Cincin Naga

Tangan



Tangan

0Di bawah cahaya api unggun, wajah semua orang setengah bercahaya, setengah gelap. Bau darah masih memenuhi daerah itu, tapi sekarang, kedua pasukan di kedua sisi pertarungan hanya menatap kaget pada mayat yang telah berubah menjadi setumpukan daging dan darah, lalu menatap pada linley Linley dan heavy sword adamantine yang dia bawa.     

Seorang petarung tingkat kedelapan terbunuh dalam satu tebasan pedang...     

Ini…     

Sulit dipercaya!     

"Saudara-saudaraku, ayo kita bunuh para bandit ini!" Big Beard Malone adalah orang pertama yang bereaksi, dan dia langsung berteriak dengan penuh semangat. "Bunuh bajingan-bajingan ini dan balas dendam rekan-rekan kita yang terbunuh!"     

Mendengar raungan oleh Big Beard Malone ini, semua bandit tersadar juga. Pemimpin mereka, One-Eyed Viper, McKinley, terbunuh dalam sekali tebasan. Bahkan jika tentara bayaran tidak ada di sana, Linley sendiri bisa saja menghancurkan mereka semua dengan heavy sword itu.     

"Balas dendam! Balas dendam! Bunuh!" Mata tentara bayaran berkobar saat mereka tiba-tiba dipenuhi dengan percaya diri. Satu demi satu menyerang ke depan, dengan senjata yang siap.     

"Kabur, cepat!"     

Para bandit berteriak keras, saat mereka semua mulai melarikan diri, melupakan hal lainnya. Para pemanah rombongan tentara bayaran segera mulai menarik busur mereka. Menatap dingin pada punggung para bandit yang melarikan diri, satu demi satu panah tajam ditembakkan. "Swish." "Swish." Enam bandit terkena panah dan jatuh ke tanah.     

Dalam sekejap mata, tujuh puluh bandit atau lebih yang tersisa menghilang ke dalam kegelapan.     

Rombongan tentara bayaran tidak terlibat dalam pengejaran yang terlalu lama, mengejar mereka hanya sejauh seratus meter atau lebih sebelum kembali. Lagipula, tanggung jawab utama mereka adalah melindungi kereta.     

"Whew."     

Banyaknya pedagang dan penjelajah di dalam kereta semuanya mendesah lega. Tapi saat ini, wajah tentara bayaran sangat buruk untuk dilihat, saat mereka mulai mengumpulkan mayat dari sepuluh atau lebih kawan yang telah meninggal dunia.     

"Semuanya, kalian bisa kembali ke tempat istirahat kalian." Malone berkata keras.     

Beberapa tentara bayaran juga terluka, dan harus beristirahat dan dirawat. Ratusan orang di kereta mulai tenang, masing-masing kembali ke tempat mereka sendiri. Sebagai penjelajah lama, mereka sering mengalami kejadian seperti itu, dan tidak akan terlalu terkejut atau khawatir sekarang.     

.....     

Satu satu demi api unggun dinyalakan, dan sepuluh mayat tentara bayaran dikuburkan di dalam tanah kosong di sisi jalan. Tentara bayaran yang hidup dalam pertarungan bisa mati kapan saja. Dan begitu mereka mati, tubuh mereka semua akan dikuburkan secara demikian, dengan tentara bayaran lainnya paling tidak membawa beberapa kenang-kenangan mereka pulang demi mereka.     

Sambil bersandar pada sebatang pohon besar di tepi jalan dengan heavy sword adamantine di punggungnya, Linley diam-diam diamati yang lainnya.     

"Tuan Ley." Banyak pedagang kereta mendekat, mengucapkan terima kasih kepada Linley. Banyak dari mereka bahkan ingin memberi koin emas kepada Linley sebagai hadiah, tapi Linley dengan hormat menolak semuanya.     

"Saudara-saudara, semoga kalian beristirahat dengan tenang disana!" Malone meraung keras.     

