Cincin Naga

Malam Pertama



Malam Pertama

Barker dan saudara-saudaranya segera bergegas maju, tapi Cesar mengerutkan kening dengan tidak sabar. "Jangan terlalu dekat denganku. Jangan membuatku menjadi pusat perhatian. Merendah, merendah!" Kelima bersaudara itu hanya bisa menyeringai canggung saat mereka menyapa Cesar dari kejauhan.     

"Gurgle."     

Saat dia mencicipi anggur itu, Cesar pergi bersembunyi di sudut ruangan. Kapan pun dia bertemu dengan para utusan raja-raja dan kekaisaran, dia akan bersulang dengan mereka, sama sekali tidak menampilan sikap seorang Deity.     

"Cesar." Tiba-tiba, suara dingin terdengar.     

Cesar berbalik. Senyum canggung muncul di wajahnya. Orang yang telah berbicara itu adalah Holy Lady dari Kuil Dewi Es, Rosarie. Rosarie menatap Cesar. Dia mendengus beberapa kali, tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Sambil menatap tajam seperti ini, Cesar tidak bisa berbuat apa-apa selain menyeringai dengan bodoh.     

"Kamu sudah menjadi seorang Deity, tapi kamu masih bersikap seperti ini." Sedikit kelembaban tampak muncul di mata Rosarie, si cantik yang sedingin es.     

Cesar memaksakan senyuman. "Rosarie, bukankah kamu memiliki masa yang luar biasa saat menjadi Holy Lady? Sayangnya, aku hanyalah seorang petualang yang mengembara ke semua tempat. Aku pergi kemanapun yang aku suka dan melakukan apapun yang aku suka. Aku tidak bisa mengurusmu dengan baik." Cesar merasakan kesedihan di hatinya.     

"Tuan Cesar." Linley juga melihat Cesar.     

"Jangan kesana." Desri menahan Linley, sebuah seringaian kecil yang 'nakal' di wajahnya. "Mengapa kamu mau mengganggu kedua kekasih itu?"     

"Kekasih? Bukankah dia Holy Lady?" Linley tertegun.     

"Siapa bilang Holy Lady tidak bisa punya kekasih?" Desri melirik Linley. "Rosarie sendiri hampir berada di Deity-level. Untuknya terus bekerja atas nama Kuil Dewi Es sudah cukup memberinya sedikit kehormatan." Desri menyeringai saat dia mengamati Cesar dan Rosarie dari kejauhan.     

Linley saling bertukar pandangan senang dengan Delia. "Linley, jadi ini adalah Tuan Cesar yang kamu bicarakan?" Linley mengangguk.     

"Tampaknya Deity ini telah menimbulkan hutang asmara." Delia mengerutkan bibir saat dia tertawa, dan Linley juga menggelengkan kepalanya. "Tuan Cesar, dia, uh... bagaimana seharusnya aku menjelaskannya... dia sangat lemah dalam urusan percintaan."     

Malam ini cukup meriah, terutama kelompok Desri. George, Yale, dan Reynolds juga. Pada saat dia menyapa dan mengobrol dengan semua orang, waktu sudah tengah malam. Baru sekarang Linley menuju kamar Delia...     

Salah satu manfaat menjadi seorang Saint adalah bahwa meskipun telah minum sejumlah besar anggur, Linley tidak mabuk sama sekali.     

"Linley?"     

Dia mendengar seseorang memanggil namanya bahkan sebelum dia mencapai pintu. Linley berbalik dan melihat Cesar berbaring di sebuah sofa dan minum anggur. "Linley, kenapa kamu akhirnya menikah? Jeeze, setelah kudengar kamu menikah, aku merasa sangat kasihan padamu."     

"Sangat kasihan?" Linley tertegun.     

Cesar berdiri, lalu melayang dengan anggun. "Sangat kasihan! Pria lain telah masuk ke lubang kuburnya!" Saat dia berbicara, tubuh Cesar terbang tinggi ke udara. "Oh ya, selamat pernikahan. Baiklah, aku pergi." Suara Cesar terdengar di telinga Linley.     

