Cincin Naga

Batas



Batas

0Saat menutup pintu ruang kerja, Merritt mendengar kata-kata Alice. Dia menoleh ke Alice sambil tersenyum. "Nona Alice, kita akan membahas urusan klan Debs. Kita tidak bisa membahasnya secara terbuka dan secara umum, bukan? Jika Yang Mulia mencari tahu, maka aku yang akan berada dalam masalah serius. Kamu seharusnya tahu bahwa aku mengambil risiko berat atas nama klan Debs-mu. Sebaiknya kita tutup pintunya."     

Alice tertegun.     

Dari segi permainan kata, bagaimana Alice bisa menandingi Tuan Merritt ini, yang telah terlibat dalam tipu daya tingkat tertinggi sejak lama?     

Sambil tersenyum, Merritt berjalan melewatinya. Di depan rak buku, ada dua kursi di sekeliling meja bundar. Merritt sering mengobrol dengan beberapa temannya di sini.     

Merritt yang pertama kali duduk, lalu menatap Alice. "Alice, kamu sebaiknya duduk."     

"Terima kasih, Tuan Merritt." Alice diam-diam mendesah lega, lalu duduk di kursi seberang. Hal yang membuat Alice paling gugup dalam ruang kerja ini adalah tempat tidur itu.     

"Tunggu sebentar."     

Sambil tersenyum, Merritt bangkit berdiri, lalu mengeluarkan sebotol anggur merah dan dua cangkir gelas. Dia menuang dirinya sendiri dan Alice masing-masing secangkir anggur.     

"Alice, ini anggur merah Bluerain dari Kekaisaran Yulan, hasil buatan yang berusia enam puluh tahun. Rasanya tidak buruk. Cobalah." Merritt tersenyum saat dia mengangkat gelasnya ke arah Alice.     

Alice agak takut jika terdapat semacam obat yang membuat tidak sadarkan diri telah dicampur ke dalam anggur. Tapi, di bawah tatapan Merritt, Alice terpaksa mengangkat gelasnya juga. Hanya saja, dia hampir tidak menyentuh anggur itu dengan bibirnya.     

Merritt tidak memaksanya. Mengubah topik, dia berkata, "Alice, kau dan Kalan sudah bertunangan. Aku menduga kamu tahu sedikit tentang masalah klan Debs. Apakah kamu tahu bahwa mereka terlibat dalam penyelundupan?"     

"Tidak, saya tidak tahu. Saya pikir Kalan tidak akan terlibat dalam penyelundupan." Alice buru-buru berkata. "Tuan Merritt, klan Debs cukup kuat. Saya rasa mereka tidak akan terlibat dalam bisnis penyelundupan ini."     

Sambil tersenyum penuh makna, Merritt menatap Alice. "Sulit untuk dikatakan."     

"Ah!"     

Merritt sepertinya telah melihat sesuatu, dan tiba-tiba, dia bergerak ke samping Alice, sangat dekat sehingga wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajah Alice.     

Terkejut, Alice buru-buru mundur.     

"Jangan bergerak." Teriakan Merritt dengan sedikit perintah.     

Lahir sejak lama dengan terbiasa pada kekuasaan, suara memerintah Merritt membekukan Alice ditempat, karena dirinya merasa tidak nyaman. Merritt dengan hati-hati memeriksa rambut Alice, lalu menatap Alice.     

Saat menundukkan kepalanya, wajahnya sekarang hanya berjarak beberapa sentimeter dari Alice. Hal ini membuat Alice buru-buru menekukkan kepalanya menjauh darinya.     

Melihat ini, Merritt tertawa, lalu kembali ke kursi asalnya. Dia mendesah tak berdaya. "Saat itu, aku melihat satu rambut putih di kepalamu, tapi setelah kamu bergerak, aku jadi tidak bisa melihatnya lagi."     

Sehelai rambut putih?     

Di dalam hatinya, Alice mulai merasa kesal. Dia tinggal bersama Rowling sekarang, dan setiap paginya, saat mereka bosan, mereka akan saling menyisir rambut masing-masing. Seringkali, dia akan menemukan beberapa helai rambut putih di kepala Rowling. Tapi Rowling sering mengungkapkan rasa iri kepada Alice, karena dia tidak pernah bisa menemukan rambut putih di kepala Alice.     

Rowling tidak bisa menemukan rambut putih meski menyisiri rambut Alice setiap hari. Bagaimana bisa Merritt menemukannya?     

