Devil's Fruit (21+)

Mission Accomplished (19+)



Mission Accomplished (19+)

0

Fruit 49: Mission Accomplished

Dante melirik ke utara, menatap wajah Andrea yang terpejam sembari menengadah dengan sengal napas yang membuat dada indahnya naik turun secara menawan.

Cantik. Dalam benaknya ia memuji kecantikan Andrea. Gadis itu terasa sempurna bagi mata Dante. Andrea ia anggap makhluk sempurna yang pernah ia temui.

Pesona Andrea begitu lengkap, benar-benar menentang langit. Wajah sangat cantik tiada cacat, serta tubuh sangat sempurna yang diidamkan siapapun bagai tak bernoda.

Ya, Andrea memang sempurna.

Dante sudah puluhan kali berburu Iblis wanita dan Succubus dari beratus tahun silam, namun tak ada yang menandingi keindahan Andrea. Meski para Succubi itu sungguh menggoda, tapi mereka jadi tak ada apa-apanya dibandingkan Andrea.

Bahkan, pesona Nephilim tercantik di Antediluvian yang penuh kemilau pun terasa redup jika disandingkan dengan Andrea. Andrea terlalu... menyilaukan.

Karenanya, Dante makin terangsang dan makin rakus melomoti kewanitaan Andrea, mengakibatkan gadis berdarah Incubus dan mulai menjadi Succubus Hera itu kian menggelinjang disertai erangan manis yang bagaikan simfoni semerdu nyanyian Malaikat Surga. Ah, Dante mulai gila. Menyamakan nyanyian Malaikat dengan suara erotis Andrea?

Lupakan mengenai kegilaan itu.

Kini dua jari Dante merayap di klitoris Andrea, kemudian ia susupkan masuk ke liang vagina sang Cambion.

Erang terkejut pun terdengar. "Aaarrhh! Dante! Apa yang lo—aannghh... stoopphh... jangan ngaco! Jangan, woi! Kampr—mmrrghh... fvck you—haangghh..." Andrea yang tadinya melotot gahar ke Dante dengan kepala bangkit susah payah, akhirnya kembali rubuh ke tanah sambil melanjutkan erangannya. "Sttopphh... Jangan, Dan... ja—mmrrghh... brengsek... haanghh..."

Dia baru saja orgasme! Dia baru saja orgasme, gosh! Dia masih dalam masa anti-klimaks yang tak nyaman! Dan Dante sudah kembali menyerbu area itu lagi bagai tak ada bosannya.

Andrea tidak bisa segahar tadinya meski mengumpat versi apapun ke Dante karena pria Nephilim itu sudah mulai mengocok vaginanya dibarengi lidah terus menjajah klitoris yang kian mengeras dan bengkak akibat perlakuan mulut Dante. Apa daya seorang perempuan jika dua erogenus-nya sudah dirambah secara bersamaan? Tak ada.

Itulah titik terlemah dari wanita. Sekuat apapun, takkan bisa bertahan jika dua erogenus tersebut tersentuh secara nikmat serta intens. Apalagi Dante cukup berpengalaman. Itu sudah merupakan double kill! Double impact!

Andrea sendiri sangat amatir atas siksaan seksual yang diterima saat ini. Tubuhnya bereaksi di luar kewajaran. Tubuhnya seolah hanya mengikuti instingnya saja. Menggelinjang, mengerang, pantat yang sesekali terangkat, dan mata tak sanggup membuka karena malu berat.

Dan, ketika Dante menohok dinding vaginanya di dalam sana, Andrea bagai merasakan sengatan tak terkira. "Aaarghh!!!" Gadis itu tak tau bahwa baru saja G-spotnya tersentuh ujung jari Dante yang meraba sana-sini mencari.

"Ketemu," ujar Dante sembari berikan seringai disela lumatannya pada klitoris di hadapannya. Dan tohokan itu kembali ia lakukan hingga cairan bening dari vagina kian deras, dan lenguhan Andrea kian keras.

"Haaghh! Danteee! Sttopp! Panaasshh! Aaanghh!" Andrea gelisah, bergerak kiri dan kanan saat jari Dante terus menyiksa titik spesialnya. Ada sebuah rasa panas dan kaku dalam perutnya. Bahkan otot betisnya pun menegang dengan pantat kian naik-turun. "Cukupphh! Cukkupphh! Akuuhh! Aaakkkuuu—aarghhh! Dante! Daann—aaarrghhh!!!"

Tuan Nephilim tak peduli. Ia terus 'menggaruk' spot itu secara intens tanpa jeda sedikitpun dan kian meningkatkan ritmenya, sehingga erangan Andrea kian meluap bebas di udara. Dante bersuka cita mendengarnya. Suatu kebanggaan bagi pria bisa mengakibatkan wanitanya bereaksi demikian.

Tunggu! Wanitanya? Dante menganggap Andrea wanitanya?

Yang benar saja!

Dante harus membunuh Andrea! Itu demi sebuah status prestisius yang ia dambakan sejak kecil.

Sedangkan Nona Cambion tak sanggup lagi menahan apa yang terasa menekan di perut bawahnya. Dan dorongan itu pun pasrah ia lepaskan lagi sehingga berakhir dengan sebuah muncratan dari vaginanya yang segera disesap rakus mulut Dante. Pantat yang terangkat di udara selama beberapa belas detik itu pun akhirnya terhempas kembali.

