Devil's Fruit (21+)

Kau Tidak Pantas Dengan Duri Itu



Kau Tidak Pantas Dengan Duri Itu

0

Fruit 90: Kau Tidak Pantas Dengan Duri Itu

Setelah keadaan hening beberapa menit, Raja Serigala memulai kembali serangannya ke Andrea. Rupanya dia sudah menetapkan Andrea sebagai targetnya, sama seperti Andrea juga sudah menjadikan Raja Serigala sebagai tujuan dari pertempuran ini.

Pecahnya keheningan, disusul dengan terbaginya pasukan. Andrea digiring oleh Raja Serigala untuk menjauh dari Dante. Dan Tuan Nephilim tak bisa mengejar Andrea karena puluhan serigala sudah mengepungnya sehingga dia tidak bisa menginterupsi petarungan antara Andrea dan Raja Serigala.

Agak jauh dari Dante, Andrea terus fokus bertarung menghadapi Raja Serigala. Ia sangat bersyukur bahwa ia hanya cukup menghadapi satu serigala saja, walau ini adalah rajanya dan paling kuat. Setidaknya, dia bisa lebih fokus pada sang lawan.

"Groaakhh!" Serigala menggeram ganas sambil maju menerjang Andrea. Bulu biru es Raja Serigala bergerak indah terayun angin, berpendar meledakkan kekuatan yang luar biasa.

Wuuzz!

Tubuh besar itu sudah menerjang, dan Andrea segera lepaskan bola merah dahsyat dia yang lagi-lagi dihindari Raja Serigala dengan sangat gesit ke samping, lalu melanjutkan berlari maju ke Andrea. Tiba-tiba saja Raja Serigala bisa membelah dirinya bagai amuba.

"Sial—piiip! Ternyata dia golongan Amuba!" jerit Andrea kaget. "Pantesan dia pede banget tarung sendirian ma aku!" Tapi sudah terlambat untuk menyesali keputusannya. Andrea tetap saja harus meneruskan pertarungan ini demi mendapatkan bulu dan duri di tubuh Raja Serigala.

Andrea pun merilis dua bola api merahnya dan berharap kekuatan telekinesisnya mampu mengendalikan keduanya secara bersamaan. Dia benar-benar mempertaruhkan kemampuannya saat ini.

Dua bola api merah Andrea mengejar Raja Serigala bagai ular merah meliuk-liuk memburu sosok biru bercahaya.

Raja Serigala tampak lebih kuat dan memberikan aura dominasi dengan tubuh kloningnya, ditambah cakarnya yang terus menyambar ke arah Andrea, mengancam nyawa sang Gadis Cambion.

Arus bola merah terus berusaha memporak-porandakan pertahanan dan gerakan Raja Serigala sehingga beberapa kali sang Raja dipaksa mundur sejenak atau pun menghindar berkelit ketika nyaris menorehkan cakar panjangnya ke Andrea.

Tempat itu dikuasai cahaya biru beku yang mengandung kekuatan tirani yang sanggup mengguncang batin lawan-lawannya. Serangan kejam cakar Raja Serigala terus bergerak memburu Andrea.

D-boommm!

Andrea hempaskan bola api merahnya ke arah Raja Serigala, namun lagi-lagi hewan buas besar itu masih bisa menghindarinya dan bola api merah pun menabrak pohon besar jauh di belakang sang Raja.

Keduanya sama-sama berhenti. Andrea diam tenang sambil mengatur napasnya. Raja Serigala pun demikian, dia ikut diam begitu tenang namun ketenangan sang Raja justru terlihat menakutkan. Intuisi Andrea yang tajam sanggup merasakan bahwa Raja Serigala akan dengan cepat bergerak mendekatinya tak lama lagi.

Benar saja. Dugaan Andrea terjadi. Raja Serigala sudah bergerak secepat kilat bersama semburan aura dingin yang sangat kuat sehingga tampak mampu membuat siapapun akan berkeping-keping jika kena terjangannya.

Andrea tak ingin tertinggal dalam pergerakannya. Matanya menyala dalam fokus tinggi dan kedua telapak tangan sudah menciptakan bola api merah yang kemudian melesat secara eksplosif ke arah Raja Serigala dengan cara yang mengagumkan.

Bola merah api seolah-olah sudah bersinergi dengan pikiran Andrea, menjalin sebagai satu kesatuan dan menjadikannya kekuatan yang menakutkan.

"Kau harus tamat kali ini!" teriak Andrea sambil menyerangkan kedua bola merahnya secara bersamaan ke Raja Serigala.

Raja Serigala kali ini salah memperkirakan arah bola merah. Cakar mautnya berbenturan secara langsung dengan bola merah Andrea, mengakibatkan suara letusan terdengar.

