Devil's Fruit (21+)

Baju Dari Kulit Beruang. Mewah?



Baju Dari Kulit Beruang. Mewah?

0  Fruit 84: Baju Dari Kulit Beruang. Mewah?    

  Andrea gagal menggerakkan kakinya. Ia terpaku saat nyawanya di ujung tanduk. Inikah akhir kehidupannya? Sementara, beruang itu terus menghalau bola merahnya dengan telapak tangannya sembari terus berlari ke arah Andrea.    

  Jarak Andrea lebih dekat dengan hewan buas tersebut ketimbang jaraknya dengan Dante.    

  Saat beruang tinggal beberapa meter lagi dari Andrea, ia memilih pejamkan mata dan siap menerima kematiannya.    

  WHUUSSS!    

  Andrea merasakan dirinya melayang terbang. 'Oh, apakah gue udah ditampol ma si beruang sialan itu?' batinnya. Ia pun membuka mata, dan hal pertama yang dia lihat adalah... Dante.    

  Ternyata Dante berhasil mencapai Andrea terlebih dahulu sebelum beruang berhasil ayunkan cakarnya ke Andrea. Jika Dante terlambat beberapa detik saja, maka mereka bisa ucapkan selamat tinggal pada dunia bersama-sama.    

  Ayunan cakar beruang pun mengenai udara kosong karena Andrea sudah dibawa terbang Dante.    

  Gadis itu masih gemetar dalam pelukan Dante. "Aku... Aku masih hidup..." lirihnya, masih merasakan tubuhnya gemetar.    

  Dante memahami ketakutan Andrea. Ia pererat pelukannya. Andrea tak bisa menahan tangisnya. Dante makin benamkan wajah Andrea ke dadanya untuk melegakan hati si gadis.    

  Setelah dua menit lebih mencurahkan tangis ke dada Dante, Andrea pun usap air matanya. "Terima kasih. Aku sudah mendingan." Ia tatap Dante seraya tersenyum. Matanya masih menyisakan air mata di kelopaknya.    

  Dante mengangguk padanya sambil usap lembut pipi lembab Andrea.    

  "Ayo kita gempur binatang—piip itu." Andrea makin ulaskan senyum hangatnya.    

  Hati Dante berdebar kencang tak karuan. Ia ikut tersenyum. "Ayo."    

  Di udara, mereka melayang bersama dengan Dante memeluk pinggang Andrea. Keduanya mulai satukan serangan. Dante dengan bola Vreth kuatnya, Andrea dengan bola merah misteriusnya. Keduanya membombandir si beruang raksasa yang terus sibuk menangkis serangan-serangan bola energi keduanya yang datang bertubi-tubi dan cepat.    

  Beruang itu sungguh tangkas menangkis meski Andrea dan Dante sudah mengerahkan kekuatan terbaik mereka. Apakah telapak baja itu bisa menyerap serangan apapun?    

  Mereka harus mendapatkan titik kelemahan si beruang atau hewan ini takkan musnah.    

  Andrea terus berikan bola energi merahnya ke berbagai sudut tubuh beruang. Dante pun demikian. Andai Andrea bisa terbang, mereka bisa menyerang di kedua sisi. Tapi, ini tidak bisa diandai-andai lagi. Mereka harus pikirkan cara disaat Andrea sedang kehilangan kemampuan terbangnya.    

  Daarr!    

  "Groaaaghh!" Beruang itu seperti meraung kesakitan.    

  Andrea dan Dante saling berpandangan. Sepertinya serangan mereka berhasil mengenai titik lemah beruang tadi, namun di sebelah mana?    

  Andrea berusaha picingkan mata memindai seluruh tubuh beruang sembari Dante masih berikan serangan Vreth. Di sini Dante tak perlu cemas akan datangnya Pengawas. Mereka takkan menciduk Dante. Kecuali Pangeran Djanh menghendaki.    

  "Itu dia!" teriak Andrea gembira. "Di bawah dia! Dia area... selangkangannya?" Ia miringkan kepala, tak yakin. Tapi ia sempat menangkap asap di daerah sana, menandakan tempat itu berhasil terkena serangan mereka.    

  "Area selangkangan?" Dante mengulang dan sama terkejutnya.    

  "Aku akan kasi serangan beruntun ke mata dia, dan kamu pakai pedangmu untuk melemparkan pedangmu ke selangkangan dia, oke?!" Andrea menemukan cara pada akhirnya.    

  Dante mengangguk. Ia kembali memunculkan pedang besarnya yang mengerikan.    

  Andrea mulai membombandir mata si beruang, mengakibatkan beruang itu berusaha menghalau serangan bola merah berbahaya Andrea yang melesat bertubi-tubi untuk menyerang mata dia. Telapak tangan baja beruang terus menutupi mata sambil menghalau bola merah Andrea.    

  Dante mencari momentum yang tepat.    

