Devil's Fruit (21+)

Bantuan Tak Terduga



Bantuan Tak Terduga

0

Fruit 63: Bantuan Tak Terduga

Malam itu terasa hening meski cuaca terasa gerah. Kota ini memang tergolong berhawa panas karena dekat pantai dan banyak pabrik-pabrik yang mengepulkan polusi udara yang kian mencekik kota dengan udara panasnya.

Andrea masih saja diam di tepi kasur, duduk termenung. Baru saja Oma mengantarkan makan malam ke kamar cucunya karena kuatir Andrea tidak ingat jam makan.

Oma bahkan sempat bertanya ke cucunya yang akhir-akhir ini lebih sering diam serta mengurug diri di kamar terus-menerus. Oma kuatir Andrea sedang memiliki beban pikiran atau permasalahan pelik. Oma berharap dengan berceritanya Andrea, Oma bisa tau masalah Andrea, siapa tau Oma dan Opa bisa membantu menyelesaikan untuk Andrea.

Namun itu mustahil. Andrea paham bahwa jika dia menceritakan semuanya ke Oma, maka Oma dan Opa akan panik luar biasa dan akan melakukan hal-hal yang tentu tidak akan diinginkan Andrea. Ia tau Oma hanya kuatir dan ingin melindungi cucunya saja. Karena Andrea paham itu, ia tak mau membebani Oma dan Opa dengan masalah pelik dia.

Oma dan Opa sudah cukup menderita karena Nivria. Maka kini, Andrea tak mau menambah derita bagi Oma dan Opa lagi.

Sedang termenung begitu, tiba-tiba dari langit arah Utara, datang segerombolan Iblis menuju ke arah Andrea. Rupa mereka tak ada tampan-tampannya. Sangat kontras dengan semua Iblis yang ada di dekat Andrea.

"Itu... Iblis, Zo?" Andrea menunjuk ke rombongan yang sedang terbang, puluhan kilometer jauhnya.

"Iya, Puteri." Kenzo berdiri dengan sikap waspada.

Para Soth juga turut berdiri dengan wajah antisipasi.

Shelly memeluk lengan Andrea, terlihat gentar. Namun, jika di sisi Andrea, segentar apapun Shelly, dia akan tabah dan kuat.

"Apa mereka juga bala bantuan untukku, Zo?" tanya Andrea. Siapa tau ayahnya mengirim sejumlah Iblis lagi untuk mengawal dia.

"Sepertinya mereka datang bukan untuk itu, Puteri." Kenzo mengeluarkan pedang miliknya sendiri, Pedang Velaxz, sebuah pedang besar yang diselimuti nyala api berkobar-kobar. "Bersiap!" seru Kenzo agar para Soth mulai siaga penuh.

Raut para Soth mendadak tegang. Mereka juga masing-masing mengelurakan senjata andalan mereka. Ada yang memiliki pedang, belati api, busur, cambuk duri, tombak, dan pedang kembar.

Zeeeng~

Mata Pangeran Zaghar dan Pangeran Abvru pun terbuka bersamaan begitu teriakan Kenzo menggelegar. Mereka segera bangkit dan keluarkan pedang besar mereka.

"Ayo!" Kenzo melesat keluar memimpin para Soth, diikuti oleh duo Pangeran kembar.

Jumlah Iblis yang datang ada puluhan. Semuanya buruk rupa dan mengerikan. Andrea sampai bergidik. Shelly di sebelahnya sudah pias.

Rumah Andrea sudah diselubungi penghalang terlebih dahulu oleh Kenzo sebelum dia menerjang ke puluhan Iblis di udara.

Dalam sekejap, Andrea bisa menyaksikan pertempuran kedua pihak yang sangat sengit.

"Berikan Cambion itu pada kami!" teriak salah satu Iblis bermata satu yang memegang gada berduri sebesar lembu dewasa. Ia mengayunkan benda menyeramkan itu ke Kenzo.

"Dalam mimpimu saja! Harrghh!" Kenzo menahan gada berduri musuh menggunakan pedangnya, lalu sekuat tenaga mendorong hingga ia terbebas dari dominasi gada tersebut.

