Devil's Fruit (21+)

Wet Wet Wet (21+)



Wet Wet Wet (21+)

0

Fruit 61: Wet Wet Wet

Dengan dua kali gerakan, Andrea berhasil membalikkan posisi menjadi dia ada di bawah Danang. "Nang~ ayo, gak-pa-pa. Aku pasrah kok mau kamu apain sesudah ini."

Melihat Andrea di bawahnya, setengah telanjang, cantik, sensual, mendamba disentuh. "Ndre... jangan salahin gue kalo ntar gue beneran khilaf, nih!"

Andrea menggeleng lembut. "Nggak masalah, Danang~ justru aku ingin kamu khilaf malam ini."

Demi kancut pink Andrea jaman dia SMP yang dicuri Danang secara diam-diam... remaja ini rasanya sudah di titik nadir. Di batas limit. Apalagi ekspresi erotis Andrea yang luar biasa mempesona.

"Ndre... ummcchh~" Akhirnya Danang menyerah dan menapakkan bibirnya pada bilah kenyal Andrea. Cambion itu pun sigap menerima cumbuan Danang.

"Mmccphh~ Naaang~ mmccphh..." Satu tangan Andrea merayap di kepala Danang dan meremas helaian gelap itu sembari satu tangan lainnya masih berkutat di pangkal paha sang remaja pria.

"Ndree... hurrmmcpphh... lo yang... mmccpphh... mau ini... urrmchh..." Danang menggebu mencumbui bibir ranum Andrea. Ia hisapi bibir kenyal sahabat masa kecilnya, atas dan bawah secara bergantian.

"Haaanghh... Naaangg... ummssphh..." Andrea tersenyum seraya menikmati pagutan-pagutan Danang. Kini tangannya secara binal sudah dimasukkan ke dalam celana Danang dan menemukan bongkahan spesial yang sudah tegang.

"Aaaghh... Ndreee..." Danang pun lepaskan lumatannya pada bibir Andrea gegara tangan gadis itu sudah meremas lembut serta memijit batang jantan Danang. "Lo emang... ermmccphh..." Mulut pria itu pun ganti menyerang leher Andrea hingga gadis itu pun mendongak seraya terpejam dan meremas rambut Danang lebih keras ketika Danang menggigiti leher jenjang putih mulus itu.

"Aaanghh... Danaaang..." Suara erangan dari Andrea makin memacu libido Danang. Tangan Andrea yang tadinya meremas rambut Danang, kini ia gunakan untuk mendorong kepala itu ke bawah hingga sampai pada area yang diinginkan. Dadanya.

Danang tak menyia-nyiakan apa yang sudah dibimbing oleh Andrea padanya. Ia segera merobek baju tupis Andrea, dan turunkan atasan itu agar dia bisa menyesap puting merah muda di depan hidungnya. Itu mengakibatkan Andrea makin mengerang merintih sembari kembali meremas helaian rambut Danang.

Sedangkan dalam posisi itu, tangan Andrea sudah tak bisa lagi menggapai penis Danang. Rupanya Danang menyadari itu. Maka ia pun tegakkan badannya. Menatap Andrea yang menatap sayu di bawahnya. Birahi pun menggelegak.

Keduanya saling menatap penuh birahi.

"Lo sekarang cantik banget, Ndre. Sumpah!" Danang dengan bodohnya berkata demikian jujur.

"Mmmh~" Andrea memutar kepalanya secara elegan. Dua tangannya berkait melingkari leher Danang. "Memangnya dulu aku tidak cantik?" Ia tatap lekat mata berkabut Danang.

"Dulu... dulu yah cantik, sih, kayaknya. Abisnya, lu dulu tomboy gilak, sih! Mana gue bisa tau kecantikan elu? Makanya gak usah tomboy-tomboy lagi, yah sekarang! Jadi pacar gue aja!"

Andrea terkikik binal sambil tangannya mengusap-usap leher belakang Danang, sedangkan ia membiarkan tangan Danang bermain-main dengan payudaranya.

"Jadi pacar kamu?"

"Iya, jadi cewek gue aja. Biar gue bisa gini mulu ma elu, hehe..."

"Iihh~ Danang nakal banget, iihh~" Andrea berlagak jauhkan dadanya.

Danang tarik kembali tubuh Andrea agar tetap menempel padanya dan tangannya kembali meremas dan memilin di payudara Andrea. "Gue janji bakalan setia, kok! Gue janji juga, deh, bakalan buang majalah-majalah yang itu. Lo lebih hot, sih, hehe..."

"Ahahaa~ ogah, ah! Danang gombal, sih..." goda Andrea makin membuat Danang gemas.

"Yakin ogah? Mhh?" Danang pun sesap kuat-kuat puting Andrea hingga gadis itu merintih erotis.

Kaos berikut celana pria muda itu sudah melayang dan jatuh teronggok di dekat kaki ranjang. Danang tak mau telanjang sendirian. Ia pun melucuti semua baju Andrea yang hanya sejumput tipis. Lalu membuangnya entah kemana.

Setelah keduanya sama-sama telanjang, Danang membopong tubuh Andrea dan letakkan di ranjangnya. Rasanya ia tak tega jika membiarkan tubuh mulus Andrea terkena karpet yang kasar.

Begitu punggung Andrea sudah menyentuh seprei, Danang langsung membuka dua paha Andrea lebar-lebar hingga menemukan bibir spesial di sana yang menyembunyikan liang berwarna merah muda cerah. Seketika aroma aneh melingkupi indera penciuman Danang. Bau yang enak dan memabukkan.

