Cincin Naga

Hidup Matinya Ibu



Hidup Matinya Ibu

0Linley dengan hati-hati melirik ruangan itu, dengan suara rendah, "Yang Mulia, sebentar saja. Biarkan aku menyuruh keluar orang-orang yang berada di luar." Saat dia berbicara, Linley berjalan keluar pintu, lalu membentak kedua penjaga di luar. "Kalian berdua, mundurlah. Tanpa perintah langsung dariku, jangan ijinkan siapapun masuk ke halaman ini."     

"Baik, Lord Linley."     

Kedua penjaga itu memberi hormat, lalu pergi. Saat ini, satu-satunya yang tersisa di halaman terpencil ini adalah Linley, Clayde, Merritt, dan Ransome.     

"Creaaak." Linley dengan diam menutup pintu.     

"Linley, rahasia macam apa ini, sampai kamu bahkan menutup pintunya?" Clayde terkekeh.     

Linley melirik Clayde, tertawa dingin di hatinya. Dia sendiri tahu bahwa Clayde sudah diracuni oleh Bloodrupture poison. Karena Bloodrupture poison tidak benar-benar menyebabkan kerusakan pada tubuh, hanya mencegah seseorang menghasilkan battle-qi, hanya setelah seseorang berusaha menghasilkan battle-qi mereka dapat mmengetahui bahwa mereka telah diracuni.     

"Masalah ini sangat penting." Wajah Linley serius.     

Pada saat ini, Ransome dengan halus bergerak mendekati Clayde. Sebagai pengawal pribadi sang raja, Ransome mulai merasa bahwa lingkungannya samar-samar berbahaya. Pada saat yang sama, Ransome juga merasa bahwa karena Clayde adalah seorang Warrior tingkat kesembilan, dan dia Ransome adalah seorang Warrior dari tingkat kedelapan, dengan tepat, tidak ada orang di sini yang mampu menjadi ancaman bagi mereka.     

Tapi orang tidak akan pernah terlalu berhati-hati.     

"Yang Mulia." Linley menatap serius pada Clayde. "Ibuku meninggalkan dunia ini saat aku masih muda."     

Clayde mengangguk. Dia telah menyelidiki latar belakang Linley, dan telah menemukan bahwa ibu Linley telah meninggal saat melahirkan, saat melahirkan adik laki-laki Linley, Wharton.     

"Saya tidak punya ingatan saat menerima cinta seorang ibu, hanya ingat dengan ayah saya yang sangat tegas. Ayah saya sangat keras terhadap saya baik dari segi latihan Warrior maupun semua pendidikan yang diharapkan oleh bangsawan untuk dimiliki. Persyaratan ayah saya untuk saya sangat tinggi dan sangat ketat."     

Linley memandang Clayde saat dia berbicara dengan pelan.     

Clayde mulai bingung. Dia tidak mengerti apa kaitannya dengan apa yang disebut 'masalah penting' yang telah disebutkan Linley. Tapi sebagai penguasa kerajaan, Clayde menunjukkan sikap tenang seorang raja dan tidak menyela.     

"Yang Mulia, saya menduga bahwa anda tahu bahwa klan saya, klan Baruch, juga merupakan klan Dragonblood Warrior." Sebuah ekspresi sedikit bangga ada di wajah Linley.     

"Betul. Salah satu dari klan Four Supreme Warrior, klan Dragonblood Warrior. Ini adalah garis keturunan kuno yang terkenal." Clayde mendesah dengan pujian.     

Linley menggelengkan kepalanya. "Kami hanya terkenal di masa lalu. Klan saya telah jatuh sejauh ini bahkan warisan pusaka leluhur kami telah hilang selama ratusan tahun. Masing-masing generasi pemimpin klan Baruch telah berkeinginan untuk merebut kembali pusaka ini selama berabad-abad, namun hal ini tidak pernah terjadi. Yang Mulia, ketika saya diterima oleh Ernst Institute dan meninggalkan rumah, tahukah anda apa yang dikatakan ayah saya kepada saya pada hari saya pergi?"     

"Apa yang dia katakan?" Clayde menatap Linley.     

"Ayah saya berkata, jika ke depannya saya tidak membawa kembali pusaka leluhur klan kami, bahkan dalam kematiannya, dia tidak akan memaafkan saya!" Tubuh Linley sedikit gemetar.     

Clayde, Merritt, dan bahkan Ransome semuanya takjub. Seorang ayah benar-benar bisa mengatakan hal seperti itu kepada anaknya? "Ayahmu agak keterlaluan." kata Clayde.     

