Devil's Fruit (21+)

Kendalikan Apimu



Kendalikan Apimu

0

Fruit 88: Kendalikan Apimu

Malam itu pun terlewati dengan hening tanpa ada sesuatu apapun menimpa mereka. Dante tidur setelah dia sibuk dengan pikirannya setelah Andrea terlelap terlebih dahulu.

Tentu saja Tuan Nephilim sibuk dengan dilemanya. Hari demi hari, dia justru makin kuat menginginkan Andrea untuk dia miliki. Dan ini tidak sesuai dengan tujuan awal dari cita-cita mulianya.

Dan ia pun tidur setelah kelelahan berpikir.

Keesokan paginya, aktifitas mereka masih sama, berdebat kecil saat bangun, lalu turun ke bawah untuk membuat daging panggang, Andrea harus menyingkir sebentar untuk 'menanam harta karun', lalu mereka pun mulai makan bersama.

Setelah itu, mereka lekas mengumpulkan banyak kristal inti dari mayat para serigala yang memenuhi tempat itu sebelum akhirnya dibakar Andrea hingga jadi abu. Namun, Andrea menyimpan 5 mayat serigala untuk stok makanan mereka nantinya.

"Semalam..." Dante sambil membersihkan Pedang Rogard-nya. "...kenapa tak gunakan serangan bola merahmu yang aneh itu?"

Andrea menoleh dan hentikan kegiatannya. "Maksudmu... ketika Raja Serigala itu menyerangmu?" Dante mengangguk. "Karena aku takut aku meleset dan malah mengenaimu."

Dante menatap Andrea tanpa kata-kata. Lalu ia tersadar dan hanya berucap, "Oh." Kemudian ia mengamati Andrea yang sedang membersihkan kulit serigala menggunakan apinya. "Baju purbamu bagus juga."

Pria itu sedang ingin berucap jujur. Baju dari kulit beruang yang dikenakan Andrea memang terlihat bagus di tubuh Andrea. Bahkan... seksi. Gadis itu makin tampak seksi dan tangguh dengan pakaian ala Tarzan bagitu.

Andrea hentikan sejenak kegiatannya dan menatap Dante. "Oh ya? Makasih pujiannya. Nanti aku buatkan kau baju seperti ini juga."

"Tidak mau!" tolak Dante tegas.

"Loh, kok tidak mau?" Wajah Andrea menyiratkan rasa kecewa. Niat baiknya langsung ditolak. "Bukannya tadi kamu bilang ini bagus?"

"Aku jelas tak mau kau buatkan baju yang seperti itu! Kau pikir aku ini perempuan?" Dante tatap tajam ke Nona Cambion.

Andrea tampak bingung sesaat sebelum akhirnya dia paham maksud ucapan Dante. Ia pun tergelak kecil. "Dasar Nephilim bodoh, tentu saja aku tidak akan membuatkan untukmu menggunakan model yang sama persisi sepertiku! Pastinya aku bakal buatkan yang cocok untuk lelaki, dong! Aisshh kamu ini..." Ia sampai geleng-geleng kepala.

Keduanya pun saling hening untuk beberapa menit, sebelum dipecah oleh Dante yang selesai membersihkan Rogard-nya. "Kau bisa telekinesis, kan?"

Andrea berhenti lagi, dan mengangguk sambil berkata, "Iya. Kenapa?"

"Kenapa kau tidak mencoba menguasai arah apimu supaya lebih terkontrol?" saran Dante.

"Maksudmu?" Andrea miringkan kepala.

"Kalau kau bisa kendalikan apimu, kau takkan membakar apapun. Paham?"

Andrea merenungkan kalimat Dante baru saja. Kemudian, ia tersenyum lebar setelah memahaminya. "Ah, benar juga saranmu, Dante! Kau jenius!"

"Huh! Kenapa kau baru menyadari itu?"

"Beuh! Kau ini tidak bisa dipuji dikit, yah!"

Maka, siang itu, Andrea melatih tenaga telekinesis dia untuk mengontrol laju api merah spesialnya. Diawali dengan Troxo terlebih dahulu untuk memulai pembelajaran. Ia ciptakan bola api Troxo di telapak tangannya, lalu memusatkan pikirannya secara penuh pada bola api itu.

Troxo milik Andrea memang sama seperti Troxo yang dimiliki Iblis pada umumnya, adalah sekumpulan energi api yang dipadatkan dan membentuk sebuah lingkaran bulat yang berbentuk seperti bola.

