Raja Para Dewa

Tamu Yang Tak Diundang



Tamu Yang Tak Diundang

0Setelah melangkah keluar dari Gedung Spiritual Beladiri, para pemuda itu semuanya terdiam. Setelah apa yang dikatakan oleh Panglima Guanjun, saat ini mereka akan saling bersaing untuk mendapatkan rekomendasi darinya.     

"Hanya tersisa sepuluh hari lagi..."     

Feng Hanyue mengepalkan kedua tangannya dan menatap ke arah Yang Qingshan dan Nan Gongfan. Kedua pemuda itu berada di tahap akhir level ke 8 dan jika tidak ada kejadian yang mengejutkan lainnya, dua orang itulah yang akan mendapatkan rekomendasinya.     

Di lain pihak, Feng Hanyue, Zhao Feng dan Zhao Yufei juga berada di puncak level ke 7. Zhao Feng terlihat sangat tenang karena ia sangat yakin ia bisa mendapatkan rekomendasi tersebut. Namun ia mengkhawatirkan Zhao Yufei. Disampingnya, gadis itu menatapnya dengan sedih, yang menyakinkan Zhao Feng bahwa temannya itu telah menyerah.     

Dengan mata kirinya, ia memperkirakan kekuatan Zhao Yufei dan ia memang tidak punya banyak kesempatan.     

"Zhao Feng! Kau masih ingat tantanganku, kan? Kita akan bertarung di tes penerimaan murid Klan Bulan Patah, itu jika kau bisa terpilih..." Bei Mei menatapnya seolah bermain-main dengan Zhao Feng.     

Jelas terlihat bahwa Bei Moi berpikiran bahwa Zhao Feng tidak mungkin bisa menjadi yang terbaik pada keadaan saat ini.     

Pertama, bakat dan level pelatihan Zhao Feng lebih rendah dari Yang Qingshan dan Nan Gongfan. Kedua, jika ia bisa mendapatkan rekomendasinya, dengan potensi Tubuh Setengah Spiritualnya, kesempatannya mereka berdua untuk bertarung sebenarnya sangat rendah.     

"Akan tiba waktunya nanti," Suara Zhao Feng terdengar yakin saat ia berjalan menjauh, meninggalkan Nan Gongfan dan Yang Qingshan.     

"Darimana datangnya rasa percaya diri itu? Tipuan seperti apa yang akan ia gunakan untuk merebut posisi kita?" ejek Nan Gongfan.     

Sebaliknya Yang Qingshan terlihat serius saat ia memandangi punggung Zhao Feng yang semakin menjauh.     

Keenam pemuda itu langsung melanjutkan latihannya masing-masing begitu mereka tiba di rumah. Selama 10 hari terakhir itu, Feng Hanyue, Zhao Feng dan Zhao Yufei menggunakan sisa waktu mereka sebaik-baiknya untuk menembus level berikutnya. Yang Qingshan dan Nan Gongfan pun tidak berani terlalu percaya diri sehingga mereka pun berlatih dengan serius dan mencoba meningkatkan kekuatan mereka.     

Satu-satunya orang yang terlihat santai adalah Bei Moi. Ia merasa tidak tertekan sama sekali karena bisa dipastikan ia pasti bisa lolos dalam tes penerimaan murid klan itu. Namun meski demikian, ia hanya bisa bersantai selama 2 hari saja.     

Itu karena Panglima Guanjun secara langsung mengajarinya, pelajaran yang tidak bisa didapatkan oleh Zhao Feng dan yang lainnya. Itu sebabnya selama 10 hari itu keenam pemuda jenius ini pun akhirnya bisa menembus beberapa tahapan karena tekanan tersebut.     

Di hari kelima Zhao Fen telah menembus level ke 8. Ia bahkan tidak perlu bersusah payah untuk meningkatkan pelatihannya karena fokus utamanya tetap pada jurus Teknik Dinding Peraknya. Di hari ketujuh, Feng Hanyue dan Zhao Yufei pun juga telah menembus level ke 8.     

10 hari berlalu dalam sekejap mata. Di pagi hari kesepuluh, keenam pemuda itu kembali berkumpul di Gedung Spiritual Beladiri.     

Panglima Guanjun berdiri dengan tangan di belakang badannya dan disisinya juga berdiri Ye Linyun dan Prajurit Ketiga bertangan satu.     

Keenam pemuda itu berdiri dalam satu baris dengan Bei Moi berada paling depan, menunggu guru mereka.     