"Tidak."     

Linley menggeleng dengan serius. "Saya memahami keinginan ayah saya. Klan Dragonblood Warrior saya telah tertindas selama berabad-abad, tanpa ada orang yang benar-benar kuat yang muncul sepanjang waktu itu. Ayah saya mengerti bahwa saya akan menjadi orang terkuat yang telah dihasilkan klan saya selama berabad-abad. Ratusan tahun harapan dan keinginan semua bertumpu pada pundak saya. Katakan pada saya, bagaimana mungkin ayah saya mengijinkan saya untuk gagal?" Clayde mulai mengerti.     

"Keinginan seumur hidup ayah saya adalah membawa kembali warblade 'Slaughterer' ke klan." Suara Linley semakin galak. "Di Ernst Institute, saya tidak berani bermalasan sama sekali. Saya berlatih seperti orang gila. Saya selalu ingat keinginan ayah saya, perintah ayah saya!"     

Clayde dan yang lainnya mulai memahami motivasi Linley.     

"Setengah tahun yang lalu, setelah saya melelang 'Awakening From the Dream', saya pulang ke rumah, dan pada saat itu, saya membawa kembali warblade 'Slaughterer' bersamaku." Suara Linley naik lebih tinggi.     

Clayde, Ransome, dan Merritt tertegun.     

Karena mereka semua tahu bahwa dalam perjalanan itu, Linley telah menemukan bahwa ayahnya telah meninggal dunia.     

"Tapi saat saya sedang begitu senangnya kembali, saya disambut oleh kabar kematian ayah saya. Sebelum dia meninggal, dia tidak memiliki kesempatan untuk melihat warblade, dan saya juga tidak sempat bertemu ayah saya untuk yang terakhir kalinya. Selama bertahun-tahun kerja keras itu, mimpi saya untuk membuat ayah saya bahagia... sayangnya..."Semua otot di wajah Linley berkedut, dan ekspresi di wajahnya sangat mengerikan untuk dilihat.     

Clayde dan yang lainnya bisa mengerti bagaimana perasaan Linley.     

"Linley, jangan terlalu bersedih," Clayde mendesah.     

Linley menyeringai. "Tapi, tahukah anda mengapa atau bagaimana ayah saya meninggal?"     

Clayde, Merritt, dan Ransome sangat terkejut.     

"Ayah saya dibunuh, Yang Mulia, oleh adik laki-lakimu, Duke Patterson!!!!" Mata Linley mulai menjadi merah.     

"Apa?!" Clayde bangkit berdiri dengan kaget. Di sisinya, Merritt dan Ransome keduanya tercengang juga.     

"Karena itu... saya membunuh Patterson!" Suara Linley terdengar sangat menakutkan.     

Pada saat ini, Ransome adalah orang pertama yang merasa ada yang salah di ruangan ini. Dia dengan waspada beringsut mendekati Clayde, mengawasi tindakan Linley. Tapi tiba-tiba, tepat pada saat ini, Ransome merasakan embusan angin dari belakang. Ransome, seorang Warrior tingkat kedelapan, tahu bahwa dia tidak punya waktu untuk memalingkan kepalanya, dan satu-satunya pilihannya adalah mengayunkan lengannya ke belakangnya untuk bertahan.     

"Crunch!"     

Perasaan yang sangat menyakitkan... dan kemudian, Ransome tidak bisa lagi merasakan keberadaan lengannya. Baru sekarang Ransome menyadari, dari sudut matanya....     

Seekor magical beast seperti tikus, hampir setengah meter panjangnya, berdiri di sampingnya. Selain menyadari rahang tikus yang tertutup darah itu, Ransome juga melihat cakar tajamnya bergerak sangat cepat ke arahnya. Pada jarak yang begitu dekat, Ransome tidak memiliki kesempatan untuk menghindar sama sekali.     

Itu terlalu cepat!     

"Snick."     

Cakar-cakar yang tajam membelah kerongkongan Ransome. Ransome menatap heran, tapi sedikit demi sedikit, cahaya kehidupannya memudar dari matanya.     

Dia tidak bisa mengerti dari mana magical beast jenis binatang pengerat setinggi setengah meter ini berasal. Hal pertama yang dia lakukan saat memasuki ruangan adalah mengamatinya dengan hati-hati. Dia hanya melihat Shadowmouse kecil di tanah yang seukuran telapak tangan seorang pria.     

Mungkinkah Shadowmouse seukuran telapak tangan menimbulkan ancaman?     

