Devil's Fruit (21+)

Penuhi Aku (21+)



Penuhi Aku (21+)

0

Fruit 53: Penuhi Aku

Nephilim itu makin gemas. "Kau memang Iblis betina yang harus diberi hukuman!"

"Arrnghh!" Netra Andrea membelalak lebar-lebar tatkala merasa dirinya bagai disumpal hingga penuh.

"Heh!" Dante menyeringai puas melihat reaksi Nona Cambion yang tersentak syok.

Andrea pun tersadar jika tadi itu Dante menghujamkan kejantanannya ke dalam vaginanya. "Kau! Keluarkan! Keluarkan barangmu dari situ! Dasar Nephilim gila! Nephilym kasar!"

"Jangan mengira semua permintaanmu bisa selalu dikabulkan, Tuan Puteri..." ledek Dante. Ia kian bersemangat karena seolah Andrea sudah kembali seperti biasanya. Dan itu justru makin menggairahkan.

Eh?! Dante, kau yakin?!

Dan jawabannya ada pada hentakan demi hentakan yang dilakukan Tuan Nephilim meski gadis Cambion meronta dan memukuli dada Dante sambil alunkan sumpah serapah, meski tidak sekasar yang biasanya.

"Dante! Sakit! Arrnghh! Pelan! Pelan, kau dasar Nephilim bodoh! Errnnghh~ kau ini bebal atau ap—uurmmffhh!" Andrea tak sempat melengkapi kalimatnya karena Dante sudah terlanjur menyumpal bibir Andrea dan memagut bilah kenyal itu berbarengan dengan hentakan dan dua tangan Andrea yang ditahan di atas kepala si gadis.

Posisi yang sama seperti ketika mereka terjebak di dimensi Meercomv. Namun bedanya, sekarang Dante berhasil menghujamkan penisnya ke vagina hangat Andrea.

Dante agresif mencumbui bibir Andrea, hingga gadis itu lama-lama pasrah dan mengikuti ritme hentakan Dante.

"Urrmffhh! Errmffhh! Ouurrmmchh! Haanghh! Pelan—mmssfhh!" Andrea susah mengelak dari bibir ganas Dante yang terus memburu bilah kenyalnya untuk lekas dilumat.

"Tidak bisa—urrmcpphh! Waktu itu kau—errmmchh... gagal kumasuki! Urrmcchh!"

"Mppuaahh! Haanghh! Aarnghh!" Akhirnya bibir Andrea bisa lolos dari pagutan Dante dan bebas menghirup udara segar. "Dante! Pelanhh—hngaahh~ aanghh~ brentiihhh~ stoopp~ hngaagghh! Tak bisakah kauuhh... anghh... lembut pada wanita?" Wajah Andrea tampak kesal merajuk manja.

"Tidak bisa jika itu kau, Andrea... Iblis kecilku yang nakal!" Tuan Nephilim menyeringai menatap wajah merona Andrea yang sedang merajuk. Sumpah, itu tampak sangat menggoda. Ini sungguh sebuah ironi bagi Dante, karena dia malah terpikat pada musuhnya. Kenapa dia malah jatuh ke pesona Andrea? Akankah dia berakhir seperti cerita-cerita di dongeng dan film?

"Dasar Nephilim tak tau diri!" sungut Andrea kian mengemaskan. Dante serasa ingin makin menggila menghukum Andrea sepuas dia.

"Kau sungguh ingin ini berhenti, heh?" tanya Dante tanpa menghilangkan seringai tampannya.

"Hah?" Andrea menatap Dante tanpa tau apa yang ada di benak sang Nephilim. "Arrnghh!"

Dante seenaknya saja mencabut penisnya dari vagina Andrea, mengakibatkan gadis itu merasa limbung dan kehilangan.

