Devil's Fruit (21+)

Day 2



Day 2

0

Fruit 75: Day 2

Tak terasa, pagi menjelang. Andrea terbangun lebih dahulu. Ia mengerjapkan mata seraya tangannya memayungi mata karena sorot mentari pagi menimpa kelopak matanya. Sinar matahari di sini sepertinya sama dengan di dunia manusia.

Andrea berdehem karena tenggorokannya terasa kering. Ia meraba-raba sekitar, mencari gelas air minum seperti biasanya jika dia bangun pagi. Nyatanya, bukan gelas yang dia dapat tapi justru tubuh seseorang.

"Alamakjan!" Andrea sampai berseru kaget dan lekas tarik tangannya. Di sisi dia, ada Dante sedang terbaring nyaman dalam lelapnya dengan satu lengan menutupi matanya yang terpejam. Andrea mengerutkan dahi, bukankah sepertinya semalam tempat tidur mereka tidak sedekat ini?

Setelah ditelusi lebih lanjut, mata Andrea pun terbelalak karena menyadari ternyata kini mereka sudah satu selimut! Sejak kapan dia dan Dante bisa berbagi selimut?! Bukankah semalam dia sudah menghardik Dante untuk menyerah mendapatkan selimutnya?

Berwajah masam, Andrea pun keluarkan kakinya dari selimut karena pasti terasa canggung jika nantinya ia menyenggol kaki Dante secara tak sengaja. Atau... jangan-jangan, kaki mereka sudah bersentuhan sejak semalam saat tidur?!

Andrea rutuki dirinya yang sering jadi kebo kalau tidur. Kebo mati, karena takkan terbangun dengan mudah walau diguncang-guncang. Dia juga berikan hujatan-hujatan indah untuk Dante dalam hatinya karena itu tak mungkin dilakukan dengan mulut yang sudah disegel Djanh keparat itu.

Kesal, Andrea cuma bisa terduduk tanpa berbuat apa-apa, karena memang dia pun tak tau harus melakukan apa? Tak mungkin dia meloncat dan mandi untuk bersiap sekolah. Tak mungkin juga dia lekas mandi untuk ke rumah Shelly.

Dia ingat jelas di mana dia sekarang.

"Hgh..." Andrea mendesah ringan. Ia kesal berada di sini. Apalagi dengan seseorang yang terus mengumandangkan dia sebagai musuh yang musti dibantai apapun alasannya. Dan yang paling menyebalkan adalah... dia HARUS bekerja sama dengan orang itu supaya bisa cepat keluar dari tempat laknat ini.

Menganggur, Andrea pun memandangi sekitar. Jika di depannya ada pantai, alangkah manisnya, akan terasa berlibur. Setidaknya, sedikit mengurangi kekesalan hatinya, karena Andrea menyukai pantai, meski dia tidak suka berenang di pantai, takut dimakan hiu. Apalagi dengan aroma feromonnya yang ia punya sekarang, bisa-bisa hiu dan paus pembunuh beramai-ramai mengejar dia.

Oleh karena itu, Andrea lebih suka memandangi pantai dan menikmati suasananya saja.

Mata Andrea yang bosan pun menatap ke sebelah.

Lelaki Nephilim itu... Dante... mau sampai kapan dia terus saja tidur? Apa dia ini benar-benar Tuan Muda yang tidak pernah bangun pagi? Manja, demikian ledek Andrea untuk Dante di dalam hatinya.

Mata Nona Cambion masih saja menatap sosok di sebelahnya meski harusnya tidak. Tapi mata ini sungguh tak tau diri dan terus saja memandangi Dante, bagai sedang melakukan scanning.

Lihat, kulit Dante tidak putih pucat. Kulitnya agak coklat namun tidak terlalu tan juga. Lekuk otot-otot Dante di area dada juga terlihat indah, seperti yang didambakan banyak pria tentunya. Apalagi perutnya, kencang dengan otot yang pasti ingin disentuh semua wanita untuk merasakan 'roti sobek'nya.

Andrea bertanya-tanya, apakah Dante rajin fitnes? Astaga Nona Cambion, dari seluruh pemikiran, kau malah penasaran mengenai itu?

Lengan Dante juga bisa digolongkan atletis. Ukurannya tidak terlalu besar, namun kencang dan berotot, juga tebal.

Tunggu! Andrea baru tersadar bahwa Dante topless! Astaga! Lelaki itu sungguh tidak punya rasa malu kah? Andrea mengutuki Dante tak putus-putus karena bisa-bisanya tidur bersebelahan dengan seorang gadis tanpa memakai pakaian atas.