Namun, itu belum berakhir. Masih ada beberapa Iblis yang mengeroyok Kenzo pada akhirnya. Para Soth pun masing-masing menangani beberapa Iblis sekaligus. Sedangkan duo Pangeran kembar menebaskan pedang besarnya ke sana dan ke sini penuh semangat sehingga dalam sekejap banyak Iblis udah terpotong binasa dan menghilang dari langit.

Suasana tampak kacau ditambah datangnya beberapa Nephilim yang seakan tak mau ketinggalan. Andrea merasakan takut. Ya, sekarang dia tau apa artinya takut mati. Ia bertanya-tanya, nyawanya akan dicabut oleh Iblis ataukah oleh Nephilim?

Kenzo kian menggila membantai puluhan Iblis, apalagi sejak ia menyadari kedatangan para Nephilim. Ia lekas saja berteriak ke Soth 1. "Aku akan tangani Nephilim!"

Soth 1 paham. "Siap, Panglima!" Ia lekas melesat ke para Iblis yang hendak menyerang Kenzo. Sedangkan Kenzo sudah terbang cepat menghalangi Nephilim sebelum para putra Malaikat itu mendekat ke balkon kamar Andrea.

"Tak kusangka ada Cambion istimewa di sini!" ujar salah satu Nephilim sambil menatap Andrea penuh binar.

"Benar, Kak!" Nephilim yang lebih muda menyahut. "Dan dia cantik sekali, huhuu!"

"Sebelum kita bunuh, harus kita cicipi dulu, Adik..." Si kakak menjilat mesum bibirnya sambil lekat menatap Andrea yang menatap jijik ke mereka.

"Tentu saja, Kak. Ayo!" Tatapan rakus dan vulgar sudah menguasai mata kakak-beradik Nephilim cabul tersebut.

Dhuaarr!

Kenzo sudah lemparkan bola energi Troxo berwarna merah yang bermuatan api ke kakak-adik cabul tadi. "Jangan harap kalian bisa menyentuh Puteri dengan tangan menjijikkan kalian!"

"Hah! Tangan kami tentu lebih suci dan mulia ketimbang tanganmu, Iblis!" Si kakak membalas Kenzo dengan lemparkan Zephoro ke arah Panglima Incubus.

Kenzo menangkis Zephoro itu menggunakan Pedang Velaxz-nya.

"Huh! Kuat juga Iblis menjijikkan ini, Kak!" Si adik menatap benci ke Kenzo.

Mata Kenzo sudah melirik ke Nephilim lain di dekat mereka yang dari tadi terdiam dan sepertinya siap-siap menyerang. "Lebih baik kalian pergi daripada Pengawas kalian datang!"

"Kau menggertak kami?" Nephilim yang diam pun ambil bicara. Kemudian dia melesat maju ke Kenzo. Keduanya langsung saja terlibat baku hantam dengan kekuatan supernatural masing-masing. Nephilim lain juga ikut masuk ke medan pertarungan keduanya, mengeroyok Kenzo, namun mereka masih tau batas agar tidak perlu mengundang Pengawas.

Tiba-tiba Dante datang. Ia terkejut dalam hatinya melihat begitu banyaknya Iblis dan juga ada Nephilim mengincar Andrea.

"Ah! Tuan Dante!" Si kakak cabul mengenali Dante yang berdiri melayang di sebelahnya.

Dante menoleh ke mereka yang masih diam menyaksikan pertarungan Kenzo dan Nephilim lain. "Hm." Dante singkat memberikan sahutan.

"Tuan Dante akan ikut berpesta juga?" Si adik cabul menatap ke Dante.

"Apa maksudmu?" tanya Dante ingin tau.

"Tuan, lihat, Cambion di sana..." Telunjuknya mengarah ke Andrea yang berdiri bersebelahan dengan Shelly di dekat jendela balkon. "Dia sangat cantik dan wow!"

"Kita bisa bersenang-senang dulu dengannya, Tuan," tambah si kakak pada Dante.

"Betul, Tuan Dante! Kita bertiga bisa puas menikmati tubuh dia dulu sebelum membunuhnya!'

"Tapi, Adik, sepertinya lebih bijaksana jika kita simpan dulu Cambion itu beberapa hari di tempat kita, bagaimana menurutmu?"