Eh?! Benarkah kehilangan? Andrea merasa kehilangan penis yang baru saja menerobos vaginanya tadi? Kenapa begitu? Bukankah tadi dia sibuk mengomel karena perbuatan Dante? Namun, kenapa sekarang yang ada hanya rasa hampa menyelimuti tubuhnya ketika Dante serasa menjauh darinya.

Padahal itu hanya penis yang dicabut saja!

Tatapan Dante terus tak berkedip ke gadis Cambion di bawahnya. Andrea merasa gelisah dan memilih palingkan wajah ke arah samping, seolah pemandangan lainnya lebih menarik ketimbang Tuan Nephilim. Namun, tentu saja rona di pipinya masih jelas terlihat akibat putihnya kulit wajah sang Puteri Mahkota Succubus Hera.

Nafas Andrea juga terengah dengan tubuh penuh lelehan peluh. Hei, ke mana pakaian mereka? Kenapa kedua makhluk beda ras itu sudah sama-sama telanjang? Apa mereka sampai tak sadar sudah melucuti pakaian masing-masing di tengah gempuran berahi tadi?

Dasar pasangan gila.

"Kenapa, Tuan Puteri? Kau merasa kehilangan penisku, heh?" tanya Dante terdengar menggoda.

Andrea menoleh dengan muka masam. "Jangan sombong menilai tinggi dirimu, Nephilym tak tau diri." Dipukulnya dada liat Dante yang keras. Hanya pukulan ringan karena Andrea memang tidak bersungguh-sungguh ingin memukul pria yang masih diam di atasnya.

"Oh ya?"Dante menaikkan alisnya.

"Ahannghh!" Andrea terpekik kaget tatkala tangan Dante mengelus klitorisnya.

"Lihat, bahkan kau masih bisa mengerang manja seperti itu disentuh sedikit saja," ejek Dante, seolah belum puas menikmati rona merah Andrea.

"Tutup mulut jelekmu, Nephilm—ouffhh!" Jemari Dante sungguh kurang ajar bermain-main di klitoris Andrea.

Dante naikkan satu alisnya seolah sangsi. "Mulut jelek? Benarkah?"

"Arrnghh!!" Andrea terpekik karena Dante sudah membuka lebar pahanya dan menyesap kuat-kuat klitoris dengan mulutnya, sementara ia membuka bibir labia mayora Andrea menggunakan jari-jari tegasnya. "Haanghh~ Danteee~ hen-tihh-kaanhh~ aarnnghh!"

Bukannya berhenti, Dante justru kian beringas di sana, membuat Andrea tambah menggelinjang sembari cengkeram erat seprei ranjang Dante sebagai pelampiasan berbagai rasa yang ia terima.

"Sllrrpphh! Errmmllhh! Slllrrhrhhrhrhphh! Errmllhh..." Cecapan dari mulut Dante terdengar berpadu dengan rintihan Andrea.

Tak tahan lagi, Andrea ganti cengkeram rambut raven Dante seraya dua kakinya ditumpukan ke punggung tuan Nephilim. Pantatnya naik-turun secara refleks mengimbangi nikmat yang diberikan Dante.

"Dante! Dante! Stop! Akuuhh! Akuuhh akan ke—lu—AARRGHHH!" Dan lagi-lagi Andrea tak bisa menahan diri lagi untuk sekedar mempertahankan cairan orgasmenya. Dan ini sudah kedua kalinya ia menyembur di mulut Dante. "Aaarnghh... haanghh... aanghh..." Ia terengah-engah saat menjalani masa anti-klimaks yang tidak nyaman.

Namun Dante punya rencana lain. Sewaktu Andrea terengah menikmati anti-klimaks sambil menormalkan nafasnya, pria Nephilim itu justru bergerak cepat dan--

"Errnghh!"

"Aaarrhhh!"

Seruan keduanya hampir bersamaan ketika penis Dante kembali menghujam dalam-dalam vagina basah kuyup Andrea. Dan tanpa menunggu protes menguar dari bibir cantik Andrea, Dante lekas saja hentak kuat-kuat dan kencang lubang spesial itu hingga gadis Cambion pun terguncang-guncang mengikuti hentakan sang Nephilim.