Mendadak…     

"Kau tua mesum!" Sebuah suara jelas yang tajam. Sebuah sosok anggun dan berpakaian putih terbang ke udara juga, mengejar Cesar.     

Kecepatan terbang Cesar langsung meningkat.     

"Uh... mungkin lebih baik berada di 'makam'." Linley sedikit tersenyum di bibirnya saat dia berjalan. Segera, dia sampai di pintu masuk ke kamar Delia. Ada dua pelayan cantik di depannya, dan kedua pelayan itu dengan hormat membuka pintu.     

Linley melambaikan tangannya pada mereka. "Kalian bisa pergi sekarang."     

"Baik, Yang Mulia."     

Di ruang gelap, satu-satunya orang di sana adalah Delia, duduk dengan tenang di depan tempat tidurnya. Dia hanya menatap Linley, menunggu Linley untuk berbicara. Dan akhirnya, Linley memang berbicara... "Bebe. Keluarlah."     

"Haha, Bos." Bebe merangkak keluar dari bawah tempat tidur.     

"Bebe?" Delia tidak tahu harus tertawa atau menangis. Hari ini, Bebe menghilang sejak awal. Siapa sangka dia telah bersembunyi di sini?     

Linley menatap Bebe, juga tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. "Bebe, apa yang kamu lakukan?"     

"Mempersiapkan hadiah untukmu, Bos!" Bebe mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.     

"Hadiah apa?" Linley bingung.     

Bebe menyeringai, cakar kecilnya menyerahkan sebuah batu hitam. "Ini adalah sesuatu yang teman baikku berikan kepadaku. Dia adalah tikus Saint-level berwarna violet emas yang aku ceritakan padamu waktu itu. Aku terlalu muda dan belum mengumpulkan banyak kekayaan, jadi saudara-ku memberiku ini."     

"Apa ini?" Linley mengambil batu hitam itu dengan bingung. "Mungkinkah itu semacam mineral langka atau berharga? Tidak mungkin. Bagaimanapun juga, apa gunanya sepotong kecil batu?" Linley memeriksanya dengan saksama, tapi tidak bisa mengetahui apa itu.     

"Aku juga tidak tahu." Bebe menyerahkannya pada Delia. "Delia, ikat dan soulbind batu ini dengan darah."     

"Mengikatnya dengan darah?" Linley mengangkat alisnya.     

Apapun yang perlu diikat oleh darah pastinya merupakan sebuah pusaka. Sebagai contoh, pedang Bloodviolet Linley, atau cincin Coiling Dragon-nya. Bahkan heavy sword adamantine pun tidak layak untuk memerlukan pengikatan darah. Secara umum, hanya barang yang sangat langka dan berharga yang memerlukan proses ini.     

"Baiklah." Delia sangat mempercayai Bebe. Sebuah pisau udara mengiris jari Delia, segera membuat sebuah luka kecil.     

Setetes darah jatuh ke atas batu hitam itu.     

Batu hitam itu tiba-tiba berubah menjadi sinar terang dan tiba-tiba menyelimuti Delia. Linley kaget... dia melihat saat batu hitam itu masuk ke tubuh Delia dan benar-benar lenyap.     

"Apa yang terjadi?" Linley kaget.     

Dia belum pernah melihat sesuatu yang seaneh ini sebelumnya. Bebe menatap dengan rahang yang menganga juga. "Aku tidak tahu."     

"Delia, bagaimana perasaanmu?" Linley segera bertanya.     

Delia menggelengkan kepalanya, bingung. "Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. Hmm... sebenarnya, sepertinya aku bisa merasakan elemental essence terdekat dengan lebih jelas. Benar. Itu saja." Linley diam-diam mengangguk. Secara umum, bahkan barang paling yang buruk sekalipun, sekali terikat oleh darah, tidak akan mencelakakan tuannya.     