  Saat dia melihat beruang itu menutupi matanya menggunakan kedua telapak tangan bajanya, Dante pun lemparkan kuat-kuat pedangnya melesat ke arah selangkangan sang beruang raksasa.    

  JLEEBB!    

  Ujung Pedang Rogard pun berhasil menukik tajam menembus pertahanan kulit kuat beruang di selangkangannya. Beruang itu melolong kesakitan ketika pedang Dante sudah memasuki tubuhnya meski hanya setengah badan pedang. Namun, itu tetap membawa efek besar.    

  Darah beruang menyembur deras dari sana.    

  Dante menutup serangannya dengan mengaktifkan aliran petir di pedangnya sehingga beruang itu pun makin menjerit meraung saat tubuhnya ditutupi jaring-jaring petir dari Dante.    

  "Eh, jangan ampe gosong, Dan." Andrea mencegah agar Dante mengurangi efek petirnya.    

  "Kenapa?" Dante bingung. Mau apa lagi bocah ini?    

  "Nanti juga kau akan tau." Andrea tersenyum penuh arti ke Dante.    

  Dante menuruti kemauan Andrea, dan segera memadamkan petirnya begitu si beruang tumbang dan tak lagi bernyawa.    

  Mereka turun dan mendekati beruang raksasa yang sudah terbujur mati. Dante mencabut pedangnya untuk membelah tengkorak beruang, mengambil kristal inti si beruang. Kristal itu berwarna coklat keemasan.    

  Setelah Andrea menyimpannya ke Cincin Ruang dia, ia pun meminta agar Dante menguliti beruang tersebut.    

  "Untuk apa?"    

  "Bikin baju."     

  Dante tatap heran ke Andrea. "Apa kau berubah jadi manusia purba yang memakai baju dari kulit binatang?"    

  Andrea angkat bahunya, tak perduli. "Ayolah, bantu aku menguliti dia, yah! Pleaseee~" Dia segera memasang muka memelas dengan senyum terbaiknya.    

  Dante mendengus sekali dan mulai bergerak bersama pedangnya untuk mulai menguliti beruang itu. Ia tak tega menolak Andrea. Teringat betapa tadi nyawa gadis itu sudah di ambang binasa, teringat tadi gadis itu gemetar dalam pelukannya dan akhirnya menangis.    

  "Anggaplah ini aku sedang kasihan denganmu." Dante mengucap tanpa memandang Andrea.    

  "Utututuu~ Dante baek banget, sumpah! Makasih yah, Dante~" Andrea ikut berjongkok di depan Dante.    

  "Minggir, jangan ganggu pekerjaanku," usir Dante agar Andrea menyingkir, tak perlu dekat-dekat padanya daripada Dante makin tak karuan. Gadis itu memang racun berbahaya!    

  Setelah selesai menguliti beruang raksasa belang, ia membiarkan Andrea mengurus sisanya.     

  Menggunakan Troxo dalam kapasitas kecil, Andrea membakar kulit dalam beruang itu, meluruhkan darah beruang yang masih menempel,  juga meluruhkan semua tendon atau pun otot yang masih melekat. Proses itu tidak singkat. Gadis itu membakar pelan-pelan selama satu jam lebih, sampai ia bersimbah keringat.    

  Celakanya, Dante merasa Andrea semakin sensual dengan berkeringat hingga membasahi sekujur tubuhnya. Dia meneguk salivanya, berjuang mengendalikan diri.    

  Andrea menoleh ke Dante, "Bisakah kau berjaga-jaga di sekitar? Siapa tau nanti ada Beast lainnya yang mendekat. Aku sedang sibuk saat ini."    

  "Tsk! Aku tau tanpa kau minta!" decak Dante sambil palingkan pandangan dari sang Gadis Cambion. Andrea yang memakai kemeja tipis berwarna putih pun tampak sangat seksi dengan basahnya kemeja itu sehingga mencetak jelas lekuk dada Andrea.     

  Andrea sudah mengganti pakaiannya di hari kedua karena seragamnya sudah terlalu kusut. Ia kini memakai kemaja putih lengan pendek dipadu dengan celana pendek yang menampilkan kemulusan pahanya.     

  "Apakah masih lama?" Dante tak sabar.     

  "Iya, masih lama sepertinya. Ini untuk menyingkirkan kuman, bakteri dan juga otot-otot yang tersisa di sini."    

  "Tsk! Kenapa harus repot-repot begitu kalau hanya membuang waktu!"     

  "Oh! Apa kau sudah lapar?" Andrea teringat mereka belum sempat makan pagi gara-gara langsung berurusan dengan beruang begitu baru bangun. Setidaknya mereka bersyukur, beruang itu datang ketika mereka telah bangun, bukan saat sedang tertidur.    

  Andrea lemparkan beberapa daging ke arah Dante yang langsung di tangkap sang Nephilim dengan tangkas. "Kau panggang saja dulu. Bisa, kan? Kau kan juga punya api, walau tak sehebat apiku, hehe..."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.