"Bagus juga" Panglima Guanjun menatap keenam pemuda itu dan menganggukkan kepalanya dengan puas. Semua muridnya telah mencapai level ke 8 dan Bei Moi di level ke 9.     

Bisa dikatakan salah satu dari keenam muridnya ini bisa mendominasi sebuah kota kecil.     

"Guru, apakah kau sudah menentukan 3 orang untuk direkomendasikan?" ujar Ye Linyun.     

"Ya, aku telah memutuskan akan memberikan rekomendasinya kepada Bei Moi, Yang Qingshan dan Nan Gongfan," ujar Panglima Guanjun.     

Mendengar hal itu, raut wajah Feng Hanyue, Zhao Feng dan Zhao Yufei pun berubah sedangkan raut gembira terlihat di wajah Yang Qingshan dan Nan Gongfan.     

Zhao Feng sedikit terkejut karena ia tidak mengira gurunya akan mengambil keputusan semudah itu. Awalnya ia berpikir mereka akan saling bertanding lalu memilih 3 yang terkuat.     

"Guru, apakah kau tidak akan memberi kesempatan pada 3 murid lainnya?" Ye Linyun pun juga terkejut.     

Prajurit ketiga yang telah kehilangan satu lengannya juga mengernyitkan dahinya. Ini tidak seperti yang biasa dilakukan oleh Panglima Guanjun. Panglima Guanjun pun tersenyum lirih namun raut wajahnya tiba-tiba berubah saat ia akan mengatakan sesuatu.     

"Siapa?" seru Panglima Guanjun saat suaranya bergema di dalam gedung. Disaat yang bersamaan pandangannya tertuju pada sebuah taman di dekat Gedung Spiritual Beladiri itu.     

"Hehehe.. Paman Xu, lama tidak berjumpa!" suara tawa terdengar dari arah taman.     

_Shua!_     

Seorang pemuda berbaju garis-garis hitam mendarat di tanah dengan ringan seperti seekor capung. Pemuda tampan ini berusia sekitar 27 atau 28 tahun dan punya aura yang aneh. Ia terlihat begitu percaya diri saat menatap Panglima Guanjun dan Bei Moi sambil tersenyum.     

Saat mereka saling berpandangan, sosok Panglima Guanjun terlihat sedikit gemetar seolah ia khawatir akan sesuatu.     

"Baju yang dipakainya itu...."     

Zhao Feng menatap baju dari pemuda misterius itu. Baju bergaris-garis hitam itu terlihat akrab. Tiba-tiba ia langsung mengingat 3 orang pemuda yang dilihatnya di ngarai Hutan Awan Langit. Baju yang digunakan pemuda di hadapannya itu sama dengan 3 orang pemuda di ngarai itu.     

"Siapa yang berani memasuki wilayah penting di dalam Istana Guanjun?" seru Ye Linyun saat ia memancarkan tenaga dalamnya.     

_Ceng Ceng!_     

Di saat yang sama, tiga orang Prajurit Guanjun pun muncul, termasuk Prajurit ketiga yang menerjang ke arah pemuda misterius itu.     

"Berhenti!"     

Suara Panglima Guanjun itu terdengar di telinga para prajuritnya. Prajurit Ketiga yang hendak menyerang pun langsung berhenti, namun dua prajurit lainnya tidak bisa menghentikan serangannya tepat waktu karena serangan mereka telah menuju ke arah pemuda misterius itu.     

_Tok! Tok!_ __     

Seberkas sinar dingin yang tajam berbentuk bulan sabit melesat ke arah dua Prajurit Guanjun itu.     

_Wu~_ __     

Semburan darah pun terlihat di tubuh kedua Prajurit Guanjun yang berada di level ke 9 itu. Dalam sekejap mata, dua orang Prajurit Guanjun pun tewas mengenaskan.     

Ye Linyun, Bei Moi dan yang lainnya bahkan tidak bisa melihat bagaimana pemuda itu bergerak untuk menyerang. Karena Zhao Feng tidak berhasil membuka kemampuan mata kirinya tepat waktu, ia hanya melihat sekelabat bayangan saja.     

"Prajurit Ketiga Belas! Prajurit Keempat Belas!" Prajurit Ketiga bertangan satu itu menatap jenazah kedua temannya itu.     

Orang-orang yang hadir disitu menarik napas dalam-dalam saat mereka menatap pemuda misterius itu lekat-lekat.     