"Kakak, kau jenius! Kita bisa bersenang-senang sampai puas dulu dengannya beberapa hari sebelum membunuhnya setelah kita bosan! Uhuhuhuu..." Tawa puas penuh hawa mesum menguar dari keduanya.

"Aku sudah membayangkan bagaimana dia menggelinjang ketika aku menusuk vaginanya, hahaha!" Si kakak tanpa malu-malu berkata.

"Aku juga sudah membayangkan bagaimana jika aku ikut menusuk pantat dia, sementara Kakak bisa mengambil alih vaginanya! Kita bisa bersama-sama memuaskan dia, Kak! Ahahaha!"

"Kalau aku..." Dante menoleh ke kedua kakak-beradik mesum di sampingnya. Keduanya turut memandang Dante, menunggu imajinasi Dante atas Andrea setelah berhasil menangkapnya. "Aku sudah membayangkan bagaimana kalau aku... MEMBUNUH KALIAN!"

Zleeppp!

Si kakak cabul terkejut. Mulutnya melongo menatap Dante. Tak lama, darah mengalir dari sudut mulutnya, dan dia pun tundukkan kepala menatap sebuah bilah pedang sudah menembus tubuhnya. Pedang milik Dante, Pedang Rogard. "Kau..."

"Kakak!" Si adik berseru kaget atas kejadian yang tidak dia sangka-sangka. Namun Dante sudah mencabut pedangnya dan menebas kepala si adik cabul tanpa ragu-ragu.

Kakak cabul menyaksikan adiknya terpenggal begitu saja dan menatap murka ke Dante. "Teganya kau membunuh bangsamu sendiri!"

Dante hanya menyeringai, "Lain kali, jangan mengusik mangsa orang lain. Karena aku sudah mengincar Cambion itu bertahun-tahun!"

Zresss!

Kini giliran kepala si kakak cabul yang melayang lepas dari lehernya.

Nephilim lain yang menyaksikan kebrutalan Dante pun terkejut, tak menyangka akan perbuatan Dante pada kakak-beradik tadi.

Dante menatap Nephilim yang masih diam di tempatnya. "Apakah kalian juga bermaksud merebut mangsaku?"

Para Nephilim di sana tau siapa Dante. Putera dari Mikael yang hebat. Dan dia juga mewarisi beberapa kekuatan sang ayah. Menilik dari latar belakang itu saja sudah membuat semua Nephilim di dekat Dante kecut hati.

"Pergi! Atau kuusir kalian menggunakan pedangku!" seru Dante pada mereka. Para Nephilim yang terdiam pun segera kabur ke segala arah untuk menghindari konflik dengan sang putra Mikael.

Sedangkan Kenzo yang masih bertarung dengan dua Nephilim hanya bisa menatap bingung ke Dante. Apakah Nephilim itu sedang membantu dia?

Dante melesat ke arah Kenzo, sedangkan sang Panglima Incubus sudah bersiap andaikan Dante ikut menyerang dia. Ternyata, Dante justru membantu Kenzo menghalau kedua Nephilim yang mengeroyok Kenzo.

"Lebih baik kalian tidak merampas mangsaku!" teriak Dante pada dua Nephilim di depannya. Dua Nephilim itu saling tatap. Mereka mengenal Dante, namun kehilangan Andrea juga sebuah kerugian bagi keduanya.

"Maaf, Tuan Dante, the winner takes it all!" seru salah satu Nephilim yang diiyakan satunya lagi.

Mereka pun bertarung bersama, Kenzo dan Dante, bersisian untuk menghalau Nephilim.

Dengan muslihat Kenzo, dia berhasil memancing kedua Nephilim itu untuk mengeluarkan kekuatan besar mereka. Kenzo rela babak belur asalkan rencananya berhasil.

Benar saja, tak lama setelah keduanya merilis kekuatan besar untuk menggempur Kenzo, Pengawas datang dan segera membasmi keduanya di depan Dante.

Dante terpana, napasnya memburu. Ia tau kekejaman dan ketegasan kaum Pengawas. Namun menyaksikan aksi Pengawas secara langsung, ini benar-benar membuat hatinya sesak. Segera, ia pun melesat pergi meninggalkan arena pertempuran dan menghilang.

Kenzo bernapas lega. Namun jumlah Iblis yang datang kian bertambah.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.