Bagi seorang Warrior tingkat kedelapan, tidak sama sekali. Ransome sama sekali tidak waspada terhadapnya.     

Dan dengan demikian, karena dia lengah, Warrior tingkat kedelapan ini, Ransome, dengan mudah dibunuh oleh Shadowmouse, Bebe. Sebenarnya, kematiannya tidaklah mengejutkan. Dengan kekuatan Bebe saat ini, bahkan jika Ransome bisa melawannya secara terbuka dan adil, dia mungkin masih belum bisa bertahan terlalu lama.     

"Ransome." Clayde dan Merritt sama-sama terkejut.     

Seorang Warrior tingkat kedelapan meninggal dalam satu aksi. Mereka berdua menatap kaget saat melihat Shadowmouse itu. Di depan mata mereka, tubuh Bebe menyusut, kembali ke posisi seukuran kepalan tangan, lalu melompat kembali ke bahu Linley.     

"Bebe. Bagus sekali."Linley mengusap kepala kecil Bebe.     

Bebe memejamkan matanya, menikmati perasaan itu.     

Linley memalingkan kepalanya sekali lagi menatap Clayde. Tatapan dingin di matanya membuat Clayde merasa sangat tidak nyaman.     

"Linley, menurutmu apa yang sedang kamu lakukan?" Clayde membentak dingin. Pada saat yang sama, dia mulai mengaktifkan battle-qi di tubuhnya. Tapi pada saat itu, Clayde tiba-tiba merasa bahwa pembuluh darahnya yang terbuka lebar di tubuhnya tiba-tiba dihentikan oleh sesuatu.     

Berdasarkan ketebalan battle-qi yang dimiliki Clayde sebagai Warrior tingkat kesembilan, di masa lalu aliran battle-qi milknya sama hebat dan kuatnya seperti ombak laut yang menghancurkan. Tapi sekarang, dia hanya bisa secara paksa mengaktifkan sejumlah kecil battle-qi, dan terkadang aliran itu akan hancur total. Saat ini, jumlah battle-qi yang tersedia untuk Clayde mungkin hanya satu persen dari apa yang biasanya tersedia baginya.     

"Yang Mulia, jangan berteriak dan jangan melawan. Jika anda melawan, anda akan mati." kata Linley dengan tenang.     

Clayde langsung menyadari situasi seperti apa dia berada sekarang.     

Saat ini, hanya berdasarkan kekuatan ototnya, dia mungkin bisa bersaing melawan seorang Warrior tingkat ketujuh. Tapi Shadowmouse kecil di bahu Linley mampu membunuh bahkan seorang Warrior tingkat kedelapan seperti Ransome dalam sekejap.     

Clayde sama sekali tidak meragukan bahwa Linley dan Shadowmouse kecilnya memiliki kekuatan untuk membunuhnya dalam sekejap.     

"Linley, beraninya kau! Kamu berani mencoba membunuh Yang Mulia?" Dengan ketakutan keluar dari pikirannya, Merritt berteriak.     

"Tutup mulutmu." Linley melirik sekilas dengan dingin pada Merritt.     

Kekuatan otot Merritt tidak begitu kuat. Setelah hampir sama sekali tidak bisa mengontrol battle-qi miliknya, mungkin dia bisa dibandingkan dengan Warrior tingkat keempat biasa.     

Merritt dengan cepat mengerti situasinya juga. Tidak berani meneriaki Linley, dia tetap berusaha membujuknya. "Linley, kamu memiliki masa depan yang bagus dan banyak potensi. Ke depannya, kamu akan menjadi pejabat tingkat tinggi di dalam Radiant Church, dan mungkin suatu hari nanti kamu akan menjadi Holy Emperor berikutnya. Mengapa kamu harus menghancurkan harapan masa depanmu? Linley, aku percaya bahwa Yang Mulia tidak akan menyalahkanmu karena telah membunuh Patterson. Dia membawa malapetaka pada dirinya sendiri saat dia melawan ayahmu." Saat dia berbicara, Merritt melirik Clayde.     

Clayde mengangguk juga. "Linley, aku bersedia berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi hari ini. Sedangkan untuk Patterson, dia sudah mati."     

"Linley, Yang Mulia sudah berbicara. Jangan bertindak terlalu gegabah." Merritt buru-buru berkata.     

"Tutup mulutmu!" Linley tiba-tiba merentangkan tangannya.     

Seperti cakar besi, tangan kanan Linley terulur dan merenggut tenggorokan Merritt, tiba-tiba mengangkatnya ke udara.     

