "Aku merindukanmu..." bisik Andrea dengan suara merayu sembari merunduk ke telinga Dante.

"Hah?!" Sayang sekali Dante tak sempat berfikir lanjut karena bibirnya sudah dilumat Andrea yang datang mengenakan baju minim berwarna ungu. Bagaikan baju bidadari yang hanya selapis kain saja. Sangat cantik dan anggun, sekaligus menggoda. "Urrmcchh... heiii—mmrrmmffhh..."

Baru saja Dante ingin protes, sekonyong-konyong bau itu menguar dari tubuh gadis di atasnya. Bau yang sangat familiar bagi Dante beberapa hari ini. Bau khas milik Andrea. Alih-alih ingin mendorong tubuh sang Cambion, tangannya justru meremas lengan ramping Andrea.

"Urrmmccsshh..." Andrea membisikkan desahnya sembari terus mengulum bibir Dante penuh aroma seduktif. Terlebih tubuhnya bergerak menggelinjang di atas Dante.

Sang Nephilim merasa tercekik dengan bau spesial dari Andrea. Kedua tangannya beralih ke bawah menuju ke pinggang kecil Andrea untuk meremas dan mengelus tubuh yang hanya tertutupi sehelai kain tipis. Otak Dante mulai hampa akan kewarasan. Dan berganti dengan berahi saja.

Dua tangan besar itu akhirnya merayap ke pantat telanjang Andrea yang hanya tertutupi kain tipis transparan dan meremasnya tanpa ragu-ragu.

Heh? Sejak kapan Dante jadi hilang akal sehat tiap ada Andrea di dekatnya? Well, sejak dulu—jika Dante mau mengakuinya. Hanya berbeda jenis gilanya saja. Dulu, dia tergila-gila ingin membunuh Andrea. Dan kini~ kini ia malah tergila-gila ingin menyetubuhi Andrea.

Tunggu! Lalu apa kabar dengan misi membunuh gadis Cambion di atasnya ini?!

Lupakan itu dulu! Ini lebih krusial bagi Dante. Ini benar-benar situasi yang sangat mendesak dan penting untuk Dante!

Bayangkan saja... Andrea datang begitu saja ke huniannya hanya dengan pakaian yang sangat provokatif dan menantang, lalu seenaknya menindih Dante, kemudian melumat bibir Tuan Nephilim.

Apakah gadis itu sadar konsekuensi yang akan diterimanya jika berani mengusik libido Dante?

Sudah siapkah Andrea menerima apapun yang akan terjadi setelah ini? Setelah Dante sepenuhnya dilingkupi nafsu dan nafsu saja. Bukan nafsu membunuh, tapi nafsu bersenggama.

Memangnya siapa yang bisa tahan jika digoda makhluk secantik Andrea? Bahkan lelaki homo pun akan melupakan kehomoannya demi melihat penampilan Andrea.

Dante masih saling menatap dengan Andrea ada di atasnya, mengurung tubuh atletisnya. Andrea sungguh terlihat nakal dan dominan saat ini. Benarkah ini Andrea? Andrea yang biasanya meneriakkan kalimat pedas seenaknya pada Dante? Bahkan tak segan-segan memukuli Dante. Di dunia Meercomv pun Dante masih teringat perlakuan Andrea padanya.

Lalu... kenapa ini sangat berbeda 180 derajat?

Apakah ini benar-benar Andrea yang ia kenal?

Andrea malah memiringkan kepala, tertegun, lantas memulaskan senyum pada wajah mempesonanya sebelum mulai kembali melumat lembut bibir Dante, menyatukan bibir mereka dan sesekali bermain dengan lidah Dante yang patuh.

Dante masih kebingungan, dan juga pusing karena pekatnya aroma Andrea bergelimang melingkupi dirinya. Ia membiarkan Andrea memegang kendali pada cumbuan mereka sembari dua tangannya masih tetap bertahan di pantat kencang gadis itu.

Tuan Nephilim masih memproses berbagai spekulasi dan semacam itu atas kejutan ini. Gerakannya masih canggung karena ketidakyakinannya.

"Sentuh aku..." bisik Andrea disela pagutan bibirnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.