Devil's Fruit (21+)

Djanh x Revka (2) (21+)



Djanh x Revka (2) (21+)

0  Fruit 70: Djanh x Revka (2)    

  Sreett!    

  Kini Revka sudah diputar menghadap Djanh setelah Pangeran Incubus menarik jari basah kuyupnya dari area istimewa si gadis. Segera saja tengkuk Revka diraih dan kembali menyatukan bibir. Tangan basah tadi sekarang ia gunakan untuk meremas dan memilin payudara serta puting Revka hingga erangan mewarnai cumbuan mereka.    

  "Errmffhh... rrffhhh... arrmmffhh... mmchh..." Revka masih dalam tahap anti-klimaks. Ia pasrah menerima cumbuan Djanh yang mulai menuntut. Cumbuan itu kini terasa intim dan posesif. "Haarrngghh... Djaaannhh—mmrrccpphh..."    

  Entah apa yang membuat Revka jadi gerakkan tangannya menuju ke dada kotak Djanh yang kokoh, mengelus di situ. Sedang balas dendam atas perlakuan Djanh pada dadamu kah, Nona Revka? Atau itu hanyalah instingmu saja, Nona?    

  Sementara, Djanh menyeringai dalam cumbuannya. Senang karena Revka mulai berani memberikan reaksi atas perlakuannya.    

  "Djaanhh—urrmmffhh... mmcccpphh..." Revka kian hanyut dalam buaian cumbu dan sentuhan sang Pangeran Iblis, sedangkan tangan lain pun mulai terulur ke area selatan Djanh, mengelus lembut gundukan di tengah selangkangan Djanh.    

  Hal itu mengakibatkan Djanh melepaskan cumbuannya dan menatap penuh nafsu ke Revka. "Kau... memang sayankku yang pintar... ouccpphh!'' Kembali bibir Revka dilumat agresif, lalu mulai turun ke leher mulus si gadis, mencumbu leher itu hingga meninggalkan semburat-semburat merah di beberapa area.    

  Bibir sang Iblis tak mau berhenti. Usai puas membuat bibir si gadis bengkak dan menandai leher Revka, kini bibir itu mencari-cari puting merah muda yang tadi asik ia pilin hingga empunya menjerit manja.    

  Begitu puting didapat, benda mungil itu segera dikurung dalam mulut lapar Djanh, dihisap-hisap khidmat. Tangan Djanh memegangi punggung Revka dan yang lainnya kembali mengusap daerah intim Revka yang masih menyisakan basah lembab.    

  "Harghh... ngaaakkhhh... Djaaanhh... mmmhhh..." Revka cengkeram bahu kokoh tuan Iblis. Terjangan birahi ini begitu mendera, tak mengijinkan dia untuk bernafas secara normal. Sengalan-sengalan napas itu adalah buktinya.    

  Punggung gadis Nephilim sudah melengkuk sedemikian rupa. Mungkin jika tidak ditahan Djanh, Revka sudah jatuh ke lantai. Sesekali ia pejamkan mata menikmati semua sentuhan pada titik-titik erogenusnya, namun sesekali dia juga memberanikan diri mencari wajah Djanh dan pandangan mereka bertemu.    

  Djanh menatap tajam ke manik  mata Revka, sedangkan si gadis malah menatap sayu. Wajahnya sudah sangat memerah akibat penuhnya libido di sekujur tubuh. Kenapa Iblis satu ini begitu mahir?! Tangan dan mulutnya sungguh terlatih dan akurat. Seolah seluruh saraf tubuh Revka yang memberikan informasi-informasi rahasia pada Djanh. Begitu kah?    

  "Dj—ANGH!"    

  Pekikan itu terjadi akibat dua jemari panjang Djanh menerobos liang vagina Revka yang masih basah. Atau... bertambah basah? Djanh tak ingin lamban. Jari itu mengaduk-aduk dalam lubang spesial gadis Nephilim, dan lagi-lagi terdengar bunyi khusus itu. Kecipak intim.    

