Cincin Naga

Musim Panas Membara



Musim Panas Membara

0Malam ini sebelumnya adalah malam yang damai. Jeritan kesedihan dari orang-orang klan Holmer yang dibantai jadi semakin menggetarkan di telinga. Suara itu telah melintas sangat jauh. Bahkan Jenne dan Keane, yang berada di dalam istana, bisa mendengarnya.     

"Apa itu?"     

Keane berlari dengan masih memakai pakaian tidurnya, sementara Jenne keluar dengan rambutnya yang masih belum di sisir. Kedua bersaudara itu dengan penuh rasa ingin tahu berjalan menuju arah gerbang istana. Sedangkan pelayan tua yang sangat berhati-hati, Lambert, dia sudah sampai ke gerbang istana.     

"Atas perintah Madame, tidak ada yang diizinkan untuk meninggalkan istana pada malam hari."     

Dua penjaga istana berdiri di pintu gerbang membentuk sebuah penghalang dengan tombak mereka, yang melarang masuk, saat mereka berbicara dengan dingin kepada Lambert.     

"Apa yang sedang terjadi? Kalian berdua, minggir!" Keane membentak mereka.     

Melihat Keane dan Jenne telah datang, kedua penjaga istana itu saling bertukar pandang. Semua orang di istana tahu bahwa Keane adalah penerus jabatan gubernur, tapi pada saat bersamaan, Madame Wade tidak akan mau dengan mudah melepaskan kekuasaannya.     

"Tuan Muda Keane, Nona Jenne. Kami sangat menyesal, tapi Madame telah memerintahkan agar tidak ada yang meninggalkan istana pada malam hari. Silakan kembali dan beristirahat." Yang lebih tinggi dari dua penjaga itu berbicara.     

Wajah Keane menjadi dingin. "Menyingkir dari jalanku."     

Penjaga yang lebih tinggi tidak berpidah tempat. Dia hanya memohon dengan sangat, "Tuan Muda Keane, tolong jangan membuat hal-hal menjadi sulit bagi kami. Jika anda memaksa kami membiarkan anda lewat, itu sama saja anda membunuh kami. Kami benar-benar tidak bisa untuk tidak mematuhi perintah Madame."     

Keane mendidih karena amarah.     

Di sisinya, Jenne berkata kepadanya, "Cukup, Keane. Jangan membuat hal-hal menjadi sulit bagi mereka. Mereka berada dalam situasi serba salah."     

"Terima kasih, Nona Jenne! Terima kasih, Nona Jenne!" Kedua penjaga itu buru-buru berkata. Di hati mereka, mereka merasa sangat berterima kasih pada Jenne. Jenne secantik bagai seorang malaikat suci, dan dia juga memiliki jiwa yang baik.     

Jenne bertanya dengan lembut, "Boleh saya bertanya, apa sebenarnya yang terjadi di luar? Saya mendengar teriakan. Sepertinya ada semacam mala petaka di distrik timur kota."     

Penjaga yang lebih tinggi itu berkata dengan suara rendah, "Nona Jenne, belum lama ini, Madame membawa sekelompok orang keluar dari istana, dan sejumlah besar penjaga kota juga lewat."     

"Bibi? Penjaga kota?" Jenne dan Keane bingung.     

Mengapa Madame Wade memimpin sekelompok besar penjaga kota saat larut malam?     

"Nona, tuan muda. Mari kita duduk dan beristirahat untuk saat ini." Lambert menunjuk sebuah bangku batu di dekatnya. Jenne dan Keane mengangguk, lalu berjalan ke arah bangku itu, ketiganya duduk.     

Jenne, Keane, dan Lambert sangat kesal.     

Keberadaan Madame Wade seperti memiliki tulang ikan yang tersangkut di tenggorokan mereka, menyebabkan kesengsaraan bagi mereka.     

"Wanita sialan itu ingin menggunakan fakta bahwa diriku yang belum berusia matang sebagai alasan agar memaksaku untuk menunggu dua tahun. Hrmph. Dua tahun. Dalam dua tahun itu, aku mungkin sudah terbunuh olehnya sejak lama." Keane mengutuk dengan suara rendah.     

Jenne mengangguk juga.     