Tapi Alice tidak berani mengatakan hal ini.     

"Alice, kamu masih muda. Jangan terlalu mudah kesal. Jika kamu kesal, usiamu akan bertambah lebih cepat, dan akhirnya memiliki rambut putih." Merritt berkata dengan penuh perhatian.     

Alice hanya diam mendengarkannya saat dia berbicara.     

Merritt mendorong kursinya ke arah Alice, lalu menatap pada Alice. "Alice, kamu cantik sekali, kamu tahu. Pesona dan aura kemurnianmu benar-benar memikat untuk dilihat."     

Alice merasa malu dan gugup.     

Merritt mencondongkan sedikit tubuh ke depan, menatap Alice dengan tajam. "Alice. Istri-istriku itu, semua yang mereka pedulikan adalah hal-hal dangkal seperti uang dan kepuasan. Mereka tampak begitu tidak sopan, sangat rendah. Tapi kamu benar-benar berbeda. Sungguh, kamu tahu. Saat pertama kali melihatmu, aku tertegun. "     

"Aku sangat menyesal karena akhirnya aku menikahi wanita seperti mereka." Merritt tiba-tiba mengulurkan tangan dan memegangi tangan Alice. Mata Alice tiba-tiba melebar. Merritt terus menatap Alice. "Alice, jika aku... jika aku mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu dari lubuk hatiku, bahwa aku terpikat denganmu, maukah kau mempercayaiku?"     

Alice buru-buru berdiri ... tapi Merritt mempertahankan cengkeraman eratnya di tangan Alice.     

"Tuan Merrit, Tuan Merrit. Saya adalah tunangan Kalan! " Alice meronta, dan hanya setelah tiga kali usaha dia bisa melepaskan diri dari cengkeraman Merritt.     

Merritt menatap Alice dengan senyuman. "Seperti yang kamu katakan, kamu hanyalah seorang tunangan, yang berarti kamu belum menikah. Kamu benar-benar bisa menikah dengan orang lain. Sedangkan untuk Kalan, apa yang diketahui seorang anak kecil sepertinya tentang bersenang-senang?"     

Saat dia berbicara, Merritt sekali lagi mendekati Alice, sementara Alice terus bergerak mundur.     

Tapi dalam kegugupannya, Alice sama sekali tidak menyadari sedikitpun bahwa Merritt memaksanya ke arah tempat tidur.     

"Alice. Aku benar-benar telah jatuh cinta padamu. Aku bersumpah!" Merritt menatap Alice dengan penuh perasaan.     

Merritt tidak berbohong. Selama mengagumi patung 'Awakening From the Dream', dan setelah melihat Alice sendiri, dia benar-benar jatuh cinta pada Alice. Tapi 'jatuh cinta' semacam ini hanyalah keegoisan untuk memiliki.     

"Tuan Merritt!" Alice semakin panik.     

Tiba-tiba, kaki belakang Alice bertabrakan dengan tempat tidur. Kehilangan keseimbangan, Alice terjatuh ke kasur.     

Senyuman tipis muncul di wajah Merritt. Dia segera melemparkan dirinya ke atas Alice, menekan tubuhnya. "Alice, dewiku, tolong puaskan hasrat fana ini yang telah terpesona olehmu. Jika kamu memuaskan hasratku, aku akan memuaskanmu juga dan membersihkan noda-noda yang tidak adil dari klan Debs."     

Menghapus noda dari klan Debs?     

Sambil menatap Merritt yang berada tepat di atas tubuhnya, Alice tiba-tiba memikirkan kembali suatu malam saat dia bersama Linley di sebuah hotel kecil. Mereka berdua telah menjerat diri mereka dengan penuh kegairahan, tapi pada akhirnya, dia menghentikan Linley.     

Bagaimana bisa dia menyerahkan kesuciannya kepada pria di depannya ini?     

"Dewiku, datanglah kepadaku." Suara Merritt sangat lembut, seolah sedang mencoba untuk menghipnotisnya.     

"Tidak. Tidak!"     

Alice tiba-tiba menarik belati dari pinggangnya dan menusukkannya ke Merritt. Pada saat bersamaan, batu-batu di lantai terbang ke arah Merritt.     

Alice adalah Mage elemen tanah juga!     

Tapi Merritt sendiri adalah seorang Warrior yang kuat. Refleknya sangat cepat, dan dia dengan cepat menghindar ke satu sisi sambil pada bersamaan menampar belati dari tangan Alice.     