  Kini Revka mendapatkan dua serangan maut untuk tubuhnya. Apalagi Djanh kali ini melakukannya tidak selembut sebelumnya. Ritmenya cepat dan tegas, entah itu pada mulut atau jarinya. Hingga Revka baru sadar kakinya sudah tidak lagi menyentuh lantai marmer ciptaan Djanh.    

  Mereka melayang dengan posisi erotis.    

  Tak mengherankan karena keduanya bukan ras manusia. Apalagi Djanh punya kekuatan besar sehingga memungkinkan mereka bisa melayang mudah.    

  Lidah sang Pangeran terus menggelitik seduktif disertai hisapan kuat pada puting Revka, bergantian payudara kanan dan kiri secara posesif. Rakus. Haus.    

  "Haarkkhh! Errrmmllhh! Grrhaaagghh!" Deraman Djanh bersahutan dengan erang dan lenguhan dari bibir Revka. Sedangkan jari terus dipercepat kocokannya pada liang lembab sang gadis Nephilim.    

  Revka memeluk erat kepala Djanh dan lebarkan paha tanpa ia takut atau kuatir akan jatuh menghantam lantai. ia yakin Djanh takkan membiarkan itu. Maka, ia mulai menikmati semua ini. Terserah jika ia dikatakan jalang. Ia terus mencari-cari nikmat dari Djanh.    

  Pangeran Djanh senang melihat Revka kian lebarkan paha, menandakan tuntutan agar lebih diberi lebih dan lebih. Baiklah. Bukan hal yang susah untuk Iblis selihay Djanh membuat wanita rela mengangkangkan kaki lebar-lebar untuknya. Kocokannya pada liang vagina Revka menghasilkan cipratan-cipratan cairan bening, namun itu bukanlah jus cinta yang asli. Itu baru cairan pelumas saja.    

  Djanh terus percepat kocokannya hingga Revka mulai hilang kendali dan menjerit-jerit. "Djaaanhh! Djaanhh! Arrgghhh! Sialaann kaauu! Enaakk! Arrghh!" Lihat, gadis itu sudah tidak bisa mengontrol mulutnya dan menyuarakan apapun yang ada di otak mesumnya.    

  "Ayo, berikan aku air sucimu lagi seperti tadi, sayank. Aku suka..." ucap Djanh saat melepas sejenak kungkungan mulutnya pada puting dada Revka yang mulai membengkak. Kemudian kembali mengurung puting malang itu.    

  "Ermmmgghh... Djaanhh... kau... kau Iblis sialaaannhh... aarrmmhh..." Revka sampai harus gigit bibir bawahnya akibat kocokan intens Djanh pada vaginanya. Apalagi G-spotnya sudah tertohok. Tak mungkin lagi Revka bisa bertahan lama. "Djaannhh! Djaanhh! Dj—DJAAANHH! AAARGHH!"    

  Pekikan keras itu berbarengan dengan muncratnya cairan Revka, lebih deras dan lebih banyak dari yang pertama tadi. Mungkin karena titik istimewanya tertohok terus-menerus secara intens.    

  Djanh hentikan semua aksinya, membiarkan Revka mengatur nafas usai mendapatkan orgasme vaginal. Ia tersenyum menyaksikan wajah merah padam Revka. "Kau makin cantik bila orgasme, sayank. Mengagumkan."    

  Apa yang musti Revka katakan? Ia merasa tersanjung seketika. Dante tak pernah memujinya sama sekali. Bercinta yang terakhir pun Dante lebih banyak diam dan menggeram saja dari awal sampai akhir, seolah ia hanya sebuah pelampiasan kekesalan Dante saja.    

  Tapi... memang waktu itu ia sendiri yang menawarkan diri sebagai bahan pelampiasan, bukan?    

