Devil's Fruit (21+)

Djanh x Revka (1) (21+)



Djanh x Revka (1) (21+)

0

Fruit 69: Djanh x Revka (1)

Pangeran Incubus tampan, Djanh, membawa Revka ke sebuah tempat yang lagi-lagi itu ia ciptakan khusus dari kekuatannya. Tujuannya agar tak ada yang menginterupsi. Dasar pangeran mesum.

Entah sebenarnya seberapa kuat Pangeran Incubus satu ini. Ia dengan mudah menciptakan alam dimensi dari kekuatannya sendiri. Itu tentulah bukan sesuatu yang mudah saja dibuat oleh Iblis.

Biasanya, untuk menciptakan sebuah alam dimensi, dibutuhkan gabungan kekuatan dari beberapa Iblis kuat tingkat elit. Namun, ini Pangeran Djanh begitu santainya membuat apa yang sulit bagi Iblis lain, bagai dia sedang membuat telur orak-arik saja.

Pangeran Djanh menciptakan dunia khusus ini tampak bagai sebuah hunian yang sangat mewah dan berkelas. Ruangannya seolah didekorasi ingin bersaing dengan keindahan Istana Versailles di Perancis sana.

Sepanjang mata memandang, terlihat sebuah ruangan indah bak kamar raja di dongeng-dongeng. Warna dinding merah muda dan merah berhias kain-kain emas memanjakan mata. Dan langit-langitnya membentuk kubah dengan dipenuhi lukisan artistik bergambar manusia yang sedang bersenggama dengan pose erotis.

Revka mendecih melihat keseronokan langit-langit itu.

"Nyamankan dirimu di sini, manis. Anggap seperti rumahmu sendiri."

Lalu, ada sebuah ranjang besar nan megah terhampar di dekat mereka berdiri.

"Kalau kau sanggup menyenangkan aku, maka aku akan keluarkan pacarmu." Djanh duduk penuh jumawa di salah satu sofa di dekat ranjang. Tetiba saja tangannya sudah menggenggam segelas anggur merah yang tampak menggiurkan. Ia menyesap penuh nikmat anggur merah itu.

Revka berdiri penuh amarah. Dia benci kaum Iblis. Kaum yang sebenarnya lebih lihay dan hebat dari ras Nephilim. Iblis bisa dengan mudah menciptakan benda-benda apapun tanpa harus bersusah payah mengeluarkan tenaga besar. Tidak seperti Nephilim yang bisa kehabisan tenaga hanya untuk menciptakan suatu benda secara mendadak.

"Kenapa diam saja, sayankku?" Djanh baru saja menyesap setengah dari anggurnya. Salah satu kaki hinggap di paha dengan gaya elegan penuh wibawa. "Ayolah, mulai saja kalau kau memang ingin lekas keluarkan kekasihmu itu."

Revka menarik nafas dalam-dalam. Dia tak boleh gegabah. Yang ada di hadapan dia sekarang ini bukan Iblis sembarangan. Melainkan salah satu pangeran Incubus yang terkenal. Kekuatannya tak bisa dianggap remeh. Revka tak mungkin sanggup melawan sendirian. Walaupun sanggup, itu justru akan membahayakan Dante di alam lain.

"Kau ingin aku berbuat apa, Iblis? Katakan saja." Revka menatap tajam ke Djanh.

Djanh naikkan alis, memberikan muka seolah sedang berfikir. "Humm, enaknya apa, yah? Coba aku pikir dulu, manisku."

Sang Pangeran mengetuk-ketuk badan gelas di tangannya menggunakan telunjuk. "Humm... cobalah menarikan sesuatu yang membangkitkan birahiku. Cobalah... striptease."

Revka mengeratkan rahangnya. Baiklah. Hal menjijikkan seumur hidup baginya, akan dia lakukan demi Dante. Semua adalah... demi Dante!