"Ah! Ah! Ah!"Merritt menatap Linley, ketakutan, mengeluarkan permohonannya.     

"Linley." Clayde segera memanggil.     

Tapi dengan tawa dingin, Linley menekuk jari-jarinya, lalu membiarkan tangannya rileks.     

"Crunch!" Dengan bunyi gemeretak, Merritt terjatuh ke lantai. Dia mencengkeram lehernya, nyaris tidak berhasil mengeluarkan suara 'ah' 'ah'. Pada saat sesaat sebelum kematiannya, dia masih belum bisa mempercayai apa yang telah terjadi. Dia datang berkunjung hari ini bersama Raja Clayde, namun, inilah hasilnya.     

Saat dia meninggal, kehidupan Merritt mulai berkedip di depan matanya. Hal terakhir yang dia pikirkan... adalah seorang wanita.     

"Jika aku tahu bahwa aku akan mati di tangan Linley, maka... hari itu... aku seharusnya tidak membiarkan Alice lolos dari genggamanku." Ini adalah pemikiran terakhir yang dimiliki Merritt.     

Linley tersenyum dingin pada Clayde.     

"Linley, mengapa kamu bersikap melawanku? Sepertinya aku memperlakukanmu dengan cukup baik." Clayde menatap Linley, tapi saat ini Clayde memohon pada dirinya sendiri:" Snow Lion, bawalah seseorang, cepat, cepat!" Sebagai seorang Warrior tingkat kesembilan, Clayde memiliki pendamping magical beast-nya sendiri.     

Snow Lion adalah Glacial Snow Lion, seekor magical beast tingkat kedelapan yang berasal dari jauh di utara. Secara umum, Snow Lion tetap tinggal di istana.     

Karena kontrak pengikat jiwa yang mengikat mereka, pikiran Snow Lion dan Clayde saling terkait. Dengan demikian, Snow Lion segera tahu bahwa Clayde telah menjadi korban penyerangan. Clayde tahu betul bahwa saat ini... prioritasnya adalah menunda, menunda selama dia bisa!     

"Benar, anda telah memperlakukan saya dengan baik! Tapi bagaimana dengan ibu saya?" Linley menatap maut pada Clayde.     

Jika bukan karena fakta bahwa di masa lalu, Clayde telah memerintahkan penculikan ibu Linley, ayah Linley masih akan hidup, dan ibunya juga akan berada di rumah. Orang tuanya masih hidup! Tapi karena tindakan Clayde, dia telah kehilangan kedua orang tuanya.     

"Ibu? Bukankah ibumu meninggal saat melahirkan?" Clayde tidak mengerti.     

"Meninggal saat melahirkan?" Linley tertawa terbahak-bahak, suaranya liar. Lalu dia menatap Clayde dengan dingin. "Itu hanya cerita palsu yang kami buat. Clayde, setelah ibu saya melahirkan adik laki-laki saya, ayah saya dan dia pergi ke Radiant Temple untuk berdoa. Tapi malam itu, saat kembali ke hotel mereka, mereka diserang dan ibu saya tertangkap."     

"Clayde, mungkinkah anda sudah lupa bahwa dua belas tahun yang lalu, anda memerintahkan Patterson untuk menyuruh penculik menculik ibuku?" Linley menatap dengan dingin pada Clayde. "Jangan menyangkalnya. Patterson sudah menceritakan semuanya padaku."     

"Itu... itu ibumu?!" Clayde benar-benar terkejut.     

"Apa, anda ingat sekarang?" Mata Linley mendidih karena kemarahan. "Katakan padaku. Apa yang terjadi dengan ibuku? Katakan padaku, apakah dia masih hidup atau dia sudah meninggal?"     

Clayde berkata dengan tenang, "Ibumu, aku menyerahkannya pada orang lain. Kamu tidak bisa mengganggu orang itu. Aku juga tidak bisa."     

"Orang lain?" Linley sama sekali tidak mengerti.     

Tapi pada saat yang sama, Linley merasakan secercah harapan di hatinya. Seseorang yang bahkan Clayde tidak mampu ganggu telah menculik ibunya. Pastinya ada alasan penting di balik itu. Mungkin... ibunya masih hidup.     

Clayde tertawa dengan dingin. "Tapi aku bisa memberitahumu satu hal. Ibumu sudah mati. Tanpa diragukan lagi, dia sudah mati!"     

"Tidak..." Linley menatap.     

"Kamu tidak mempercayaiku?" Terlepas dari situasi dia berada, Clayde mulai tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.