  Bahkan budaknya, Orge pun tak pernah memberikan pujian—baik itu waktu mereka sedang dalam kondisi biasa, ataupun ketika sedang bersenggama. Orge memang perkasa, kuat meladeni majikan manjanya beberapa ronde sekaligus.    

  Namun Djanh... dia berbeda. Pangeran Iblis tersebut ada di level yang berbeda dengan Orge, apalagi Dante.    

  Djanh... berbeda. Dan Revka kesal karenanya. Pasti ini hanyalah sihir Incubus saja. Makhluk itu memang punya keahlian dalam hal demikian, bukan? Jadi... saat ini Revka sedang dalam pengaruh sihir Djanh? Yah! Pasti begitu. Dalam pengaruh sihir! Maka, merupakan sebuah kewajaran jika ia terbuai, kan?    

  Revka mencoba berfikir demikian.    

  "Diamlah kau, Iblis! Aku—ARRGHH!"    

  Tiba-tiba saja Djanh membawa tubuh mereka melesat menuju ke... ranjang. Bahaya! Revka seolah mendapat alarm bahaya.    

  "Kupikir kita jangan sia-siakan ranjang cantik ini, bukan? Kau setuju, kucing manisku?"    

  Revka tak menyangka Djanh langsung melesakkan pusaka kebanggaannya begitu mereka sampai di atas ranjang. Terlebih Djanh tampaknya bukan tipe lembut merayu jika lawannya sudah berpengalaman.    

  Ohh, jangan remehkan sang pangeran untuk urusan mengetahui apakah patner bercintanya masih amatir atau ahli.    

  "Djaannhh! Djaaa—aannghh!" Revka seketika terhentak-hentak saat Djanh hujamkan batangnya dalam-dalam. Gadis itu terpaksa berpegangan pada leher pangeran Incubus yang menyeringai senang.    

  "Tak bisakah desahanmu lebih keras lagi, sayankku? Hrrhmmhh! Errghh!" Djanh menatap penuh hasrat ke 'mangsa' manisnya. "Atau kau butuh lebih keras lagi dari ini agar tidak perlu malu-malu?"    

  "Brengsek kau—aarhh! Djanh, stop! Terlalu cepat! Arrghh!" Revka pejamkan mata karena Djanh malah makin beringas menusuk vaginanya. Bibir bawah ia gigit sebagai pelampiasan atas apa yang Pangeran Incubus berikan.    

  Ini... beda. Sungguh beda dengan saat ia bercinta dengan siapapun, termasuk Dante. Djanh memberikan pengalaman baru dalam seks. Djanh menusukkan nuansa aneh saat menghujami liang peka Revka.    

  "Haaanghh! Arrnnghh! Djaannhh... haarghhh! Sialan kau! Arrnnghhh!"    

  "Naahh... seperti itu, sayankku. Aku suka kejujuranmu yang begitu..."    

  "Diam, brengsek! Haaagghh... aarrgkkhh..."    

  Revka masih terpejam, menolak membuka mata, karena ia tau ia akan melihat pancaran arogansi Djanh yang pasti tersenyum penuh kemenangan dikarenakan patuhnya Revka.    

  Djanh tidak percuma menyandang gelar Pangeran Incubus paling berbahaya di ranjang, karena buktinya Revka sudah memuncratkan orgasmenya untuk kesekian kali. Namun Djanh masih saja perkasa, dan lekas mengganti posisi, membalikkan tubuh Revka agar menungging di depannya sehingga Djanh bisa menusukkan batangnya kembali tanpa memberi waktu bagi gadis Nephilim untuk mengatur nafas.    

  "Djanh! Berhenti! Aduuhh! Kau ini! Iblis laknat! Iblis gila!"    

  "Semakin kau memaki, semakin aku bergairah, sayank. Ayo, maki lebih keras lagi, sayank... ahahaha...!" Djanh makin bersemangat seakan mendapat mainan baru... kucing kecil menggemaskan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.