Alice langsung menghindar ke sisi lain, berlari menuju pintu.     

Tapi dengan secepat kilat, Merritt muncul di antara dia dan pintu. Sambil tersenyum penuh makna, dia menatap Alice. "Alice. Apakah kamu masih ingin melawan? Berdasarkan kecakapanmu sebagai seorang Mage dan pisau kecil itu, kamu ingin melawanku?"     

"Tuan Merritt, biarkan saya pergi." Saat ini, Alice teguh dalam keputusannya.     

"Kamu tidak lagi ingin menyelamatkan klan Debs? Kamu tidak ingin menyelamatkan tunanganmu, Kalan?" Tanya Merritt.     

Mata Alice bertekad. Dengan menggertakkan giginya, dia berkata, "Meskipun saya ingin menyelamatkan mereka, ini bukan cara untuk melakukannya. Binatang!"     

"Binatang?" Ekspresi wajah Merritt berubah. Dia dengan dingin berkata, "Awalnya, aku ingin suasana hati menjadi sedikit lebih romantis, tapi karena kamu menolak untuk bekerja sama, maka aku akan menunjukkan padamu seperti apa rupa binatang itu."     

Wajah Alice menjadi pucat.     

"Merritt. Jangan keterlaluan." Ketakutan, Alice dengan cepat mundur, meraih kursi di sampingnya dan membantingnya ke Merritt.     

Dengan satu kepalan tangan, Merritt dengan mudah menghancurkan kursi itu.     

"Jangan melawan. Tempat ini... adalah rumahku." kata Merritt sambil tertawa pelan.     

Melihat Merritt mendekat selangkah demi selangkah padanya, Alice mengertakkan gigi dan berkata dengan liar, "Merritt! Sebaiknya kamu tidak lupa bahwa aku pernah menjadi wanita Linley!"     

Kata-kata ini menghentikan Merritt ditempat, membuatnya tertegun.     

Alice benar-benar tidak ingin mengucapkan kata-kata ini. Dia tahu bahwa tindakannya di masa lalu telah melukai Linley dengan sangat dalam, dan dia tidak ingin ada hubungan lagi dengannya. Tapi pada saat ini, dia tidak bisa memikirkan cara lain.     

"Linley?" Berdiri di sana tanpa bergerak, Merritt mengerutkan kening.     

Menggigit bibirnya, Alice menatap pada Merritt. "Merritt, saya bisa berpura-pura kalau hari ini tidak terjadi apa-apa. Tapi jika anda keterlaluan, maka jangan salahkan saya saat saya juga bertindak belebihan nantinya. Saya percaya anda tahu betapa berpengaruhnya Linley saat ini."     

Merritt menatap Alice.     

Dia benar-benar terpesona oleh Alice, tapi Merritt tahu betul hubungan Linley dengan Alice sangat spesial. Hanya dengan melihat patung itu, 'Awakening From the Dream', orang bisa tahu betapa dalamnya kasih sayang Linley terhadap Alice.     

"Perasaan Linley terhadap Alice benar-benar berada di ranah cinta sejati. Jika Linley mengetahuinya..." Kepala Merritt mulai sakit.     

Linley.     

Sangat sulit untuk ditangani!     

Linley saat ini sudah memiliki pengaruh luar biasa. Meskipun dia, Merritt, sangat berkuasa, pada akhirnya dia hanyalah Right Premier dari satu kerajaan. Bagi Radiant Church, mungkin memberhentikan salah satu Raja dari sebuah kerajaan adalah sesuatu yang akan dilakukan hanya setelah pertimbangan serius, tapi mereka bahkan tidak akan berpikir dua kali jia hanya berurusan dengan Right Premier di sebuah kerajaan.     

Yang harus dilakukan Linley hanyalah meminta bantuan Radiant Church. Berurusan dengan dia, Right Premier, tidak bisa berbuat apa-apa.     

Tapi di kemudian hari, Linley hanya akan menjadi lebih hebat. Inilah salah satu alasan mengapa tidak satu pun anggota bangsawan Kerajaan Fenlai yang berani berencana melawan Linley atau mencoba melawan kehidupan Linley, karena itulah, di depan Linley, mereka semua berperilaku sangat sopan.     

"Sayang sekali..." Merritt menghembuskan napas panjang. "Alice, aku benar-benar telah jatuh cinta padamu dari lubuk hatiku, sangat cinta sampai-sampai aku kehilangan akal sehatku."     

