Devil's Fruit (21+)

Terhisap Lagi?



Terhisap Lagi?

0

Fruit 68: Terhisap Lagi?

Pertarungan antara Kenzo dan Erefim pun tak terelakkan. Tanah lapang itu mulai berantakan dan tenda-tenda hancur seketika akibat terjangan tubuh mereka berdua. Meski mereka makhluk dunia lain, namun dengan adanya kekuatan demikian, tetaplah berefek pada dunia nyata. 

Di mata manusia, langit terlihat lebih kelabu dan angin menderu-deru di pegunungan itu jika mereka ada di sekitar sana.

"Hei! Hei! Kalian hentikan! Kalian bisa menghancurkan gunung ini!" teriak Andrea panik. Ia melirik beberapa potong makanan yang belum sempat ia habiskan. Sungguh sia-sia jika itu sampai musnah hanya karena ada dua makhluk sedang bertarung gila-gilaan.

Andrea pun lekas masukkan semua makanan dan minuman yang bisa ia selamatkan menggunakan tenaga telekinesis, agar semua itu masuk ke dalam Cincin Ruangnya. Makanan tidak boleh disia-siakan. Oma selalu mengajarkan demikian.

Dante tak membuang kesempatan ini. Ia maju ke arah Andrea ketika Erefim berhasil menarik Kenzo dan yang lainnya ke langit dan bertarung di atas sana. 

Beberapa Roxth segera menghadang Dante. Namun ternyata tiba-tiba ada bala bantuan dari Revka, Orge, dan budak yang lain, yang langsung menyambar para Roxth dan memberikan bola berbahaya milik kaum Nephilim. 

Kedua Pangeran kembar segera melesat beralih menghadapi Orge. Ada dendam lama di antara mereka.

Andrea terkejut. "Revka!" Ia tak menyangka Revka malah menyerang bawahannya. Matanya penuh tanda tanya mengharapkan jawaban dari Revka atas sikap gadis Nephilim itu.

"Apa? Kenapa melotot padaku seperti itu, Cambion busuk!" Revka sudah melepas topengnya di depan Andrea.

"Kau... ternyata..." Andrea kecewa. Ia menganggap Revka teman baik baginya, namun ternyata Revka tidak seperti yang ada di bayangan dia. Ia jadi teringat amaran Kenzo dulu saat mereka pertama kali bertemu Revka.

Lagi-lagi Kenzo benar...

Dante sudah mendekat ke Andrea. "Kau... iblis betina... harus mati! Hari ini juga! Hiyaaa!!" Ia menyiapkan Vreth terdahsyat yang ia mampu. 

Andrea mundur dan bersiap dengan kekuatan yang ia miliki. Beruntung sekali ia semalam mendapat pasokan tenaga dari Dante, meski bukan melalui cara yang pantas. Ehem! 

Tiba-tiba Djanh muncul di antara Dante dan Andrea, menggenggam pergelangan tangan Dante dan Andrea secara bersamaan, lalu mendadak muncul lubang hitam aneh di dekat ketiganya, dan dua remaja itu pun tersedot masuk ke lubang tersebut. 

Kenzo dan Erefim yang melihat dua majikan mereka tersedot masuk ke lubang itu segera hentikan pertarungan dan melesat ke spot bekas Andrea dan Dante menghilang. 

"Pangeran Djanh! Apa yang terjadi dengan Tuan Puteri Andrea?!" Kenzo yang pertama bertanya. 

"Kau apakan Tuanku Dante, Incubus?!" Erefim yang biasanya tenang pun kini tak bisa mengendalikan diri lagi, berteriak ke Djanh. 

Sementara, Revka dan para budaknya baru saja memukul parah Soth dan Roxth bersaudari. Orge melesat menghindari Pangeran kembar, kembali ke sisi Revka. Mereka mendekat ke Djanh.