Nafas makin tersengal. Peluh kian meleleh lumer di tubuh telanjang Andrea. Ia merasa nista, kotor, memalukan dan menyedihkan.

Dante pun hentikan kegiatannya di selatan Andrea. ia cabut jarinya dan ia lomoti jari basah itu. Kemudian ia pun merayap ke utara dan tindih tubuh setengah telanjang di bawahnya untuk merangkup payudara Andrea dan melumatnya bergantian.

"Haanghh... udah... udah, please... udaaahh... aannghh..." Andrea belum juga selesai mengatur napasnya, kini sudah datang siksaan baru dari Dante. Bagaimana kalau dia mati karena kehabisan nafas?! Ah... sepetinya itu hal mustahil, Nona.

Dante pasti juga tau itu dan ia tetap lanjutkan meremas payudara sekaligus melomotinya dengan sesekali menggigit gemas puting yang berhasil menegang. Benda kecil berwarna merah muda cerah itu sangat merespon sentuhan Dante, membuat pemiliknya frustasi merasa hina.

Disela penaklukan pada payudara montok Andrea, Dante merogoh celananya, melepaskan kait dan menurunkan zipper-nya. Ia siap melakukan penyatuan bersama Andrea. Ia sendiri tak tau kenapa ingin begitu. Ini hanya... menuruti instingnya saja. Insting ingin mereguk nikmat sepuasnya sampai akhir mumpung Andrea dalam kondisi paling lemah tak berdaya.

Kejantanan Dante sudah membengkak, mengacung arogan siap menembus segala barikade apapun. Bahkan celana pun telah berhasil ia pelorotkan meski dalam posisi menindih sang Cambion.

Ia pun membuka paha Andrea, siap melesakkan batang penisnya ke dalam liang lembab nan sempit milik Nona Cambion. Ia pegangi penisnya agar bisa mantap menerobos ke dalam.

"PUTERI!"

Sebuah teriakan yang sangat dikenal sudah menginterupsi keduanya. Andrea dan Dante menoleh ke sumber suara. Sebuah lubang sudah muncul dan ada Kenzo diiringi sesosok Iblis memasuki dimensi Meercomv. Namun hanya Kenzo yang masuk, sementara Iblis satunya berjaga di tepi lubang yang seolah siap menutup kapanpun.

Andrea bagai tersadar kembali ke pikiran warasnya. "KEEENN! TOLOOONG!"

Kenzo mendekat secepatnya dan menendang Dante hingga Nephilim itu pun terjengkang ke belakang. "Jauhkan sosok busukmu dari Tuan Puteriku!"

Tak dinyana, di dekat Dante pun muncul lubang dimensi pula, dan tampaklah Revka dan Orge di sana. Revka masuk ke dimensi tersebut dan membantu Dante bangun. "Bereskan pakaianmu dan kita pergi sekarang."

Dante masih bingung. Revka terpaksa membantu memasukkan penis yang mulai lunglai ke dalam celana dan mengaitkan tutupnya. "Ayo, Dante..." Revka menarik sepupunya ke lubang yang dijaga Orge. Lalu para Nephilim itu pun menghilang.

Kenzo melepaskan jubah yang ia pakai dan menyelimutkan ke tubuh nyaris telanjang Andrea. "Kita pulang sekarang, Puteri." Dan sang Panglima pun membopong tubuh yang segera meringkuk pasrah itu kembali ke dimensi manusia.

Sang Panglima Incubus benar-benar sangat tepat waktu. Sosoknya terlihat gagah ketika menggendong pergi Andrea dari dimensi kejam itu.

Ternyata, Kenzo bertemu dengan Revka dan lainnya, dan mereka sepakat untuk bersama-sama membuka portal alam Meercomv setelah Kenzo berhasil mendapatkan koordinat yang tepat. Itulah kenapa ia bisa datang bersamaan dengan kelompok Revka.

Kenzo juga tak mengira akan bertemu Revka dan para Nephilim tua yang menyertainya di angkasa. Namun, mengesampingkan segala dendam dan benci, mereka sepakat bekerja sama demi menyelamatkan dua orang yang sama-sama berharga bagi pihak mereka masing-masing.

Satu hal yang tidak disangka Kenzo... Kedua orang beda ras itu ternyata tidak terlempar ke dimensi alam Zonz seperti yang dia perkirakan sebelumnya, tetapi justru ke dimensi pembuangan alias dimensi alam Meercomv yang ditakuti segala ras. Mungkin hanya manusia saja yang tak tau mengenai dimensi itu.

Untunglah Baginda Raja Zardakh lekas bertindak dan menitahkan Iblis yang mampu melacak hingga ke dimensi Meercomv untuk mencari di mana tepatnya Andrea. Dan ternyata berhasil.

Kenzo tidak bisa membayangkan jika dia tak berhasil menemukan Andrea... mungkin Andrea sudah di-

"Hgh!" Kenzo mendesah sembari gendong Tuan Puterinya yang lunglai meringkuk di pelukannya. Ia sudah mengira kejadian ini akan terjadi apabila Andrea masih saja tidak bisa mengendalikan emosinya. Entah kapan Tuan Puterinya mau dan bersedia mendengarkan nasehatnya. Andrea memang terlalu keras kepala.

"Hiks..." Terdengar isak lirih dari Andrea yang masih dia gendong di angkasa. Kenzo menatap sebentar sebelum menoleh ke para Iblis yang menyertainya. Ia mengangguk ke mereka dan mereka membalas anggukannya, lalu mereka berpisah arah.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.