Kedua bersaudara ini tahu betul bahwa mereka tidak bisa membiarkan Madame Wade untuk terus bertindak sesuka hatinya.     

"Nona muda, tuan muda. Madame senior telah bertanggung jawab atas Cerre untuk waktu yang cukup lama. Penjaga kota sekaligus penjaga istana mematuhi perintahnya. Martabat madame senior berada pada tingkat yang sangat tinggi. Jika tuan muda Keane tidak bisa menjadi gubernur, maka sangat sulit bagi kita untuk melawannya. Lagipula... ada terlalu sedikit orang di sini yang dengan sepenuh hati mendukung kita." Lambert sangat pasrah.     

Jenne, Keane, dan Lambert terdiam.     

Di dalam Cerre, hanya ada sedikit orang yang mendukung mereka. Mungkin bahkan jika ada orang yang mendukung mereka, mereka tidak akan berani melakukannya secara terbuka. Di kota prefektur Cerre, Madame Wade seperti seorang raja yang kejam.     

"Whoosh."     

Angin mulai berhembus.     

"Siapa itu?!" Kedua penjaga gerbang dengan hati-hati mengangkat kepala mereka, dan melihat seorang pria mengenakan pakaian Warrior berwarna hitam dan mengenakan pedang besar berwarna hitam di punggungnya turun dari langit.     

"Aku." Linley menatap kembali pada para penjaga.     

Seketika, kedua penjaga itu tidak lagi berani berbicara. Mereka pernah mendengar betapa kuatnya Linley. Pada tingkat kekuatan penjaga ini, mereka bahkan tidak bisa bermimpi untuk menghentikan Linley.     

"Kakak Ley." Jenne dan Keane berdiri.     

Linley berpaling untuk melihat mereka.     

Musim panas baru saja dimulai, dan suhu di malam hari masih cukup tinggi. Keane dan Jenne hanya mengenakan pakaian tidur sederhana, dan rambut mereka semua acak-acakan.     

"Kakak Ley, apa yang sebenarnya terjadi di luar? Kenapa sangat ramai?" Keane menatap Linley dan bertanya.     

Linley berkata dengan santai, "Madame Wade memimpin sekelompok penjaga kota ke mansion klan Holmer dan meluncurkan operasi pencarian dan perampasan. Katakan padaku, bagaimana mungkin itu tidak berisik?"     

"Pencarian dan perampasan?" Jenne dan Keane tertegun.     

"Klan Holmer?" Lambert sangat terkejut juga.     

Linley dengan santai duduk di ujung bangku panjang lainnya. Tertawa, dia berkata, "Tunggu saja dan istirahat disini sebentar. Segera, kalian akan mendengar kabar baik."     

"Kabar baik? Mungkinkah dia bermaksud untuk memberi kami uang yang dia ambil dari bajingan itu?" Keane mengutuk dengan tenang.     

"BOOM!"     

Tepat pada saat ini, ledakan dahsyat bisa terdengar dari timur. Suara ledakannya sangat bising, terdengar seperti beberapa lusin petir yang meledak sekaligus. Ledakan ini mungkin membangunkan setidaknya setengah dari penduduk di Cerre City.     

"Apa itu?" Jenne, Keane, dan Lambert terlonjak kaget.     

Penjaga di dekatnya, begitu juga para pelayan istana dan pelayan wanita semua juga menatap ke arah timur, dan saat mereka melakukannya, mereka melihat api yang menyala-nyala naik ke langit dari timur.     

"Bagaimana bisa ada kebakaran sebesar seperti itu? Dari mana ledakan itu berasal?" Linley menatap ke arah timur juga.     

Semua orang di istana itu bingung. Mereka semua menunggu dengan tenang agar penjaga kota kembali, begitu pula Madame Wade. Mungkin mereka akan tahu apa yang menyebabkan kebakaran atau ledakan besar di timur itu.     

Setelah beberapa saat…     

Sebuah paduan derap langkah kaki bisa terdengar di luar istana, diikuti oleh teriakan yang tak terhitung jumlahnya. Segera setelah teriakan ini ada serangkaian suara yang mengetuk panik dari gerbang yang datang secepat hujan turun dalam badai.     