Para Soth dan yang lainnya menyusul turun tak lama kemudian dan bergerombol bersama sambil merintih menahan kesakitan.

"Jangan katakan mereka kembali masuk ke Meercomv." Revka menyipitkan matanya dan bersiap menggempur Djanh. 

Yang dari tadi di tanya malah angkat bahu santai. "Mereka kukirim ke dunia ciptaanku. Tak akan ada yang bisa masuk kecuali atas ijinku. Dan kau gadis cantik..." Djanh menunjuk Revka disertai tatapan mesum. "Daripada kau berhasrat membunuhku dan mengakibatkan pacarmu akan lenyap selamanya, kenapa kita tidak bersenang-senang saja sejenak sembari menunggu mereka menyelesaikan urusannya?" 

Rupanya lubang portal itu adalah buatan Pangeran Djanh menggunakan kekuatan level tinggi yang hanya bisa dicapai golongan Pangeran dan Raja saja. Revka yang sedianya akan melemparkan bola listrik ke Djanh jadi mengurungkan niat begitu mendengar ancaman halus Djanh mengenai keselamatan Dante jika ia membunuh Pangeran Incubus itu. 

"Huh!" Revka pun palingkan muka, kesal karena kalah di hadapan Djanh. 

Djanh terkekeh senang melihat Revka sebal. "Jangan terlalu kau tekuk muka manismu itu, sayank." Ia nekat memegang dagu Revka. Orge sudah siap memukul Djanh. Namun Pangeran itu menatap tegas ke budak Revka. "Kau ingin mencelakakan pacar majikanmu, budak? Ingat... aku celaka, maka ucapkan selamat tinggal pada mereka berdua tadi."

Orge pun urung. Revka menepis tangan kurang ajar Djanh. 

"Pangeran, kumohon jangan bermain-main. Kembalikan Tuan Puteri. Kumohon, Pangeran..." pinta Kenzo. 

"Pangeran Djanh... lebih baik jangan mulai dengan permainan kotormu itu." Pangeran Abvru mendesis dengan tatapan jijik ke Pangeran Djanh. Dari dulu dia sudah tidak suka pada Pangeran mesum itu.

"Hei, hei... permainan kotor apa?" Djanh menampakkan wajah sebagai korban bullying. "Kenapa aku harus disalahpahami sedemikian rupa, hum?"

"Pangeran Djanh..." Kini Pangeran Zaghar mulai ikut berbicara. "Lebih baik kembalikan Puteri Andrea, agar tidak ada kemarahan dari ayahnya, King Zardakh."

Pangeran Djanh menatap penuh makna ke Pangeran Zaghar yang lebih sopan dan kalem ketimbang adiknya. "Tenang saja, Pangeran Zaghar. Urusan dengan Raja Zardakh pasti bisa aku tangani. Kau tak perlu mengkuatirkan aku mengenai itu."

"Bukan begitu, Pangeran Djanh," sahut Pangeran Zaghar. "Kami hanya ingin agar Puteri Andrea kembali ke sini. Untuk si Nephilim, aku tak perduli. Kau bisa simpan dia semaumu."

"Hei!" Revka mendelik marah ke Pangeran Zaghar. "Jangan seenaknya kau menentukan nasib sepupuku, Iblis busuk!"

Mata Pangeran Zaghar berkilat tanpa rasa takut membalas tatapan Revka.

"Kau pikir kau ini makhluk suci, hah?! Kau hanya Nephilim! Kau tidak lebih busuk dari yang kau hina, betina tolol!" umpat Pangeran Abvru tanpa menahan diri. Ia tak rela kakaknya dihina.

"Sudah, sudah..." Pangeran Djanh justru bertepuk tangan agar pertikaian mulut berhenti. "Hanya aku yang bisa mengendalikan nasib mereka saat ini. Kalian tidak perlu saling mencakar. Kalian lebih baik menunggu saja sampai mereka selesai berurusan dengan permasalahan mereka sendiri di sana."

