Devil's Fruit (21+)

Aku Hanya Tak Mau Mati Sia-Sia



Aku Hanya Tak Mau Mati Sia-Sia

0

Fruit 86: Aku Hanya Tak Mau Mati Sia-Sia

Dante langsung saja meloncat, terkesiap melihat banyaknya jumlah serigala yang sudah mengepungnya. Apakah benar mereka datang dikarenakan api unggun yang dia buat? Kalau benar demikian, maka ucapan Andrea terbukti. Sial, Dante enggan mengakuinya.

Setidaknya dia kini tau, jangan menyalakan api di hutan lebat agar tidak mengundang kedatangan binatang buas.

Pedang Rogard pun sudah ada di tangan Dante. Sorot mata Tuan Nephilim sungguh tak sedap melihat para serigala yang mulai bersiaga menyerangnya sambil terus mengeluarkan geraman khas mereka seraya memamerkan taring berkilau nan tajam.

Di atas bukit tak jauh dari sana, ada seekor serigala besar yang sepertinya adalah pemimpin kawanan. Serigala itu berukuran dua kali lipat dari serigala lain, warna bulunya biru es dan di punggungnya terdapat deretan duri besar tajam setebal jari. Penampilan Raja Serigala itu sungguh menyeramkan dan sekaligus berwibawa.

Sementara, serigala lainnya yang berwarna hitam dan coklat di barisan depan mulai melompat ke arah Dante. Gelombang pertama memulai serangannya.

Dante segera tebaskan pedangnya ke arah para serigala yang menerjang ke arahnya. Pedang Rogard bagai memiliki nyawanya sendiri, bersinar kemilau ungu kebiruan ditimpa sinar rembulan dan mengeluarkan bunyi desing dibarengi dengan menyalanya petir ungu di sekujur badan pedang.

Dengan sekali tebasan, Dante berhasil membunuh lima hingga sepuluh serigala dalam sekali jalan. Kemampuan yang benar-benar bisa diakui. Oleh karenanya, para serigala tampak lebih waspada ke Dante, sebab mereka menyaksikan sendiri teman-teman mereka ditebas musnah secepat itu.

Gelombang serigala berikutnya maju. Kali ini mereka mulai menggunakan taktik, tidak asal menerjang seperti rekan mereka sebelumnya. Lima belas serigala melompat ke Dante dari depan, disusul lebih dari sepuluh lainnya menerjang dari arah belakang Dante.

Dante terus kibaskan pedang besarnya ke berbagai arah. Siluet cahaya ungu kebiruan turut berkelebat seiring pedang itu bergerak.

Meski begitu, sebagian serigala yang menyerang sudah mengantisipasi gerakan Dante. Banyak dari mereka berkelit menghindari pedang Tuan Nephilim. Sementara titik buta Dante diisi dengan beberapa serigala lain yang maju untuk menyarangkan taring mengerikan mereka ke Dante.

"Kaiiing!" Beberapa serigala terhempas ke tanah akibat tendangan kaki Dante sebelum serigala itu mencapai titik buta Dante.

Craass!

Sekali lagi Pedang Rogard berhasil membelah tubuh beberapa serigala sekaligus. Namun, para serigala seakan tidak kapok dan terus maju bergantian menyerang Dante.

Tuan Nephilim menghindar dan berputar sambil dia ayunkan Pedang Rogard-nya, lalu dia melonjak terbang ke udara untuk menembakkan Vreth ke kawanan serigala sambil pedangnya menghantamkan sengatan petir ungu ke serigala lainnya.

Andrea menyaksikan pertarungan tak imbang itu dari atas pohon. Ia salut dengan keteguhan hati Dante untuk meladeni semua serigala di bawah. Padahal kalau mau, Dante bisa dengan mudah naik ke pohon bersamanya. Tapi lelaki Nephilim itu tidak melakukannya.

Gengsi? Sepertinya begitu jika menilik dari kepribadian Dante. Dia sudah mengolok-olok Andrea penakut karena tak mau tidur di bawah. Mana mungkin dia sudi melarikan diri dari pertempurannya ini?

Saat ini sudah sekitar separuh dari kawanan serigala berhasil dimusnahkan Dante menggunakan pedang dan serangan bola energi. Dante tampak kelelahan.

"Awoooo!" Raja Serigala melolong, menyeru ke para anak buahnya. Sepertinya dia mengumandangkan perintah yang bermuatan sebuah taktik untuk menggempur Dante.