"Arrnghh! Dante! Dante!" Andrea tau takkan ada gunanya menyuruh Dante untuk menghentikan aksinya. Pria itu bergerak agresif di atas tubuhnya seolah mereka sedang menari Samba begitu erotis. Maka, Andrea hanya bisa hujamkan kuku jarinya yang tak begitu panjang ke bahu Tuan Nephilim dan sesekali menggaruk punggung Dante demi menyalurkan rasa yang dia terima.

"Aaarrhh! Andrea! Andrea! Kau milikku! Milikku! Dengar itu! Kau dengar ituuuu?!" Dante tau dia sudah akan mencapai limitnya. Maka ia pun kian mempercepat sodokannya diiringi erang nona Cambion. "Andrea! Hampiirrhh! Hampiirrhh! Orrghh! Orrghh! Ho—ORRGHH!"

Maka Dante pun sukses menembakkan peluru cairnya nan hangat ke dalam vagina Andrea sambil ia memeluk erat sang Cambion di bawahnya.

PLOP!

Mata Dante terbuka. Dan yang ia lihat justru... gulingnya yang ia peluk.

Guling?! Lalu ke mana Andrea?! Apa Cambion itu langsung menghilang begitu Dante ejakulasi? Tanpa pamit atau ucapan apapun?! Hey, tuan Nephilim... memangnya kau mengharap gadis itu mengucap apa? Terima kasih? Sayonara? Au revoir? Atau... 'sukses ya shaayy...' sambil telengin kepala ke samping?!

Dante sungguh kebingungan. Dan ketika menatap jendela, benda berbahan kaca itu masih tertutup rapat seperti sebelumnya.

Lalu bagaimana Andrea bisa mendatanginya semalam?!

Kembali pandangannya tertuju pada jendela yang ditutup tirai yang sudah tersapu sinar mentari pagi.

Satu kesimpulan yang bisa Dante ambil. Ia hanya bermimpi bercinta dengan Andrea. Hanya mimpi.

HANYA MIMPI!

Karena ia mendapati cairan lengket di celana dalamnya. Dia tidak telanjang seperti ketika Andrea datang semalam. Dia masih mengenakan pakaian lengkap, sama seperti ketika berangkat tidur.

Fixed! Hanya mimpi. Sial!

Heh?! Apa kau mengharap itu sungguhan, Dante?!

-o-o-o-o-o-o-

Di kediaman Andrea pun gadis itu baru saja membuka matanya dengan muka linglung bingung. Ia seperti mendapat mimpi aneh bersama makhluk yang ingin ia lupakan semenjak tadi malam. Ironisnya, justru makhluk itu menyetubuhi dirinya secara panas dan menggairahkan hingga dirinya orgasme sebanyak dua atau tiga kali, ia sampai lupa menghitung.

Andrea, kau ingin menghitungnya, ya?

"Puteri, ada apa?" Kenzo menanya pada junjungannya, karena wajah Andrea tampak kebingungan dan juga Andrea terbangun langsung duduk.

"Oh, eh~ umm... kagak. Kagak ada apa-apa." Andrea pun kembali rebahkan kepala ke bantal dengan pikiran berkecamuk bertanya-tanya kenapa bisa bermimpi segila itu?! Kenapa dirinya terlihat binal menjijikkan di mimpi tadi?!

Dan ketika Andrea masuk ke kamar mandi untuk berkemih, "Auchh!" Terpekik kecil dan kaget melihat celana dalamnya ada bercak darah. Bahkan ia baru ingat perjalanan ke kamar mandi terasa ngilu di bagian selangkangan. Andrea gelisah. Bingung. Panik.

Ia sudah... tidak perawan?!

Apa-apaan ini?!

Oh, ternyata itu darah menstruasinya. 'Sialan! Gue udah mo copot jantung aja, nih!'


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.