Semua tentara bayaran hadir berdiri di depan kuburan. Serentak, mereka membungkuk dalam ke arah kuburan. Dalam kehidupan tentara bayaran ini, kematian adalah kejadian biasa. Setelah memberi penghormatan, mereka semua kembali ke posisi normal mereka.     

Kapten rombongan tentara bayaran ini, Big Beard Malone, melangkah menuju Linley bersama Luther dan Lowndes di sampingnya. Dengan penuh rasa syukur, dia berkata, "Tuan Ley, terima kasih. Jika bukan karena anda, rombongan tentara bayaran kami..." Malone terdiam, menggelengkan kepalanya.     

"Ley, terima kasih banyak karena menyelamatkan rombongan tentara bayaran kami." Luther muda itu mengucapkan terima kasih.     

Peringatan awal Linley kepada mereka dan juga bantuannya di akhir sama sekali tidak terhingga nilainya dalam menyelamatkan rombongan tentara bayaran.     

"Tidak perlu," kata Linley sambil tertawa tenang.     

"Tuan Ley, ini sepuluh ribu koin emas." Malone menarik magicrystal cards dari sakunya. "Magicrystal cards ini tidak terikat, dan memiliki sepuluh ribu koin emas di dalamnya. Tuan Ley, anda harus menerimanya. Jika bukan karena anda, bukan saja rombongan bayaran kami telah gagal dalam misi kami, kemungkinan besar kami semua juga akan mati."     

Linley menggelengkan kepalanya sambil tertawa.     

"Ley, tolong terimalah." desak Lowndes segera. Tentara bayaran biasanya sangat murah hati. Orang-orang yang menghabiskan hidup mereka dalam pertarungan umumnya berpegang pada tingginya kode keberanian, persaudaraan, dan persahabatan.     

"Apakah saya terlihat seperti seseorang yang membutuhkan uang bagi anda?" Linley menatap mereka bertiga.     

Di dalam cincin interspatial-nya, Linley memiliki 22 magicrystal cards, masing-masing dengan 100 juta koin emas. 2,2 miliar koin emas! Bahkan Dawson Conglomerate pun tidak mudah dibujuk untuk mengeluarkan begitu banyak uang sekaligus.     

Beberapa klan di Four Great Empires sangat kuat dan sangat kaya, tapi tidak peduli seberapa kuatnya mereka, mereka tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan klan kerajaan.     

Bagaimanapun, klan-klan yang sangat besar dan kuat di Four Great Empires itu masih harus membayar sejumlah besar pajak setiap tahunnya kepada Raja.     

Sebagai perbandingan, penguasa Kerajaan Fenlai, dibandingkan dengan klan-klan besar tersebut, memiliki lebih banyak kekuatan di wilayahnya sendiri. Kekayaan yang telah dibangun selama ribuan tahun adalah jumlah yang menakutkan memang.     

Setelah mendengar kata-kata Linley, Malone sempat terkejut, tapi kemudian tidak mendesaknya. Dia tidak berani terus berdebat dengan seorang petarung yang kuat seperti Linley. Dan di samping itu, juga tidak mudah bagi rombongan tentara bayarannya untuk mencari nafkah.     

"Kapten Malone, rawatlah tentara bayaran anda. Saya melihat bahwa cukup banyak dari mereka menderita luka parah." kata Linley.     

"Kalau begitu Tuan Ley, beristirahatlah. Saya akan pergi sekarang," kata Malone dengan hormat. Petarung yang kuat diperlakukan dengan hormat tidak peduli di mana pun mereka berada.     

Api unggun menyala. Banyak orang di kereta tidak bisa tertidur. Banyak dari mereka membungkuk pada api unggun. Selain dari sebagian kecil yang berhasil tertidur, sebagian besar membicarakan apa yang baru saja terjadi. Seringkali, pandangan sekilas terarah kepada Linley. Jelas, topik pembicaraan mereka adalah Linley.     