Api adalah kekuatan basic bagi para Iblis. Maka Troxo adalah umum bagi mereka. Hanya, bola merah spesial yang lahir dari kekuatan Cambion milik Andrea bersifat lebih tirani dan lebih dahsyat dari Troxo.

Pertama-tamanya terasa sulit berlatih dengan menggunakan bola api Troxo. Namun setelah hampir satu jam, Andrea mulai bisa mengendalikan arah Troxo dia. Ia bisa melayangkan bola Troxo itu ke sana dan ke sini sejauh 1 meter. Setelahnya, gagal untuk mencapai 2 meter.

Andrea mencoba lagi. Terus begitu hingga sore menjelang. Andrea berhasil mengendalikan laju Troxo-nya hingga 10 meter. Ia terengah-engah lelah. Peluh di sekujur tubuhnya, basah hingga badan seksi dia berkilauan tertimpa sinar mentari petang.

Dante menahan napas melihatnya. Ia mengakui kecantikan dan pesona Andrea.

"Masih mau berlatih?" tanya Dante. "Jangan-jangan kau nanti mati kelelahan."

Andrea mendecih ke arah Tuan Nephilim yang meledeknya. "Biar saja aku mati, biar kau juga mati sekalian." Lalu, dia tidak pedulikan Dante dan mulai keluarkan bola merah spesialnya untuk menggantikan Troxo. Baginya, meladeni debat Dante itu kadang tidak penting. Dan ia akan memilih kegiatan lebih penting lainnya.

Tak butuh waktu lama bagi Andrea agar bola api spesial itu bisa mematuhi kekuatan pikiran dia. Andrea jadi teringat dengan Kalung Jiwa yang diberikan Kenzo. Bukankah Kenzo bilang kalung itu bisa membantu Andrea mengasah kekuatan pikirannya?

Tangan kanan Andrea pun menggenggam lembut kalung merah indah yang menggantung di lehernya. Ia tersenyum teringat Kenzo. Panglimanya itu sungguh baik memberinya banyak benda ajaib yang memang berguna untuknya.

"Bagaimana? Sudah bisa?" Dante tatap Andrea yang sedang membelakanginya. Cahaya petang membingkai tubuh Andrea, menciptakan siluet indah penampilan sempurna Andrea, meski dari belakang.

Andrea balikkan badan seraya memamerkan bola api merah yang bisa ia kendalikan ke sana kemari sejauh 10 meter. Senyumnya terurai lebar. "Untuk jenius sepertiku, bukan hal yang sulit." Ia busungkan dada montoknya tanpa sadar. Itu karena dia sudah terbiasa bersikap demikian di masa lalu saat dia bangga akan dirinya sendiri.

"Huh! Kau harus berterima kasih padaku yang lebih jenius ini untuk menyarankan itu padamu." Dante tatap enteng ke Andrea yang kini membelakangi mentari petang yang berwarna jingga kemerahan.

"Iya, iya, nanti aku buatkan baju yang keren untukmu!" Andrea pun padamkan apinya.

"Aku ingin yang lainnya sebagai balasan terima kasihmu."

"Apa?"

"Ciuman. Di sini." Dante menunjuk ke bibirnya.

Andrea mencibir. "Aku tidak jadi ingin berterima kasih."

"Lalu aku yang akan mengambilnya."

"Tidak boleh!" Andrea mendelik.

"Kenapa? Itu hakku!" Dante tak mau kalah.

"Aku tendang selangkanganmu kalau berani memaksa." Andrea picingkan mata jahat seakan ancamannya bukan kosong belaka. Sepertinya itu akan menjadi senjata baru Andrea untuk menahan Dante yang sering berbuat seenaknya.

"Tsk!" Dante mendecak. "Apakah kita masih akan bermalam di sini malam ini?" Ia menatap ke lukanya yang masih terbalut perban. Ia lebih baik mengalihkan arah percakapan atau dia akan benar-benar menyerang bibir gadis itu karena tak tahan gemas.

"Aku ingin berburu." Andrea menyeringai penuh makna. Matanya menyorot aneh. Benar-benar seperti penyihir yang menakutkan yang siap membuat ramuan berbahaya.

Dante kerutkan kedua alisnya hingga nyaris menjadi satu di dahi. "Berburu? Apa yang ingin kau buru?" Ia heran akan rencana Andrea yang dianggapnya terlalu menantang maut. Apalagi gadis itu belum bisa mengembalikan kekuatan terbangnya.

"Raja Serigala." Andrea sangat enteng mengucapkannya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.