"Bam!" "Bam!" "Bam!" "Bam!"     

Suara ketukan terdengar panik dan berdengung.     

"Buka pintunya, cepat!" Raungan kemarahan terdengar dari luar gerbang istana.     

Kedua penjaga gerbang itu tidak berani ragu-ragu. Mereka segera membuka gerbang istana, saat Linley, Lambert, Jenne, dan Keane mengamati.     

Begitu pintu istana dibuka, mereka melihat bahwa di depan istana ada sejumlah besar kesatria sekaligus Warrior yang gagah berani. Pemimpin mereka adalah seorang pria berambut emas yang sedang memegang sebuah tombak.     

"Menyingkir dari jalanku!" Pria berambut emas itu meraung ke dua penjaga gerbang.     

Tapi saat melihat Keane dan Jenne, pria berambut emas itu terkaget, lalu langsung berkata dengan hormat, "Deputy Commander Ritter [Li'te] sebagai penjaga kota memberikan penghormatannya kepada Nona Jenne dan tuan muda Keane."     

Deputy Commander Ritter bisa dianggap sebagai orang dengan peringkat tertinggi kedua di pasukan penjaga kota. Belum lama ini, dia telah ikut serta dalam jamuan penyambutan itu. Tentu saja, dia mengenali Jenne dan Keane.     

"Tuan Ritter. Apa yang terjadi, sampai menyebabkan kalian semua begitu panik?" Keane berbicara.     

Ritter langsung berlutut. Dia dengan sedih berkata, "Tuan Muda Keane. Maafkan saya karena tidak berguna dalam tanggung jawab perlindungan saya. Baru saja Madame Wade dan kedua saudara laki-lakinya meninggal dalam ledakan."     

"Oh...ah!?"     

Mata Keane langsung membelalak, dan Jenne dan Lambert sangat terkejut juga. Ketidakpercayaan mewarnai wajah semua penjaga di dekatnya juga.     

Madame Wade telah meninggal.     

Pada saat Keane dan Jenne khawatir tentangnya, Madame Wade dan kedua saudara laki-lakinya tiba-tiba meninggal. Kematiannya hanya memenuhi hati Jenne dan Keane dengan sukacita.     

Jenne dan Keane saling melirik, mata mereka dipenuhi kegembiraan liar.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan dengan jelas." Keane mengambil sikap dan gaya seorang atasan yang memarahi bawahannya.     

Ritter yang berambut keemasan itu segera menjawab, "Bawahan anda memimpin beberapa ratus anggota penjaga kota, di bawah perintah dari Madame Countess, untuk meluncurkan operasi pencarian dan perampasan mansion Holmer."     

"Setelah kami menyelesaikan operasi pencarian dan perampasan, Madame Countess memerintahkan agar semua harta klan Holmer ditempatkan di dalam aula utama, lalu menyuruh kami semua untuk pergi, meninggalkan dia dan kedua saudara laki-lakinya di aula itu."     

Mendengar ini, Keane diam-diam mengutuk, "Wanita j*lang itu benar-benar tak tahu malu."     

Ritter melanjutkan, "Kami ditempatkan di luar menangkap anggota klan Holmer yang melarikan diri, tapi siapa yang akan mengira bahwa tiba-tiba, mansion klan Holmer akan terbakar. Begitu mansion itu terbakar, semua orang menyerbu masuk untuk menyelamatkan Madame Countess."     

"Tapi, bahkan sebelum kami berhasil masuk, kami mendengar ledakan yang mengerikan itu. Setengah dari bangunan itu tiba-tiba meledak dan hancur."     

Ritter berkata dengan menyakitkan, "Pada saat kami mencapai Madame Countess dan dua saudaranya, kami hanya menemukan mayat mereka, yang telah hancur berantakan oleh ledakan itu. Ketiganya meninggal."     

"Baik. Perintahkan orang untuk membawa mayat bibiku ke sini, lalu kembali dan istirahatlah." Keane langsung memerintahkan.     

"Baik tuan." Ritter segera mengeluarkan perintah tersebut.     

Semua orang mengerti bahwa dengan kematian Madame Wade, semua wewenang di kota prefektural Cerre sekarang terletak pada bocah berusia empat belas tahun ini.     