Merritt tersenyum minta maaf pada Alice. "Aku minta maaf. Aku kembali ke akal sehatku sekarang. Karena kamu tidak mau atau mampu untuk memiliki perasaan padaku, tentu saja aku tidak bisa memaksakan diriku."     

"Tuan Merritt, kalau begitu, saya akan undur diri sekarang." Alice cepat-cepat bergegas ke pintu, membukanya, lalu bergegas keluar.     

Melihat Alice pergi, tatapan minta maaf itu terlepas dari wajah Merritt, dan tatapannya menjadi ganas dan dingin. Dengan senyuman dingin, dia meludahkan kata, "Jalang!"     

Pada saat Alice kembali ke rumah klan Debs, langit benar-benar gelap gulita.     

Saat ini, semua anggota klan Debs berada di tengah aula utama, sedang makan malam. Hanya saja, suasananya tidak begitu bagus. Lagipula, klan bisa dimusnahkan kapan saja.     

"Alice. Kamu kembali?" Rowling tiba-tiba melihat Alice berlari masuk.     

Nimitz dan yang lainnya juga berdiri.     

"Secepat itu?" Nimitz mengerutkan kening. Alice telah kembali terlalu cepat, jauh lebih awal dari perkiraannya.     

"Alice, makan malamlah bersama kita." Rowling segera memanggilnya.     

Di jalan setapak melewati aula utama, Alice melirik orang-orang di dalam dan berkata dengan nada meminta maaf, "Saya tidak enak badan. Saya akan kembali ke kamar dan beristirahat dulu." Suara Alice sangat rendah dan serak.     

Rowling merasa Alice tidak bersikap normal.     

"Biarkan saya pergi melihat bagaimana keadaan Alice." Rowling tersenyum pada semua orang, lalu meninggalkan aula, meninggalkan Nimitz, yang mengerutkan kening dengan curiga.     

Alice dan Rowling, di kamar mereka.     

Saat memasuki kamar, Alice segera melemparkan dirike tempat tidurnya. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya, yang mengalir keluar. Hatinya penuh dengan kekeliruan dan ketidakadilan.     

"Apa kesalahan yang telah kuperbuat? Tuhan, mengapa Tuhan harus menghukum saya?"     

Alice melolong marah di hatinya.     

"Saya tidak pernah meminta banyak, hanya meminta saya bisa memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Saya ingin orang tua saya memiliki kehidupan yang damai, agar diri saya memiliki kehidupan yang damai. Kenapa, kenapa Tuhan harus menghukum saya?" Hati Alice dipenuhi dengan kesengsaraan. Benar, klan Debs mungkin akan tamat.     

Tapi apa hubungannya dengan dia?     

Mengapa mereka harus mengirimnya untuk berurusan dengan Merritt?     

Mengapa dia harus dipaksa sampai pada titik di mana dia harus meneriakkan kata-kata, "Aku pernah menjadi wanita Linley?" Sebegitu sulit baginya untuk memaksakan kata-kata ini keluar! Alice benar-benar tidak ingin mengatakan hal itu!     

"Kakak Alice, apa yang terjadi?" Rowling berlari masuk ke kamar. Melihat Alice terisak-isak sampai ke titik di mana ada noda basah besar di kasur, Rowling menjadi panik karena khawatir.     

Rowling segera menghampiri dan mulai membelai punggung Alice. "Jangan menangis, jangan menangis. Apapun itu, kamu bisa memberi tahuku. Katakan padaku."     

Alice segera berbalik dan melemparkan dirinya ke pelukan Rowling, menangis bahkan dengan lebih keras. Tidak seburuk saat ada orang di sana untuk menghiburnya, tapi sekarang seseorang telah datang, Alice merasa semakin sedih dan terluka.     

Rowling menghibur Alice selama lebih dari setengah jam sebelum Alice akhirnya menjadi agak lebih tenang.     

"Kakak Alice, apa yang sebenarnya terjadi? Katakan padaku." Rowling menatap Alice.     

Alice menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan menjelaskan ketidakadilan yang telah dilakukan padanya. "Adik Rowling, kamu juga menyadari situasi saat ini dengan keluarga Debs. Kemarin, Paman Besar datang dan ingin mengobrol pribadi denganku. Dia ingin aku..."     

Semakin dia mendengar, semakin banyak kemarahan yang dirasakan Rowling.     