Gadis Nephilim yang memakai kain tipis itu pun berjalan menjauh sebentar dari Djanh. Lalu mulai menggerakkan badannya penuh gemulai. Djanh tak hanya diam menyaksikan. Dia jentikkan jari sehingga mulai terdengar alunan musik aneh yang seakan membangkitkan libido bagi yang mendengar.

Revka pun tak menyangkal musiknya begitu sensual mampu menggelitik birahi dia sendiri. Apakah ini sihir Incubus? Sungguh berbahaya sekali ras Iblis satu ini!

Badan seksi Revka terus menggeliat mengikuti alunan musik misterius ciptaan Djanh. Pinggulnya bergerak sensual seraya tangannya membelai dadanya sendiri. Wajah Revka memerah. Dia belum pernah menari seperti ini di depan siapapun. Ini sebuah pelecehan harga diri sebagai kaum Nephilim. Namun hanya ini satu-satunya cara menyelamatkan Dante.

Tangan yang merayapi dada itu pun perlahan menurunkan tali gaun tipis di bahunya sehingga kain itupun meluncur dramatis membuka tabir yang melingkupi payudaranya. Sepasang benda bulat kenyal itu pun segera terekspos apa adanya tanpa penutup apapun. Bundar, montok, dan putih mulus menggiurkan.

Tiba-tiba Djanh sudah ada di belakang Revka dan mengelus payudara telanjang si gadis Nephilim.

"Anghh~" Tanpa sadar, Revka melontarkan lenguh. Djanh menyeringai. Rasanya tak ada yang bisa menolak sentuhannya. Maka payudara besar itu pun diremas lembut yang mengakibatkan erangan lirih Revka menguar tanpa bisa dicegah.

"Ternyata suara erangmu seindah wajahmu, sayank..." bisik Djanh di belakang telinga Revka.

"Pangeran... mmhhh..." Revka tunjukkan wajah sendunya ke arah Djanh tatkala jemari nakal Djanh memilin puting dadanya yang menegang. Pinggulnya masih bergoyang. Dan itu direspon Djanh dengan elusan salah satu tangan pada daerah itu.

Padahal Revka tidak berencana untuk bergerak sebinal itu. Ini sungguh-sungguh bagai ada sesuatu yang menggerakkan dia. Apakah musik itu?

"Kau kucing kecilku yang manis..." puji Djanh sambil mengelus-elus pinggul Revka.

"Mmmrrhh..." Revka tak bisa menahan suaranya. Sentuhan Djanh serasa membakar tubuhnya. Seolah obat perangsang. Inikah kekuatan Incubus? "Arrngh!" jerit Revka akibat pilinan Djanh yang keras pada puting merah mudanya.

"Akan kubuat kau terus menjerit seksi begitu, sayank..." bisik Djanh kembali dengan suara berat dan dalam.

"Kau—aarnnghh!" Kembali Revka menjerit. Kali ini bukan putingnya yang membuat dia menjerit, namun tangan Djanh tiba-tiba menyusup ke belahan gaunnya dan menyentuh area pribadinya.

Djanh tak mau berlama-lama. Jemarinya lekas mengusap sebuah benda kecil istimewa. "Di sini?"

"Arrghh! Pangeran! Errmghh..." Padahal Revka berusaha membungkam suaranya, tapi kenapa selalu saja erangan malah meloncat keluar dari mulut tak tau diri dia?! Ini sungguh merendahkan martabat seorang Nephilim.

Wreeekk!

"Auuwwghh!"

Itu tadi pekikan Revka karena kelakuan Djanh yang merobek gaun Revka secara seenaknya hingga gadis itu pun telanjang.

"Kupikir kau sudah tak memerlukan kain tipis ini, sayankku." Dan Djanh pun membuang sembarangan kain gaun malang yang sudah robek itu ke sudut.

Kini setelah Revka berhasil ditelanjangi, Djanh tak sungkan-sungkan lagi. Dengan posisi di belakang Revka, Djanh mengerjai gadis Nephilim itu. Tangan kiri meremas payudara, sedangkan tangan kanan mengusap-usap klitoris.

