Devil's Fruit (21+)

Frustrasi Menggema



Frustrasi Menggema

0

Fruit 67: Frustrasi Menggema

Malam itu sungguh sebuah malam yang tenang bagi Andrea dan kelompoknya. Kubah pelindung ini benar-benar menguntungkan pihak mereka.

Untung saja para Iblis pria yang ada di dalam kubah merupakan Iblis berdarah bangsawan, sehingga tidak terkena efek aroma Andrea. Dia bisa aman sentosa di dalam tendanya.

Ia sedang asyik membaca sebuah novel ketika Kenzo masuk ke tenda. "Ada apa, Zo?" Dia sudah berkubang di bawah selimut karena hawa di pegunungan ini termasuk sangat dingin.

Sedangkan bagi Iblis berdarah panas seperti yang lain, hawa pegunungan sama sekali tidak berpengaruh bagi tubuh panas mereka.

"Tuan Puteri belum bisa tidur?" tanya Kenzo sambil berdiri tenang di dekat kasur Andrea.

"Iya, nih. Belum ngantuk. Makanya aku coba baca novel agar mengantuk, tapi sepertinya novelnya asik, bikin aku jadi penasaran ingin terus tau kelanjutannya, hahaha..." Andrea mulai bangkit duduk dan menutup novel di tangannya.

Kenzo pun henyakkan pantatnya di tepi kasur Andrea bagian kaki. "Apakah novel percintaan?"

"Naaahh!" Andrea tunjukkan raut muka tanda penyangkalan. "Aku nggak suka novel percintaan, apalagi yang kental akan romans. Ini novel petualangan. Asik sekali. Rasanya bikin aku ingin punya petualangan sendiri, hihi..."

"Oh!" Kenzo naikkan alisnya, tak menyangka jawaban Andrea, karena biasanya wanita menyukai novel jenis percintaan yang kental akan liku-liku asmara. Tapi kemudian dia ingat, bahwa Andrea bukan wanita feminim sedari awal. Oleh karena itu, ia pun mengangguk paham. "Bukankah ini juga bisa merupakan petualangan untuk Tuan Puteri?"

Andrea manggut-manggut seolah setuju. "Iya juga, sih! Tapi ternyata berpetualang itu melelahkan, yah Zo. Hahaha... Aku aja ini baru menjalani sehari berpetualang sudah selelah ini, apalagi jika seperti yang di novel ini?"

"Oleh karena itu, kenapa Tuan Puteri tidak mengungsi sementara ke Underworld saja? Di sana Tuan Puteri akan aman, tidak akan ada yang akan mencelakai Tuan Puteri jika tinggal di istana Baginda Zardakh." Kenzo mulai lagi akan persuasinya.

Andrea kibas-kibaskan salah satu tangan ke depan. "Jangan mulai mengompori aku lagi, Zo. Aku kan sudah bilang, apapun yang terjadi, aku tetap di sini, karena ini adalah tanahku, tempatku, asalku."

"Tapi Tuan Puteri jadi susah dan lelah dikejar-kejar banyak pihak."

Andrea mendesah sebentar sebelum melanjutkan bicara. "Anggaplah ini petualangan hidupku yang paling wow. Yah, mungkin aku harus mengatur mindset aku agar merasa bahwa ini adalah petualangan asik yang menegangkan seperti di novel." Seulas senyum diberikan ke Kenzo.

Kenzo tertular dan membalas senyum itu. "Baguslah apabila Tuan Puteri bisa memikirkan itu menjadi sebuah petualangan yang menantang. Karena dengan begitu, Tuan Puteri akan tumbuh lebih kuat nantinya."

Andrea mengangguk. "Benar, karena tidak selamanya kalian akan terus melindungiku, iya kan? Oleh karena itu aku juga harus tumbuh kuat dan mandiri."

Kenzo ikut mengangguk lega. Kemudian dia pamit keluar dan Andrea pun meneruskan bacaannya sebelum akhirnya dia terlelap benar.

Di alam mimpi... Andrea rupanya menjumpai Dante.

Mereka kembali bercinta secara menggebu. Awalnya, Dante terkesiap ketika sedang lelap di kamarnya, tiba-tiba saja Andrea sudah muncul dan mengulum penisnya tanpa ragu-ragu. Dante langsung sadar bahwa ini adalah mimpi semata, karena dia sudah tau Andrea tak mungkin muncul begitu saja di hunian dia, karena gadis itu sedang dalam perlindungan kubah di pegunungan.

Namun, atas kelihaian rayuan Andrea, Dante pun terhanyut dan membiarkan birahinya menguasai semua kewarasan dia, dan mereka pun tenggelam dalam percintaan panas malam itu di mimpi.

Pagi harinya, Dante sedang melamun. Revka sudah tak berani menyambangi kediaman Dante. Dante selalu mengusirnya.Dia makin merasa frustrasi pada Andrea yang sudah dua kali ini menggodanya di mimpi, menjungkir-balikkan logika dan akal sehat Dante setiap ia terbangun dan mengingat momen intim mereka di mimpi.

Dante nyaris saja menggunakan Revka lagi untuk mengalihkan perasaan kusutnya pada Andrea, namun ia segera urungkan. Sebelumnya, Dante mengira mungkin saja sepupunya bisa membuatnya melupakan pikiran kusutnya untuk beberapa saat. 

Namun setelah beberapa jam, Dante malah muak melihat Revka, dan ia menyarankan gadis itu pergi sebelum ia malah melemparkan bola ungu Vreth  ke arah sepupunya. Revka patuh dan memilih pergi diiringi budaknya, kembali ke kediamannya sendiri. 

Sementara itu, Erefim yang mengetahui Tuan Mudanya sedang dalam mood  yang buruk, tau diri untuk tidak mengganggu, dan membiarkan sang Majikan berdiam diri sampai membaik sendiri. 

