Devil's Fruit (21+)

Cero? Karena Aku Suka Grimmjow dan Ichigo!



Cero? Karena Aku Suka Grimmjow dan Ichigo!

0

Fruit 96: Cero? Karena Aku Suka Grimmjow dan Ichigo!

"Apa nama yang kau pilih?" Dante berjalan mendekat ke Andrea yang sedang tersenyum-senyum senang.

"Cero," jawab Andrea singkat.

Dante kerutkan kening, heran. "Cero? Bukankah itu artinya kosong dalam bahasa latin?"

"Eh? Kau tau juga?" Andrea menoleh kaget karena Dante tau.

Tuan Nephilim putar bola matanya. "Kau pikir aku hidup berapa lama di duniamu, heh?"

"Hihi..." Andrea terkikik.

"Katakan padaku, kenapa kau memilih nama itu?" Dante lipat kedua tangannya di depan dada dengan pandangan penasaran. Tentu saja dia bingung kenapa Andrea memakai nama 'kosong' pada kekuatan dahsyat dia?

"Karena bola merah aku itu mirip dengan yang dipunyai Grimmjow Jaegerjaquez dan Hollow Ichigo." Andrea senyum-senyum senang ketika menyebutkan beberapa nama karakter favoritnya.

"Hah? Siapa mereka?" Dante sampai harus mengernyit bingung mendengar nama yang terasa asing baginya. "Grimmjow? Apa hubungan dia dengan Grimreaper?"

Andrea tergelak sebentar. "Dia bukan grimreaper! Justru Ichigo yang bisa dikatakan grimreaper."

"Andrea, jangan berputar-putar tak jelas begitu! Jelaskan yang benar padaku, siapa mereka?"

Nona Cambion pun mendengus geli. Bisa dipahami bahwa Dante tidak terlalu mendalam pada sebuah tontonan hiburan dunia manusia. "Mereka itu tokoh karakter dari anime Bleach, animasi dari Jepang. Aku suka mereka. Tampan, gagah, beringas dalam bertarung..."

"Huh!" Dante mendengus. "Apa hebatnya mereka, memangnya?" Ada terselip rasa cemburu ketika Andrea memuji nama lelaki lain.

"Kapan-kapan kalau kita sudah keluar dari sini, aku akan perlihatkan padamu anime Bleach. Aku yakin kau pasti juga akan menyukainya." Andrea mengerling ke Dante.

"Lalu, apa hubungannya itu dengan Cero tadi?"

"Cero itu sebenarnya kekuatan dahsyat berwarna bola merah hasil dari kumpula energi spiritual milik para Menos dan juga Arrancar, yang bisa ditembakkan melalui mulut atau tangan, atau jari, atau bagian tubuh lainnya. Dan kupikir, bola merah tuaku itu sangat mirip dengan Cero itu."

"Tsk!"

"Kenapa?"

"Kau menggunakan nama yang sudah digunakan pihak lain." Dante menatap remeh ke Andrea. "Benar-benar tidak orisinil."

Andrea tunjukkan raut acuh tak acuh. "Ah, biar saja! Ini kekuatan aku, maka suka-suka aku pula memberinya nama apa. Kalaupun sama dengan pihak lain, anggap saja ini bentuk hormatku pada mereka."

Dante tak bisa mendebat lagi. Ia hembuskan napas kasar. "Terserah kau saja!"

"Ah, karena aku sudah memberi nama untuk bola energi merahku, rasanya aku juga ingin memberi nama untuk kekuatan telekinesis aku." Andrea bersemangat seketika.

"Tsk! Secepat itu?"

Andrea kembali berpikir sejenak sebelum dia akhirnya bersuara, "Mossa. Sepertinya aku ingin menggunakan nama itu. Bagaimana menurutmu?"

"Itu dari Bahasa Italia?" Dante menyipitkan mata, menebak.

Andrea mengangguk. "Artinya bergerak, benar kan?"

"Hm..." Dante mengiyakan dalam sebuah gumam khas-nya. "Mossa, yah!"

"Iya, Mossa. Karena aku bisa menggerakkan benda, maka nama Mossa kurasa sangat pas!" Andrea tersenyum senang berhasil menemukan nama secara cepat.

"Apa kau juga berencana untuk memberi nama kekuatan pelacak kamu?" Dante mengingatkan.

"Ah, benar juga! Kekuatan pelacak aku! Kekuatan itu mulai tumbuh beberapa hari ini. Eh, tapi sepertinya sudah mulai muncul ketika kita kedatangan gerombolan serigala anak buah Raja Serigala, deh!" Andrea manggut-manggut menyetujui tebakannya sendiri.