"Haarngghh... Pangeran... stop!" Revka mulai panik. Seluruh saraf tubuh seolah menegang merespon serangan seksual Djanh.

"Fuhuhu... kenapa, sayank? Apakah terasa sakit?" Djanh bicara menggunakan nada seduktif sembari lidahnya menggelitik telinga Revka.  "Bukankah kau paling senang disentuh di sini?" Jari Djanh mencubit mesra klitoris, seolah sedang menekankan bagian itu yang sedang ia bicarakan.

"Bagaimana kau ta—aarrngghh!" Revka menjerit karena kini Djanh menarik-narik klitoris pekanya. Ia kaget kenapa Iblis ini bisa tau area kesukaan Revka? Apakah Djanh diam-diam mengamati semua wanita ras apapun?! Revka tolehkan wajahnya ke belakang mencari mata sang Pangeran, menuntut penjelasan.

Djanh tak menyia-nyiakan kesempatan. Langsung ia bungkam mulut Revka menggunakan bibirnya lalu ia lumat penuh khidmat. "Huurrmhh... urrmmcchh... ourrmmccpphh..."

Revka kaget, tak mengira mendapat cumbuan dari Djanh. Memang bukan ciuman beringas, namun ini lembut dan... memabukkan. Otaknya serasa lumpuh tak bisa berpikir waras lagi. Ia pun mulai merespon cumbuan Djanh dan rela membuka mulutnya agar lidah Djanh bisa lebih leluasa mengesplorasi rongga hangat tersebut.

"Ha—arrngghh... urrmmssffhh... arrllngghh..." Terasa geli namun nikmat ketika ujung lidah Djanh bermain-main di langit-langit mulut sang Nephilim, lalu kembali menghisapi bibir bawah Revka. Ini... sensasinya... berbeda dengan saat ia bercinta dengan Dante. Pangeran Djanh... terlalu berpengalaman dalam memperlakukan wanita.

Gesekan jari Djanh pada klitoris Revka makin intens, menghasilkan suara kecipak spesial yang menandakan si gadis terangsang hingga memproduksi cairan khususnya. Revka tak kuat. Ia lepaskan cumbuan Djanh.

"Pangeran! Pangeran! Sudah! Sudah!" Ia panik mengetahui tubuhnya begitu bergairah hanya dalam hitungan singkat akibat sentuhan profesional Djanh. Pergelangan tangan Djanh di bawah sana dicengkeram. Alih-alih Revka ingin hentikan aksi nakal Djanh pada klitorisnya, tangan itu malah pasrah mengikuti irama gesekan Djanh.

"Panggil saja aku Djanh. Ayo, manis. Ucap namaku. Djanh..."

"Djaannhh! Djaanhh! Akuuhh... akuugghh..."

"Iya, sayank. Aku tau kau sudah hampir mencapai puncakmu. Ayo, terus panggil namaku, serukan yang keras. Aku tau, sayank... tubuhmu yang mengatakan padaku..."

"Djaaanhh! Djaanhh!" Revka makin belingsatan hingga merundukkan tubuh saking tak kuat menerima terjangan seksual tangan Djanh. Namun Tuan Iblis tak mau berhenti dan justru mempercepat usapannya pada klitoris si gadis.

"Capailah puncakmu, sayank. Buat aku senang."

Cengkeraman Revka pada pergelangan tangan kanan Djanh kian menguat seiring dengan intensnya usapan Djanh, bagaikan itu sebuah penyaluran Revka atas desakan birahi yang menggedor-gedor jiwa wanitanya.

"Haaarrnghh! Arrnghh! Djaannhh! Djaa—ARRGHH!"

Revka menyerah. Ia merelakan cairan spesialnya yang kental dan bening keluar begitu saja menyemprot kuat ke bawah diiringi pekikan.

Djanh menyeringai puas. "Hebat. Kau bisa menyembur juga di bawah sini, sayank. Kau kucing pintarku."


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.