Linley tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu.     

Tapi... benda apa itu?     

"Bebe, batu hitam ini... kenapa Magical Beast itu memberikannya padamu? Sepertinya ini adalah sebuah benda pusaka." Linley bertanya. Tentu saja, yang mereka tahu sekarang tentang harta ini adalah satu hal; benda itu bisa meningkatkan ketertarikan elemental essence dengan sangat tinggi.     

Bebe buru-buru menggelengkan kepalanya. "Bos, sejujurnya, teman baikku itu memberikannya padaku. Dia bilang itu sangat berguna bagi Mage."     

"Sangat berguna bagi Mage?" Linley mengerti. Mungkin ini semacam benda khusus yang bisa meningkatkan ketertarikan elemental essence. Tidak ada gunanya bagi Magical Beast Saint-level, itulah sebabnya dia memberikannya pada Bebe. Tapi Linley punya firasat...     

Ini bukanlah sekedar batu hitam biasa!     

"Baiklah, Bebe. Apakah kamu berencana untuk tinggal di sini?" Linley menatap Bebe.     

Mata kecil Bebe memutar, lalu dia mengusap hidungnya dua kali. "Bos, begitu kamu punya seorang istri, kamu melupakan Bebe. Sniff." Linley segera menendang ke arahnya, tapi saat itu, Bebe sudah menghilang dalam sekejap saat dia meninggalkan ruangan.     

Pintu tertutup.     

Ruangan itu langsung menjadi sunyi. Linley dan Delia duduk bersebelahan di tempat tidur.     

"Apa yang kamu lihat?" Delia sedikit malu sekarang.     

Linley tertawa. "Aku sedang memikirkan... tentang berapa banyak anak yang seharusnya kita miliki." Delia kaget. Linley tiba-tiba mengangkat Delia dan membawanya ke tempat tidur, dan kemudian... satu demi satu potong pakaian berterbangan dari tempat tidur.     

.....     

"Unngh..."     

Mereka tidak tidur semalaman.     

"Whew." Linley berbaring di tempat tidur, dengan Delia bersandar diatasnya, kepalanya menempel di dada Linley. Butiran keringat menyebabkan rambut harum Delia menempel di tubuh Linley. Linley menunduk untuk melihat Delia. Wajah merah samar itu tampak seperti seekor anak kucing.     

Hidungnya yang kecil tersengal-sengal.     

Tangan Linley mengelus lembut punggung Delia yang licin dan telanjang. Dalam pikirannya, dia terus menikmati apa yang telah terjadi barusan. Bagaimana rasa gugup yang dia rasakan saat dia memasuki tubuh Delia... Linley harus mengakui, keadaan menjadi agak terlalu liar pada saat itu. Sudah tiga jam penuh.     

"Delia, ada apa?"     

"Aku ingin menangis." Delia memeluk dada Linley. "Aku hanya ingin menangis sekarang juga. Saat aku memikirkan bagaimana kamu dan Alice bersama, aku ingin menangis. Ketika aku memikirkan bagaimana aku menunggu sepuluh tahun, aku ingin menangis. Hiks."     

Linley memegangi kepalanya di tangannya.     

Wanita. Tidak mungkin untuk memahami mereka.     

"Linley, bisakah aku memberitahumu sesuatu?" Delia berkata pelan.     

"Hrm?" Linley menunduk untuk melihat pada Delia.     

Delia mengangkat kepalanya untuk menatap Linley. Wajahnya serius, dia berkata dengan suara pelan, "Kamu... mengeras, di bawah sana."     

"Uh?"     

Sejenak, Linley tidak tahu harus berkata apa.     

"Delia, kamu tahu, anak Wharton dan Nina akan lahir dalam beberapa bulan. Bukankah kamu berpikir kita berdua perlu bekerja lebih keras?" Bisik Linley.     

"Um?" Delia kaget.     

"Jadi, aku perlu terus melakukannya." Linley membalik dan menekan Delia ke bawah sekali lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.