"Tapi, Pangeran..." Kenzo ingin menyela.

"Kenzo, lebih baik kau urus dan rawat para Soth dan Roxth yang terluka parah saja. Mereka sudah lelah bertempur sejak kemarin, benar? Lebih bagus lagi jika kau ijinkan mereka kembali ke dunia bawah untuk mengurus diri mereka sendiri." Djanh melirik ke Panglima Incubus di belakangnya. 

"Baiklah, Pangeran." Kenzo patuh. Ia tau ia tak bisa mendebat Pangeran Djanh jika Pangeran Djanh sudah berbicara dengan raut serius. Apalagi tadi Pangeran Djanh berjanji untuk mengurus ini pada Raja Zardakh.

"Dan kau nona manis," ucap Djanh pada Revka. "Datanglah padaku dan jadi budakku dalam sehari jika kau ingin aku mengeluarkan pacarmu. Kau bisa ikuti aku sekarang jika kau ingin lebih cepat melihat pacarmu."

Orge sudah akan maju, memberikan bantahan, namun sang majikan mencegah. "Baiklah, Iblis. Jika memang itu harga yang kau inginkan. Aku ikut denganmu. Orge, kau pulang bersama Erefim dan tunggu aku di kediaman Dante."

Maka Djanh pun pergi sambil menggamit pinggang Revka.

Tak ada yang perlu diperbincangkan lagi di antara sisa makhluk yang di situ. Erefim pun pergi bersama Orge dan para budak Nephilim milik Revka lainnya. 

Kenzo mematuhi saran Djanh. Ia memerintahkan pada Soth dan Roxth bersaudari agar kembali dulu ke dunia bawah untuk menyembuhkan diri dari hajaran bola listrik panas kaum Nephilim tadi. Di sana ada ramuan dari tumbuhan khusus untuk mengatasi sakit yang diderita para Soth dan Roxth. 

Setelah kepergian Pangeran Djanh bersama Revka, Kenzo pun menoleh ke Pangeran Zaghar dan Pangeran Abvru. "Terima kasih hamba ucapkan atas kesediaan dua Pangeran membantu hamba dan Tuan Puteri Andrea selama ini."

"Tenang saja, Panglima Kenz. Kami cukup bersenang-senang bersama kalian. Walau kami tak menyangka kedatangan Pangeran Djanh akan merubah situasi ini..." sahut Pangeran Zaghar dipenuhi aura elegan seorang Pangeran elit.

"Iya, Panglima Kenz!" Pangeran Abvru ikut bicara. "Kalau tidak ada Pangeran cabul itu yang tiba-tiba main culik seenaknya, tentu kita masih bisa menjaga Puteri Andrea. Sayang sekali dia malah ikut campur seenak dengkul mengambil Puteri Andrea." Ada nada geram di suara Pangeran Abvru.

"Adik Abvru, jangan begitu," nasehat Pangeran Zaghar ke adiknya. "Jangan terlalu memusuhi Pangeran Djanh. Bagaimana pun juga, dia salah satu pangeran terkuat yang memiliki pengaruh besar di Underworld."

"Huff!" dengus kesal Pangeran Abvru. "Lihat saja nanti kalau aku sudah bisa melampaui dia!"

Pangeran Zaghar tersenyum kecil melihat tekad sang adik. Kemudian ia menoleh ke Kenzo. "Panglima Kenz, kami pamit undur diri dulu."

"Iya, Pangeran, silahkan, semoga perjalanan Anda berdua lancar. Dan mohon sampaikan terima kasih saya pada Tuan Raja Drent." Kenzo menyebut nama ayah dari kedua pangeran tersebut.

"Tentu." Pangeran Zaghar mengangguk dan kemudian melesat pergi bersama adiknya.

Kenzo menoleh ke para Soth dan Meowth. "Ayo kita kembali."

"Baik, Panglima!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.