Sebentar! Jangan-jangan... di balik selimut sana... Dante tidak memakai... Oh, tidak! Tidak! Andrea harus enyahkan segera pikiran gila itu! Ia bersumpah akan memukuli Dante jika pria itu benar-benar tidak memakai apapun saat ini. Walau nanti ia harus menanggung petir dan menjadi gosong, tak apa! Akan ia pukuli nanti pria gila itu jika-

"Sudah puas memandangiku?" Tiba-tiba, suara Dante sudah terdengar. Oh, bibirnya juga sudah bergerak-gerak! Tentu saja, Nona. Memangnya Dante pakai suara perut?

Andrea langsung saja meloncat dari kasurnya, lalu tendang ringan Dante. "Siapa yang memandangimu? Nephilim tak tau diri!"

Sekarang, Dante singkirkan lengannya yang tadi menutupi mata elangnya. "Tak mau mengakui, ya sudah. Iblis memang diciptakan sebagai makhluk pendusta."

"Heh! Jangan berlagak, yah! Kau sendiri sangat tak tau malu, tidur menempel di sebelahku! Dasar Nephilim mesum!" Andrea naikkan dagu seolah dia sudah mencium bau kemenangan karena berhasil membalas sindiran Dante.

Dante pun duduk dan bersiap menyingkirkan selimut. Andrea sudah bersiap dengan tinjunya, akan pukuli wajah tampan Sang Nephilim andai sungguh tak memakai apapun selama tidur bersama Andrea.

Sreett~

Selimut disibak. Andrea hela napas lega karena ternyata pria itu masih mengenakan celana panjangnya.

"Aku pikir selimutmu terlalu besar untuk kau pakai sendiri, maka lebih baik dimanfaatkan secara maksimal, bukan?" Dante enteng mengatakan alasan kenapa dia bisa berbagi selimut bersama Andrea.

"Cih! Tak tau diri! Dasar—ughh..." Wajah Andrea berubah. Perutnya melilit tiba-tiba. 'No! Jangan! Jangan sekarang!' Andrea berteriak di batinnya. Ia panik dan menatap sekitarnya dengan gelisah.

"Kenapa?" Dante menggaruk kepalanya sambil menyisir rambut gelapnya dan memandang ke Andrea yang terlihat gelisah.

Andrea tidak menjawab, justru dia berlari ke arah semak.

"Heh! Jangan kabur! Kau bisa kena petir, Cambion tolol!" Dante heran melihat Andrea lari kesetanan. Dan karena cemas, ia pun turun dari kasurnya dan lekas susul Andrea daripada sesuatu terjadi pada gadis Cambion keras kepala itu.

Andrea yang sadar diikuti oleh Dante justru tambah panik. Ia berteriak kalap, "Jangan ikut!!! Jangan!!!"

"Memangnya kau mau ke mana, Iblis?" Dante masih terus berlari mengejar. Ia kuatir jarak mereka terbentang selebar 100 meter. Itu fatal nantinya.

"Sudah, kau di sana saja!!!" Andrea masih berseru sambil lari menuju ke semak. Lalu dia berhenti dan berlutut di sebuah semak berpasir, dan seperti menggali. "Kalau kau berani mendekat lagi, aku bersumpah akan membunuhmu! Terserah kalau memang harus mati bareng!"

Dante ikut berhenti. Tertegun dengan apa yang dilakukan Andrea. Sedang apa gadis itu menggali pasir di sana? Memangnya dia menemukan sebuah harta? Kenapa Dante tak tau ada harta karun di dunia sialan ini?

Ketika Dante bermaksud untuk mendekat karena penasaran, ia mendapati Andrea sudah berjongkok di dalam semak dalam posisi ambigu. Wajahnya merah padam dan melotot ke Dante di kejauhan.

"Jangan ke sini, Nephilim bodoh! Syuuhh! Syuuhh! Sana! Pergiii!" Andrea terus menghardik.

Dante masih tertegun di tempat. Tak berapa lama, terciumlah aroma luar biasa dari tempat Andrea berjongkok. "Sialan kau Iblis! Ternyata kau—" Ia mengutuk Andrea dengan bahasa macam-macam, dan lekas putar langkah menjauhi Andrea.

Ternyata Andrea tidak sedang menggali harta, tapi justru sedang meletakkan 'harta karun'!

Andra bersungut-sungut di tempat jongkoknya. "Suruh siapa ngikut ke sini? Udah dibilang jangan ikut, malah ngotot. Lagian... orang buang hajat kok malah didekati. Bodoh sampai ke sumsum," rutuknya jengkel sekaligus malu berat. Mana ada gadis yang tak malu ketika buang air besar, mencret, dan baunya diketahui orang lain? Lelaki pula!

Ini sungguh-sungguh sebuah penghinaan pada gadis pemalu seperti dia!

Setelah mengejan tanpa susah payah dan mengeluarkan semua yang di dalam


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.