"Jadi dari situ? Apakah itu yang menyebabkan kau berkeras tidak mau tidur di bawah?" Dante makin yakin dengan dugaannya melihat Andrea mulai menguak soal kekuatan pelacak yang muncul pertama kali sejak kedatangan kawanan besar serigala waktu itu.

Andrea mengangguk. "Sepertinya begitu. Kupikir itu hanya sebuah intuisiku saja, makanya aku tak berkata terlalu jauh padamu, Dan. Karena aku pikir kau takkan percaya jika itu hanya dari intuisi semata."

"Hm... jadi dikarenakan kekuatan pelacakmu yang mampu mendeteksi hawa dan aura Beast dalam jarak jauh, makanya kau menolak tidur di bawah bersamaku. Hm... lalu, nama apa yang kau pikirkan?"

Andrea kembali tenggelam dalam pemikirannya. "Pelacak... pelacak... melacak... bisa melacak... anjing pelacak... mereka punya hidung pelacakan yang hebat yang berisi sekitar 230-an juta sel penciuman dan mempunyai reseptor bau 40 kali lebih banyak daripada hidung manusia. Anjing pelacak... melacak... mengendus... sniff... SNIFFER!"

Dante menoleh kaget karena Andrea tiba-tiba berteriak setelah menggumamkan banyak kata terlebih dahulu. Ia tak menyangka wawasan pengetahuan Andrea seluas itu, bahkan mengetahui mengenai sel penciuman anjing pelacak segala.

"Kau sampai tau mengenai sel pelacak di hidung anjing dan bahkan jumlah reseptor bau mereka?" Dante sampai picingkan mata dengan heran ke Andrea. Mungkin rumor itu benar adanya—Cambion adalah makhluk yang sangat cerdas.

"Iya, aku pernah membaca tentang itu waktu kecil. Tapi, kupikir indera penciuman terhebat itu dimiliki oleh beruang, karena dia punya ribuan reseptor bau dan bisa mengendus bau hingga... emmh... 30 kilometer lebih sepertinya. Bahkan, otak beruang itu lima kali lebih besar dari otak manusia, loh!" Andrea memberikan penjelasan singkat sesuai daya ingat dia akan sebuah ilmu.

Dante tidak bisa tidak kagum. Dikatakan, para Cambion mampu mengingat sesuatu hanya dengan sekali lihat saja. Itu tidak mengherankan jika Andrea menjadi juara sekolah tanpa susah payah, bahkan meski tanpa belajar sekalipun!

"Oke, jadi kemampuan pelacakmu itu kau namakan Sniffer?"

"Hu-um! Sniffer! Pengendus, hehe..."

"Dasar anjing," ledek Dante.

"Hei! Tidak hanya anjing yang bisa mengendus bau! Kau juga, tuan hebat!" Andrea berkacak pinggang.

"Tsk! Bocah tukang merajuk."

Andrea keluarkan durinya di tangan. "Katakan lagi!"

Dante bermuka masam melihat duri di tangan Andrea yang sudah melayang ringan dan ujung tajamnya sudah mengarah ke dirinya. "Hei, hei! Simpan anakmu itu!"

"Masih ingin mengataiku seperti tadi?" Andrea mengancam dengan wajah bersungguh-sungguh. "Apa kau ingin mencicipi rasa jika anakku ini mencium pantatmu, Tuan Nephilim yang mulia?"

"Andrea! Simpan itu! Cepat simpan! Kau ingin kita berdua tersambar petir, hah?!" Raut pucat Dante terlihat jelas. Andrea ingin terbahak namun ia tahan. Dante saat ini sudah membayangkan andai duri sebesar itu bersarang di pantat dia, alangkah menyedihkannya. Ia sudah meringis nyeri membayangkan hal tersebut.

"Minta maaf padaku!"

"Apa?!"

"Masih ngeyel?" Duri mulai bergerak-gerak provokatif di atas tangan Andrea, seolah-olah siap menghujam belahan pantat Dante nantinya.

"Andrea! Jangan bercanda dengan hal begitu!" Dante panik tanpa bisa disembunyikan.

"Masih ngotot, nih?"

"Andrea!!!"

"Satu... dua..."

"Iya! Iya, aku minta maaf!" seru Dante sambil menatap horor ke duri yang berukuran setebal kelingking Dante dengan panjang sekitar 10 inci.

"Minta maaf untuk apa?" Andrea tersenyum, tapi itu bagai senyuman Iblis.

"Maaf karena menyebutmu anjing!"

"Nah, kalau begitu kan lebih enak..." Andrea pun menyimpan kembali duri besarnya ke Cincin Ruang dia, lalu terkikik lembut menatap Dante. "Lain kali jangan buat aku marah atau lubang pantatmu takkan bisa kau selamatkan seperti hari ini, hihi!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.