Dante mendengus gelisah. Hatinya merasa ada yang aneh. Terasa ada yang mengusik dirinya semenjak kemarin, semenjak dia bercinta pertama kali dengan Andrea di mimpi. Mencoba mencari tau tapi selalu gagal. Berkali-kali ia hanya bekeliaran di dalam apartemen besarnya, mondar-mandir tak jelas. 

Maka kini ketika ia terdiam di ambang jendela besar apartemennya, ia letakkan dagunya pada salah satu lutut yang ia angkat sembari memandang ke luar. 

'Kenapa aku... rindu bau itu?' batin Dante beberapa kali. Dan berkali-kali pula ia mendesah kesal. lagi-lagi itu saja yang terlintas di benaknya. 

Lebih gilanya lagi ketika bayangan Andrea dengan kurang ajarnya lewat begitu saja ketika Dante tengah frustrasi karena perasaan ini. 

"Arrghh! Iblis jelek! Iblis sialan!" serunya jika ia sudah di ambang kesal. Bahkan lemparan barang di dekatnya pun sudah tak asing lagi. Erefim hanya tinggal memungut dan letakkan pada tempatnya semula, atau jikalau pecah, hanya butuh dibereskan saja dengan sapu dan alat sedot. 

"Hhhhhaaghh!" Dante pun memilih bangkit dan beranjak dari sana. Ia menyambar jubah dan melesat pergi keluar. 

"Tuan Dante!" panggil Erefim yang segera menyusul Majikannya. Bagaimana pun ia harus bisa membendung amarah Tuan Mudanya sebelum terlambat dan terdeteksi para Pengawas di langit sana. 

Dante melesat cepat ke sebuah destinasi diiringi Erefim. 

"KELUAR KAU, IBLIS BETINA!" 

Andrea pun segera keluar dari tendanya yang nyaman. Kenzo sudah ada di hadapan Dante, menatap tajam ke arah Dante yang melayang di luar sambil menunjukkan muka tidak ramah lingkungan.

Kubah perlindungan rupanya menghilang sendiri lebih cepat dari waktu yang diperkirakan semenjak pagi ini.

"Sopan sedikit lah Tuan Muda Nephilim." Kenzo sudah berusaha setenang mungkin. Para Soth sudah bersiaga di sekitar Dante dan Erefim. 

"Untuk apa bersopan-sopan dengan makhluk seperti kalian?" sahut Dante ketus. 

"Fufufu... sungguh Tuan Muda rupanya kurang diajari sopan santun di lingkungan keluarga. Atau... Anda memang lahir tanpa kasih sayang orang tua?" Kenzo santai saja menjawab ucapan tajam sang Nephilim. 

Sahutan dari Kenzo jelas-jelas menohok keras perasaan Dante. Ia memang tak pernah mendapatkan belai kasih sayang orang tuanya. Ia hanya tau dirinya diasuh seorang Nephilim tua sejak kecil, yang kemudian mati demi melindungi Dante ketika hunian mereka kedatangan satu Pengawas akibat kecerobohan Dante berlatih ilmu.

Dan semenjak itu pun ia menggelandang dan terdengar kasak-kusuk di sekitarnya bahwa ia adalah anak dari salah satu Malaikat ternama di Surga. Dan akhirnya ada Erefim yang datang padanya saat ia remaja dan mengabdikan hidup pada Dante hingga kini. 

Baiklah, cukup sudah kilas baliknya. Sekarang kembali ke masa kini. 

Tangan Dante sudah siap menembakkan bola ungu berbahaya yang sudah ia persiapkan, namun seperti biasa, Erefim mencegah. "Tuan, ingat Pengawas." 

Dante melotot ganas ke orang terpercayanya. "Kau!"

"Tuan, lebih baik sampaikan saja apa yang ingin Tuan kehendaki daripada bertarung dan membahayakan nyawa Tuan." Erefim masih saja berusaha menenangkan majikannya. Ia bisa saja melindungi sang majikan dengan kekuatannya yang sebenarnya amatlah kuat. Namun jika itu terjadi, Pengawas akan bisa mendeteksi keberadaan mereka dan itu akan jadi bumerang bagi mereka. 

"Hghh!!" Dante kibaskan tangannya yang dipegangi sang asisten, lalu menatap gahar ke arah Andrea. "KAU!" Telunjuknya mengacung ke gadis Cambion yang berdiri di belakang Kenzo. "KAU PAKAI GUNA-GUNA APA PADAKU?!"

"Hah?!" Andrea justru bingung. "Guna-guna?" Rautnya menampakkan apa yang ada di benaknya. "Guna-guna apanya?! Aku mana tau begituan?!" Padahal Andrea ingin sekali bisa memaki Dante seperti yang biasa ia lakukan. 'Djanh keparat!' 

"Tak usah berpura-pura, iblis betina laknat!" sambar Dante masih dengan nada tak enak. 

"Heh, kau... Tuan Muda manja. Apa kau tidak pernah bisa menghargai wanita, hah?!" Kenzo mulai kembali angkat bicara. 

"Tutup mulutmu, budak Iblis!" Kini telunjuk itu ganti mengarah ke Kenzo. Mereka pun saling bertatapan sengit. Kuku jari Kenzo sudah meremas gagang pedangnya dan menghujam jelas di sana. 

"Nephilim buangan..." lirih Kenzo yang ternyata di dengar Dante. 

Seketika itu juga Tuan Nephilim terpelatuk marah dan melesat ke arah Kenzo. Tuan Panglima Incubus tak mau diam, ia juga mulai maju ke arah Dante. Namun Erefim segera menghadang di depan majikannya, dan ia bersiap bertarung melawan Kenzo. 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.