Dia marah pada perilaku Nimitz. Dia marah atas apa yang dialami Alice. Dan dia merasa marah terhadap perilaku Merritt yang seperti binatang itu. Pada saat yang sama, dia merasakan simpati kepada Alice.     

"Aku tidak ingin terlibat, ikut terlibat lagi. Aku hanya ingin menjalani hidup yang damai." Kata Alice, terisak-isak.     

Selama beberapa hari terakhir ini, Rowling telah mempertimbangkan bagaimana cara terbaik untuk membantu klan Debs. Tapi setelah mendengar cerita Alice, dia tiba-tiba mengerti beberapa hal.     

"Kakak Alice, jangan bersedih. Bagaimanapun, kamu jangan biarkan Merritt menodai kesucianmu." Rowling menghiburnya.     

Alice mengangguk.     

"Tapi kita masih harus menemukan cara untuk menyelamatkan Kalan dan yang lainnya." Kata Rowling. "Lagipula, Kakak Kalan adalah tunangan kita."     

Alice juga ingin menyelamatkannya, tapi dia tidak tahu caranya.     

"Kita masih punya pilihan." Rowling menatap Alice. "Tapi... aku tidak tahu apakah kamu bersedia menerimanya, Kakak Alice."     

"Rowling..." Melihat Rowling, Alice sudah bisa menebak apa yang akan dikatakannya.     

Rowling mengangguk. "Benar. Mintalah bantuan pada Linley. Hari ini, sesaat setelah kamu menyebutkan namanya, Merritt tidak lagi berani menyentuhmu. Jelas, Linley sangat berpengaruh. Berdasarkan pada apa yang kuketahui, Linley tidak hanya memiliki hubungan dengan Radiant Church, dia juga memiliki hubungan dengan Dawson Conglomerate. Bahkan Yang Mulia, King Clayde, memperlakukan Linley seperti halnya seorang teman, bukan seperti rakyat biasa. Jika Linley bersedia untuk berbicara, kita akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyelamatkan kakak Kalan."     

Saat ini, di Kerajaan Fenlai, tanpa diragukan, orang lebih bersedia untuk tunduk pada Linley daripada ke orang lain.     

Bahkan Left Premier dan Right Premier tidak bisa dibandingkan dengannya.     

Karena, seperti yang diketahui orang dengan mudah, di masa depan, Linley akan menjadi orang dengan tingkat tinggi di dalam Radiant Church. Bahkan saat ini pun, dia dipandang sebagai talenta yang berpotensi sangat penting yang perlu diperkuat dan dilatih. Demi Linley, kedua Cardinal dari Radiant Church bahkan telah pergi ke pemakaman Hogg dan memberikan penghormatan kepadanya. Dari sini, orang bisa dengan mudah melihat betapa pentingnya mereka memandang keberadaan Linley.     

"Kakak Linley?" Emosi Alice bercampur aduk.     

Sebenarnya, di hati Alice, dia tahu kemungkinan ini sejak lama, tapi dia tidak ingin menghadapinya. Dia benar-benar tidak ingin pergi mengemis pada Linley. Dia merasa bahwa dia tidak punya muka untuk bertemu dengannya lagi.     

Dia tahu bahwa dia telah sangat melukai Linley. Saat ketika dia melihat patung itu, 'Awakening From the Dream', Alice mengerti betapa dalamnya Linley mencintainya. Atau paling tidak, betapa dalamnya dia pernah mencintainya.     

Dia malu untuk menemuinya!     

"Kakak Alice, aku mengerti perasaanmu." Rowling mencengkeram erat tangan Alice. "Tapi, kakak Alice, kakak Kalan dan ayahnya sangat mungkin akan kehilangan nyawa mereka. Aku mohon, tolong menderitalah sedikit untuk kita. Setidaknya Linley tidak akan bertindak seperti yang dilakukan Merritt."     

Hati Alice dipenuhi dengan rasa sakit.     

"Tidak punya muka? Apakah harga diriku lebih penting, atau apakah hidup kakak Kalan dan ayahnya lebih penting?" Alice bertanya pada dirinya sendiri pertanyaan ini. Dia tidak punya pilihan lain.     

"Kakak Alice." Rowling menatap Alice dengan penuh permohonan.     

Alice menarik napas dalam-dalam, memaksakan dirinya untuk tenang. Melihat Rowling, dia mengangguk. "Baik. Aku akan menemui kakak Linley besok."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.