Lolongan Raja Serigala direspon para anak buah dengan lebih beringas menerjang ke arah Dante. Mereka kian agresif menyerang Dante yang mulai terengah-engah.

Tanpa Dante ketahui, ternyata kawanan serigala lain berdatangan. Rupanya lolongan dari Raja Serigala tadi selain memerintahkan taktik, dia juga memanggil anak buah dia yang lain untuk datang sebagai bala bantuan.

Jika Dante tidak menyadari pertambahan jumlah serigala yang baru datang, tidak demikian dengan Andrea. Karena posisi dia strategis di atas pohon, dia bisa jelas melihat beberapa puluh serigala datang .

"Dan! Mereka pada datang lagi!" teriak Andrea dari pohon.

Dante mendengarnya tanpa menoleh ke Andrea. Ia mengutuk dalam hatinya, tak mengira bahwa malam ini dia harus kerepotan melawan serigala yang mungkin saja berjumlah lebih dari seratus ekor. Menyesal sudah meremehkan saran Andrea? Sudah terlambat. Maka, Dante hanya bisa membuat pemikiran bahwa ini bisa dia anggap ajang untuk menempa kekuatan bertempurnya.

Empat serigala menerjang ganas dari depan Dante, disambut oleh pedang besar dia yang tegas menebas keempatnya, namun sayangnya dia kurang cepat untuk menyadari ada tiga serigala lain dari sisi kiri dan lima lainnya dari sisi kanan.

"Arrghh!" Dante berteriak nyaring ketika salah satu serigala berhasil menorehkan cakar tajamnya ke lengan kiri Dante ketika dia berusaha melonjak ke udara menghindari serangan. Darah seketika keluar dari lengan tersebut, mewarnai kemeja seragam sekolah Dante yang berwarna putih.

Marah, Dante hamburkan bola Vreth ke mereka di bawah. Beberapa terkena, dan banyak yang berhasil menghindari.

Andrea di atas menyaksikan sambil menggigit bibir bawahnya. Ia melihat Dante terluka. Itu pasti karena Dante sudah kelelahan, makanya mulai tidak fokus dan mengurangi kecepatan gerakannya. Apa dikata, melawan seratus lebih serigala dari berbagai arah bukanlah sesuatu semudah memelototi telapak tangan.

Ketika beberapa serigala bekerja sama untuk melonjak ke udara meraih Dante, pria Nephilim itu makin tercengang dengan kegigihan para serigala. Saat dia terus menghindari para serigala yang melonjak ke udara dengan bantuan rekan mereka sebagai pijakan, dia tidak waspada akan datangnya Raja Serigala yang meloncat tinggi menuju Dante.

Raja Serigala itu sudah menyiapkan taringnya, siap dihujamkan ke Dante ketika Dante benar-benar tidak menyadari kedatangan si Raja Serigala dari arah belakang. Gerakan Raja itu begitu cepat bagaikan sekedip mata.

Swoosshh!

Tiba-tiba Raja Serigala terhuyung mundur dan akhirnya turun ke tanah.

Rupanya, dalam keadaan darurat tadi, Andrea menggunakan tenaga telekinesis dia untuk menjauhkan Raja Serigala dari Dante.

Dante segera sadar dan terkejut melihat bahwa Raja Serigala sudah ada di dekat dia dan nyaris saja menerkam dia. Ia pun menoleh ke Andrea di pohon.

Dengan wajah polos dan angkat bahu santai, Andrea hanya mengucapkan, "Aku hanya tak mau mati sia-sia jika kau berhasil diterkam dia."

Mendengus singkat meski hatinya senang dan penuh rasa terima kasih pada Andrea, Dante kembali fokus untuk meneruskan pertempurannya.

Dhuaarr!

Kali ini Andrea menggunakan bola Troxo ke gerombolan serigala di bawah. Ia menembaki mereka dari atas pohon. Dante melirik Andrea dan mereka pun akhirnya saling bekerja sama untuk membantai para serigala.

Dengan adanya bantuan Andrea, membasmi para serigala jadi lebih mudah dan cepat. Ini tidak disangka oleh Raja Serigala. Mata kuning sedingin es itu menatap penuh benci ke Andrea sebelum akhirnya sang Raja melolong.

Setelah itu, Raja Serigala pun berlari kembali masuk ke dalam hutan diikuti rombongan anak buahnya, meninggalkan Andrea dan Dante. Mereka mengakui kekalahannya yang pahit, tak mengira kekuatan Dante dan Andrea bisa seganas itu jika berpadu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.