Bei Moi dan yang lainnya pun bergerak keluar menjauhi lapangan itu tanpa ragu-ragu, menjauhi Panglima Guanjun dan pemuda misterius itu. Semua orang menahan napasnya saat mereka menatap pemuda misterius yang tampan itu.     

Siapa dia? Kenapa guru terlihat khawatir padanya?     

Kecurigaan muncul di hati keenam pemuda itu. Hanya Zhao Feng yang sedikit paham apa yang terjadi.     

"Keponakanku Quan Chen, apa maksudnya ini?" Panglima Guanjun menatap dengan marah ke arah pemuda di hadapannya itu.     

"Aku datang kesini untuk memberikan salam kepada Paman Xu Ran dan untuk menguji murid jenius yang kau latih," ujar Quan Chen dengan santai. Sejak awal kedatangannya hingga detik ini, pemuda itu terlihat punya tingkah laku yang selalu riang gembira.     

Paman Xu Ran? Zhao Feng akhirnya tahu nama asli Panglima Guanjun.     

"Terima kasih untuk perhatianmu! Aku adalah pengawas terluar di dunia manusia. Sejak kapan tuanmu punya hak untuk mencampuri urusanku?" Panglima Guanjun tertawa terkekeh-kekeh.     

Zhao Feng merasa tuan besar dibalik Quan Chen dan Panglima Guanjun tidak punya hubungan yang baik.     

"Hahaha, Tuanku telah mencapai Alam Roh Sejati setengah tahun lalu dan ia kini menjadi satu-satunya tetua yang dipromosikan selama 10 tahun terakhir. Aku diperintahkan olehnya untuk melihat situasi disini. Ada masalah?" Quan Chen tersenyum.     

Alam Roh Sejati?     

Jantung Panglima Guanjun berdebar keras. "Bagaimana mungkin ia bisa mencapai Alam Roh Sejati dengan sangat cepat?"     

Saat ini, Panglima Guanjun tidak bisa berkata apa-apa karena ia tidak bisa menerima berita yang baru saja ia dengar.     

"Namamu Bei Moi?" Quan Chen berpaling ke arah Bei Moi dengan penasaran.     

_Shua!_     

Bei Moi hanya merasakan tiupan angin yang kencang dan sebelum ia bisa melakukan sesuatu, sebuah tangan menepuk bahunya.     

"Lepaskan aku...." Wajah Bei Moi terlihat memerah saat ia mencoba melepaskan diri namun ia bisa merasakan kekuatan tenaga dalam di dalam tubuhnya telah terkunci.     

"Berhenti!"     

Panglima Guanjun langsung terbang ke arah Bei Moi dan Quan Chen dan tiba-tiba sinar perak yang tajam muncul dilengannya.     

_Shooooook!_ __     

Seorang ahli beladiri murni menyerang dengan kekuatan penuh ke arah Quan Chen. Pemuda misterius itu hanya tersenyum lalu melepaskan Bei Moi saat lambang bulan es muncul di tangannya dan beradu dengan jurus Panglima Guanjun.     

_Zzzzz~_     

Energi akibat benturan dua jurus itu menyapu ke segala arah dan menghancurkan gedung itu dalam waktu singkat. Sebuah lubang besar pun muncul di tempat keduanya beradu jurus.     

_Shua! Shua!_ __     

Kedua sosok itu melayang di udara dan saling melepaskan jurus dengan secepat kilat.     

_Peng! Boom! Bam..._     

Para pesilat di sekitarnya hanya bisa merasakan kedua sosok itu berpindah tempat di udara dan di setiap tempat yang mereka tuju akan terdengar suara yang sangat keras.     

"Apakah seperti ini pertarungan antara dua ahli beladiri murni...?"     

Lewat mata kirinya Zhao Feng bisa melihat semua gerakan pertempuran keduanya dan ia berkali-kali maju mundur untuk memastikan dirinya tidak terkena sapuan kekuatan jurus keduanya.     

_Pah----_ __     

Di saat-saat tertentu, terdengar suara pukulan yang sangat keras saat keduanya menjejakkan kakinya di tanah.     

"Paman, pelatihanmu sepertinya tidak banyak berubah setelah beberapa tahun kita tidak bertemu,"     

Quan Chen menjejakkan kakinya di tanah sembari meletakkan tangannya di punggungnya sambil tersenyum.     

"Kau...." Panglima Guanjun hanya bisa berkata-kata demikian saat darah menetes di sudut bibirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.