Devil's Fruit (21+)

Terkuak



Terkuak

0

Fruit 99: Terkuak

Dante bahagia. Ia segera memeluk Andrea. Hatinya sudah terjawab. Dia lega. Jika Andrea menolak perasaannya, entah akan jadi apa dia. Bunuh diri? Bah! Tidak mungkin! Paling-paling hanya sibuk memakan mayat nantinya.

Tangan Tuan Nephilim kembali mengelus pipi Andrea, lalu dekatkan bibir masing-masing untuk melanjutkan pagutan dan cumbuan yang tadi terhenti. Mereka saling mencumbu hingga tidak merasa bahwa petang sudah hadir, dan hujan telah berhenti.

Ketika tangan Dante akan masuk ke baju atasan Andrea, gadis itu menghentikan tangan nakal itu sebelum berhasil mencapai payudaranya.

"Sudah kukatakan untuk pelan-pelan saja, kan?" Andrea memperingatkan dengan disertai nada suara lembut dan senyum manis ke Dante.

Dante mengerang. Rupanya ini yang dimaksud pelan-pelan saja oleh Andrea. "Oh, please, Andreaaaa..."

"Hei, memangnya kau hanya mengejar tubuhku saja, heh? Betulkah demikian, Tuan Nephilim? Kau hanya menginginkan tubuhku saja?" Andrea lepaskan diri dari pelukan Dante dan berkacak pinggang. Siluet mereka mulai menggelap karena matahari sudah berlari ke arah entah untuk tenggelam.

Lagi-lagi Dante mengerang. "Errngh~ bukan begitu, Andreaaaa."

"Lalu?"

"Tolong mengertilah..."

"Mengerti apa? Bahwa kau hanya mengejar tubuhku saja?"

"Tidak semata-mata itu, Andrea! Aku juga..."

Andrea miringkan kepalanya. "Juga apa?"

"Juga..." Lidah Dante berasa kaku tak bisa ucapkan kata sakti itu.

"Oh, kalau kau hanya mengejar tubuhku saja, lebih baik aku cabut kesepakatan tadi dan lebih baik kita tidak—"

"Aku juga menyukaimu, Andrea!" seru Dante pada akhirnya, menyingkirkan semua ego dan harga diri yang sebesar batu karang. Ia menarik Andrea yang akan beranjak pergi. "Tolong mengerti perasaanku, Andrea..." Ia mengerang bagai hewan sekarat. Ya, hatinya memang sedang sekarat, takut mati.

"Hgh!" Andrea mendengus membiarkan Dante memeluknya.

"Aku sudah mengaku, Andrea... Jangan mempersulitku... Kumohon..." Ia mengecup puncak kepala Andrea berulang kali.

"Aku tidak mempersulitmu, Dan. Sama sekali tidak. Aku hanya ingin dilihat sebagai aku apa adanya, bukan sekedar penampilan fisikku semata."

"Iya, aku tau, aku tau... Aku menyukaimu apa adanya..."

"Mmhh..."

"Walau kau kadang menyebalkan..."

"Hei—mmpphh..."

Kembali, mereka mencumbu sampai matahari digantikan oleh rembulan.

Keduanya memutuskan masuk ke lubang hunian di pohon. Karena baju mereka semua sama-sama basah, tak mungkin keduanya tidur dengan memakai baju sebasah itu.

Andrea mengambil sesuatu dari dalam Cincin Ruangnya. Ada dua stel pakaian di tangan dia. Satu untuknya, satu untuk Dante.

Rupanya Nona Cambion sudah menyiapkan baju kulit bulu lainnya selama ini untuk berjaga-jaga. Dan ternyata tindakannya itu sangat berguna pada akhirnya.

Nona Cambion yang pertama terlebih dahulu berganti baju dengan Dante menunggu di luar lubang pohon. Setelah itu, barulah dia mengganti pakaian basahnya dengan yang baru dan kering. Baju mereka kini bermotif sama. Dari kulit bulu serigala coklat.

Menggunakan nyala apinya, Andrea berniat untuk mengeringkan baju-baju mereka yang basah tadi. Bagaimanapun, dia masih tetap menyukai baju birunya.

Andrea pun duduk di atas dahan luar pohon untuk mengeringkan baju dia dan baju Dante yang basah kuyup. Sedangkan Dante sedang memanggang daging serigala setelah daging itu direndam terlebih dahulu dengan menggunakan air sungai asin.

Sungai itu sungguh aneh, meski hujan melimpah dari langit seperti tadi, sungai tersebut masih saja mengalirkan air asin yang tidak berkurang kadar garamnya sama sekali.