Semua orang melihat saat orang-orang Ritter membawa sisa-sisa mayat yang meledak dan hangus itu.     

Baru sekarang Keane dan Jenne benar-benar percaya... bahwa itu bukan hanya mimpi. Nona Madame Wade yang menjijikan itu benar-benar telah mati. Sejak hari ini, mereka tidak lagi perlu hidup dalam ketakutan.     

"Kakak Ley." Tiba-tiba Jenne sadar. Dia berbalik untuk menatap Linley. "Terima kasih."     

Lambert baru saja mengerti juga. Melihat Linley, dia berkata dengan rasa syukur, "Tuan Ley, kabar baik yang anda ingin kami dengar benar-benar berita yang bagus. Itu adalah jenis berita yang terbaik, kabar bahwa kami telah diselamatkan."     

"Apa yang kamu bicarakan?"     

Keane terperangah. "Apa maksudmu dengan bergumam tentang kabar baik dan berita bagus? OH!!!"     

Akhirnya, Keane mengerti juga.     

"Kakak Ley, baru saja, kamu datang dari luar istana?" Tanya Keane dengan pelan.     

"Yep." Linley mengangguk.     

"Kalau begitu..." Senyum tipis ada di wajah Keane.     

Linley mulai tertawa kecil juga. "Melihat betapa gelisah dan resahnya kalian semua, aku membantu kalian mengatasi akar masalah kalian. Baiklah, waktunya kalian tidur dan mimpi indah, jadi kalian besok akan memiliki energi untuk mengambil alih pemerintahan kota prefektur ini."     

Saat dia berbicara, Linley berbalik dan menuju ke tempat tinggalnya sendiri.     

Lambert, Jenne, dan Keane terkagum. Menatap satu sama lain dengan kaget dan sukacita, mereka benar-benar ingin menjerit dengan kebahagiaan. Tapi tentu saja, mayat Madame Wade ada di sebelah mereka. Tidak pantas bagi mereka untuk merayakan seperti itu.     

"Bos. Sudah selesai?" Bebe terbaring di tanah, kelopak matanya layu mengantuk.     

Linley terkekeh. "Ya. Selesai sudah."     

Bagi Linley saat ini, seseorang seperti Madame Wade bahkan tidak memenuhi syarat untuk dianggap sebagai 'lawan'. Rencana kecil yang bisa direncanakan Madame Wade itu tidak lain hanyalah lelucon bagi Linley.     

Tak peduli apapun trik yang kau punya. Aku akan langsung membunuhmu dan menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya.     

"Kenapa ada ledakan?" Tanya Bebe penasaran.     

"Bagaimana aku tahu?" Linley menggelengkan kepalanya. "Yang aku lakukan hanyalah membunuh Madame Wade dan kedua saudara laki-lakinya, lalu menggunakan Magic elemen api untuk membakar mansion itu. Setelah itu... aku baru saja bergegas kembali sendirian. Siapa yang akan mengira bahwa begitu aku kembali ke mansion, akan ada ledakan seperti itu?"     

Yang tidak diketahui Linley adalah salah satu laboratorium percobaan Holmer berada di gedung itu. Banyak bahan kimia aneh dan bahan percobaan disimpan di ruangan itu. Ketika Linley membakar bangunan itu, dia juga tanpa sadar membakar beberapa bahan khusus, sehingga menghasilkan ledakan besar itu.     

"Kamu tidak tahu?" Bebe kaget. "Oh. Kalau begitu ayo tidur."     

"Ya. Waktunya tidur."     

Linley dengan santai naik ke tempat tidurnya, lalu pergi tidur.     

Madame Wade dan saudara laki-lakinya tiba-tiba meninggal, begitu saja, dalam semalam. Berita ini mengguncang kota prefektural Cerre seperti gempa. Dan, bagi Jenne dan Keane, kabar gembira ini membuat mereka sangat senang sehingga mereka sama sekali tidak bisa tidur.     

Tapi bagi Linley, itu tidak lebih dari sekadar masalah yang sepele.     

Saat ini, kediaman klan Holmer terus menyala terbakar hingga larut malam. Banyak penjaga kota setempat dengan panik mencoba memadamkan api....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.