Blaarr!

Suara gemuruh terdengar bersamaan dengan cakar yang terkoyak. Cakar yang biasanya kuat dan sanggup untuk memotong batu besar sekalipun, bahkan bisa menghancurkan bukit kecil, tidak bisa menahan serangan ganas dari bola merah Andrea. Bagaimana mungkin kaki bercakar yang terbuat dari darah dan daging sanggup menahan kekuatan tirani sebuah bola energi api yang bahkan mampu membinasakan Iblis?

"Kaaiing!" Raja Serigala tak bisa menahan suara kesakitan yang dia rasakan.

Andrea tidak membiarkan tubuh Raja Serigala hangus hingga jadi abu. Bagaimana pun, dia menginginkan bulu dan duri Raja Serigala. Oleh karena itu, Andrea menarik bola apinya sehingga lenyap padam tanpa jejak.

Nona Cambion menatap datar Raja Serigala yang kini terkulai bersimpuh dengan dua kaki depannya yang hancur. Darah mulai berhamburan ke tanah di sekitarnya. "Kau tidak pantas dengan duri itu, kau tau?" ucap Andrea dingin pada Raja Serigala.

Tak berselang lama, belasan serigala pun berdatangan ketika mereka tau pemimpin mereka sudah terluka dan bisa dikatakan kalah di bawah serangan Andrea. Itu memicu mereka untuk segera datang dan melindungi sang pemimpin.

"Kalian ingin bermain-main denganku, anjing-anjing kecil?" Andrea tersenyum manis ke belasan serigala yang menggeram marah ke arahnya. Itu sebuah senyuman yang manis namun sebetulnya bagai senyuman Iblis.

Hanya dalam hitungan detik, Andrea sudah membuat belasan serigala yang melindungi Raja Serigala berhamburan ke udara dan darah memancar bagai air mancur dari masing-masing tubuh mereka.

Dante sampai menolehkan perhatian ke medan pertempuran Andrea dan matanya bersinar takjub mengetahui Andrea sudah melumpuhkan Raja Serigala, sekaligus membinasakan belasan serigala lainnya dengan satu serangan sederhana. "Dia memang Iblis kecil yang menakutkan," desah lirih Dante.

Andrea berjalan mendekat ke Raja Serigala yang kesusahan berdiri karena kedua kaki depannya sudah remuk dan hangus. "Apa kau masih keras kepala dan ingin bertarung lagi?" Andrea sambil menggenggam Kalung Jiwa di lehernya.

Mata tajam Raja Serigala sudah kehilangan kilaunya karena paham bahwa nyawanya ada di genggaman Andrea. "Kau boleh membunuhku." Tiba-tiba, sebuah suara memasuki pendengaran Andrea.

"Kau baru saja bicara padaku?" tanya Andrea ke Raja Serigala.

Sang Raja mengangguk dan kembali mengirimkan transmisi suara ke Andrea. "Betul. Aku yang sedang berbicara padamu, gadis manusia. Kukatakan sekali lagi, kau boleh memiliki nyawaku. Tapi aku memiliki permintaan yang kuharap kau kabulkan."

Andrea memiringkan kepala, tertarik akan ucapan Raja Serigala. "Oh ya? Permintaan apa itu? Asalkan itu mudah bagiku, maka pasti akan aku kabulkan."

Raja Serigala menatap Andrea, namun kali ini bukan dengan pandangan tajam dan tirani seperti sebelumnya, namun dengan tatapan memohon tanpa menghilangkan wibawanya sama sekali. "Tolong biarkan anak dan istriku hidup."

Nona Cambion terperanjat. "Anak dan istrimu? Di mana mereka?"

"Mereka ada di dalam gua. Tolong jangan usik mereka." Raja Serigala sungguh memohon ke Andrea. 

Cambion cantik itu pun segera mengangguk tanpa menunggu lama. "Tentu saja itu akan aku pastikan. Jangan kuatir, anak dan istrimu pasti takkan aku sentuh, kecuali mereka mengusikku terlebih dahulu."

"Akan kupastikan mereka untuk tidak mengganggu kau dan suamimu setelah ini."

"Ehem!" Andrea jadi salah tingkah. "Dia... bukan suamiku. Ehem! Jadi, cuma itu? Lalu kawananmu?"

Raja Serigala melolong kecil beberapa kali dan para serigala semua segera menghentikan serangan mereka ke Dante dan mulai mundur. "Aku sudah menyuruh mereka untuk tidak mengusik kalian berdua. Tapi aku tidak bisa menjamin untuk kawanan lainnya yang bukan kekuasaanku."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.