Tak perlu menunggu lama untuk Danang menenggelamkan wajahnya di sana. Lidahnya sudah menjilati benda mungil yang amat peka bagi perempuan. Lihat saja, Andrea sudah menggelinjang disertai rintihan. "Dannaaanghh... hngaahh... Naaanggghh... enaakkhh... mmghh..."

Danang makin bersemangat. Suara erotis dari mulut Andrea membangkitkan gairah lelakinya untuk lebih mendominasi patnernya. Mulut itu pun mulai menyesap area lembab Andrea. "Sllrrphh... errlpphhh... mrrlppsshhmmhh..."

"Ouffhh... Danaaanghh... teruusshh~ teruuusshh~ haaaghh..." Andrea makin menggelinjang akibat terjangan nikmat yang disebabkan mulut Danang. "Danaanggh! Danang! Daaanaaang!" Gadis Cambion terus saja menyeru nama pejantannya.

Sreek!

Danang mengganti posisi. 69. Jangan tanyakan padanya kenapa dia bisa tau posisi itu. Pasti dia bakal malu setengah mati. Jadi, biarkan saja dia beraksi dengan gaya tersebut.

Mulut rakus Danang kembali melomoti vagina dan segala yang ada di situ. Basah, tentu saja. Dan airnya terasa manis bagi Danang. Maka tak heran ia terus saja memburu agar cairan itu bisa keluar lebih banyak dan banyak.

Sementara, Andrea disibukkan dengan penis Danang yang disodorkan padanya sembari ia rebah. "Urrmffhh... oummpphh..." Satu tangan membantu mengocok batang penis yang tidak masuk ke mulut.

Keduanya serasa sedang melakukan hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Saling memberi dan menerima nikmat.

"Naang! Danaanghh!" Andrea melepaskan penis tegang Danang dari dalam mulutnya karena ia ingin menyuarakan erangannya. Sedangkan Danang makin beringas memperlakukan kewanitaan Andrea. "Errgh! Naangghh! Teruuusshh! Haaakhh! Hampiirrhh! Hamp—errgghhh! Gyaaaghhh!!"

Bersamaan dengan erang keras Andrea maka menyemburlah yang dicari Danang. Secara rakus takut jika kehilangan 'air suci' yang baru saja menyeruak keluar, Danang terus menyesap dan jilati area itu meski Andrea sudah mengatakan stop karena geli.

Setelah Danang puas meneguk sari Andrea, ia pun tegakkan badan dan kembali memposisikan diri berhadapan dengan Andrea meski gadis itu masih rebah di bawahnya.

SLEEPPHH!

"Aarkkhh!" Andrea tersentak. Kepalanya mendongak sembari terpejam.

Danang berhenti segera setelah penisnya menghujam ke dalam vagina Andrea. "Ndre? Sakit?"

Andrea pun menatap ke arah Danang dan tersenyum meski peluh meleleh di sepanjang dahi hingga ke pipi. "Enggak..." Ia menggeleng pelan. "Enggak sakit, kok Naaang... aku cuma kaget aja tadi karena kamu masuknya tiba-tiba banget."

"Ohh..." Danang meringis seraya garuk pipinya yang agak gatal. "Kirain gue nyakitin elo."

Putri Succubus menggeleng lagi. "Ayo, teruskan aja, Nang."

Tak perlu disuruh dua kali, Danang segera memacu kembali kejantanannya mengocok liang sempit Andrea yang 'mengunyah' penis Danang membuat pria itu memejamkan mata keenakan meski tidak melambatkan sodokannya yang penuh semangat.

Musim semi Danang sedang datang.

Andrea meraih leher Danang agar bisa memeluknya sementara sang Arjuna terus menghujaminya hingga bunyi kecipak khas pun terdengar, tanda keduanya sudah sama-sama basah, dan pastilah cairan precum keduanya sudah bercampur di dalam sana.

Danang yang baru kali ini bercinta, pastinya belum bisa mengendalikan dirinya. Maka sambil memeluk erat tubuh sintal Andrea, ia menghentak kuat-kuat dan mulai merasakan limitnya tak lama setelah itu. "Ndre! Ndreaaa! Hrrghhh! Hrrghhh! Orrghh! Ndree! Orrghh! Enakkh! Orrghhh!!!" Dan ia pun menyerah berbarengan dengan deraman keras tadi.

Cairan pekat pun dilepaskan semuanya ke dalam liang Andrea yang lekas menghisap cairan tersebut, meneguk hingga tetes terakhir.

Plopp!

Danang membuka matanya. Sudah pagi. Bahkan ia merasa silau begitu netranya terbuka. Mana Andrea? Kenapa tiba-tiba sudah pagi? Apakah hanya mimpi? Astaga... hanya mimpi rupanya! Danang seketika merasa tolol. Ia mendengus geli mengingat mimpi gilanya. Bercinta dengan Andrea.

Benar-benar mimpi gila dan mustahil adanya.

Iseng, ia pun melihat ke dalam celananya dan ternyata tak ada sama sekali cairan pekat yang biasanya ia dapatkan jika mimpi basah. Padahal ia yakin bahwa semalam ia mimpi basah menggauli Andrea begitu penuh semangat.

"Hah! Dasar edan! Mimpi edan! Hahah! Kampret, dah! SIALAAANN!"

"Danang sayank, anak mama cantik?" Terdengar suara Tante Lidya dari luar kamar Danang. "Ada apa, sayank?"

"E-enggak ada apa-apa, Ma!"

Danang bangkit dari rebahnya dan tertegun luar biasa. Ia ada di ranjang! Jadi dia tidak tidur di karpet? Sejak kapan dia bisa ada di ranjang? Bukankah itu hanya terjadi di mimpi saja? Sebuah misteri....


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.