Namun, bagi Andrea, itu merupakah berkah tersendiri, karena kini mereka bisa merendam daging dalam air asin itu dan membuat daging lebih nikmat dan bercita-rasa.

Dante memanggang daging di dahan yang lain sambil matanya sesekali melirik ke Andrea dan tersenyum tanpa bisa dia cegah. Apakah dia sedang kasmaran?

Setelah masing-masing selesai mengerjakan tugas, maka mereka pun bersantap malam di atas dahan pohon dan sesekali bergurau dan saling meledek. Ada raut bahagia di mata keduanya.

Dan ketika malam semakin larut, Andrea pun tak menampik keinginan Dante untuk tidur bersisian, bahkan Dante ingin tidur satu selimut dengan Andrea.

Gadis Cambion itu tidak menolak. Asalkan Dante berjanji tidak melakukan sesuatu yang terlalu jauh, maka Andrea takkan menolaknya.

"Janji hanya peluk dan cium bibir saja loh yah!"

"Iya, Andrea..."

"Tidak boleh lebih dari itu!"

"Aku mengerti..." Dante memberikan janjinya, asalkan dia bisa tidur mendekap Andrea. Sudah beberapa hari ini dia tidur berjauhan dengan Andrea, dan itu terasa sepi tak nyaman.

Di saat mereka sudah saling rebahkan tubuh di atas bed-cover spesial mereka, tiba-tiba saja terdengar suara aneh dan sangat ambigu menggema seakan datang dari langit.

"Arrnghhh! Haanghh! Ngaaakkhh!"

Andrea sampai melompat kaget. Demikian juga Dante. Berdua, mereka keluar dari lubang pohon untuk mengetahui ada apa gerangan dari langit sana?

Ketika Dante membawa Andrea membumbung ke langit, wajah Andrea merah padam tak karuan. Di langit, tampak jelas bayangan Revka yang telanjang bulat bersama Pangeran Djanh dan mereka sedang asyik bersenggama.

Andrea lekas palingkan wajahnya, menolak melihat ke langit. Sedangkan Dante hanya melongo di angkasa sembari masih peluk erat Andrea.

"Haanghh! Djaanhh! Sialan kauuu! Ngghh!" Suara Revka terdengar jelas dan keras menguasai alam dimensi ini. Terutama ketika penis besar Djanh yang terus menyodok vagina Revka yang berkedut basah, erangannya kian menggila.

Pangeran Djanh pun mengiringi dengan deraman-deraman dominan terus menggempur lubang intim Revka yang ada di bawah.

Dante bisa melihat Andrea tampak tak nyaman menyaksikan adegan vulgar itu.

"Balik ke pohon aja, Dan..." Andrea masih menunduk sembunyikan wajah di dada Dante.

Pria Nephilim itu pun segera patuh dan membawa Andrea kembali ke lubang hangat mereka di pohon.

Setelahnya, Andrea sibuk mengutuk Djanh dan Revka yang sudah mengganggu ketenangan malam mereka. Suara pergumulan kedua makhluk beda ras itu masih saja menguasai langit hingga Andrea berharap telinganya tuli mendadak malam ini saja.

"Arrnghh! Djanh! Kau Iblis laknat!" Terdengar suara manja Revka mengutuk Djanh.

"Ya, dan kau sangat menyukai si laknat ini, kan? Hmmrgh? Ayo katakan bahwa si laknat ini hebat!" Suara Djanh menggeram parau.

"Argh! Stop! Terlalu keras! Djanh, kau gila! Dasar monster!" Revka menjerit-jerit.

"Makanya, katakan! Katakan aku lebih hebat dari siapapun! Siapapun yang sudah mencekokimu dengan penis mereka!"

"Hnghh! Iya! Ourrghh! Iya, kamu memang laknat yang hebat! Lebih dari siapapun—argkh!"

"Lebih hebat dari Orge budak sialanmu itu?" Mendengar itu, Andrea hanya bisa melotot kaget. Revka  sudah bersenggama dengan budaknya sendiri?!

"He-emh! Lebih hebat dari Orge—aanghh~ Djanh! Di situ enak!"

"Tentu saja enak, Kitty... Dan aku juga lebih hebat dari par pria di klub itu?"

"Jelas! Jelas saja—annghh Djanh! Penismu luar biasa..."

"Bahkan aku lebih hebat dari sepupu hebatmu si Dante itu?! Ayo katakan, siapa yang lebih hebat? Aku atau dia?!"

Andrea melongo beberapa detik dan lalu menoleh ke Dante di sisinya. Dante hanya berharap bisa mengubur dalam-dalam dirinya ke tanah. Andrea kumpulkan suaranya dan hembuskan kuat-kuat, "TIDUR SEJAUH MUNGKIN DARIKU!!!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.