Saat ini, Linley duduk bersila, menyesuaikan dirinya sendiri dengan tanah yang luas dan tak berujung, serta angin yang membentang di langit.     

Setelah menghabiskan tiga tahun berlatih di Mountain Range of Magical Beasts, Linley telah belajar sedikit tentang cara berlatih yang benar. Baik sebagai Warrior maupun Mage, pada akhirnya, harus belajar bagaimana memahami dan menjadi terbiasa dengan alam.     

Sebagai contoh, saat ini, baik Linley dan McKinley adalah Warrior tingkat kedelapan.     

Tapi dalam pengertian sesungguhnya, McKinley masih berada pada tingkat serangan yang paling dasar, sementara Linley sudah mencapai level ketiga, dan mampu menerapkan 'impose' dalam pertarungan. 'Kekuatan yang memaksa' ini adalah kekuatan untuk memaksakan ke langit dan bumi untuk membatasi musuh-musuhnya. Ketika dia menyerang dengan pedangnya, dia telah mengacaukan seluruh ruang di sekitarnya.     

Perbedaan antara keduanya terlalu besar. Baginya terbunuh dalam satu tebasan pun tidak aneh sama sekali.     

"Jika aku tidak berlatih di Mountain Range of Magical Beasts dan melupakan segala hal selain berlatih selama tiga tahun, tidak peduli berapa lama aku tinggal di Kota Hess, mungkin aku tidak akan bisa naik ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi." Linley merenung pada dirinya sendiri.     

Banyak orang di kereta sedang mendiskusikan Linley, tapi Linley tidak menghiraukannya saat dia diam-diam bermeditasi.     

"Ley, Tuan Ley?" Suara gugup terdengar di samping Linley.     

Mendengar suara ini, Linley menoleh. Suara itu adalah bangsawan muda, yang berdiri tegak seperti patung. Keane. Sedikit senyuman muncul di wajah Linley. "Keane. Kan? Ada apa?"     

Mendengar Linley memanggilnya dengan namanya, Keane merasa sangat bangga. Dia berkata pelan, "Tuan Ley, saya punya permintaan."     

"Duduklah dulu, lalu bicara."     

Sikap Linley membuat Keane sedikit rileks, dan dia duduk di samping Linley. Matanya penuh dengan pemujaan, dia berkata pada Linley, "Tuan Ley, saat itu, tebasan pedangmu sangat kuat. Saya telah diganggu sejak saya masih kecil. Saya juga ingin menjadi seorang Warrior yang tangguh. Apakah anda bisa mengajari saya?"     

Linley kaget.     

Pelatihan Warrior bukan hanya beberapa hari saja. Diperlukan bertahun-tahun mengumpulkan kerja keras, serta bakat alami yang baik. Ini juga membutuhkan pelatih yang baik. Hanya jika ketiga kriteria tersebut terpenuhi, seorang petarung yang kuat dapat dihasilkan.     

"Itu agak sulit, dan saya tidak punya cukup waktu untuk melatihmu." Linley tertawa.     

Keane buru-buru mengangguk, melambaikan tangannya dengan panik. "Tidak, Tuan Ley, saya tidak perlu belajar terlalu banyak. Saya tidak perlu terlalu kuat. Saya hanya ingin belajar tebasan pedang yang anda gunakan barusan. Hanya satu tebasan pedang itu." Saat dia berbicara, Keane bahkan memperagakkan tebasan pedang yang sebenarnya.     

"Hanya satu tebasan pedang itu?" Linley tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis.     

Meskipun tebasan pedangnya itu terlihat mudah, diperlukan lebih dari sepuluh tahun latihan keras dan juga perubahan pada pikiran dan rohnya. Baru saat itulah dia bisa memahami tingkat 'impose' ini. Bahkan sebagian besar petarung tingkat kesembilan pun tidak mampu memahami tingkat 'impose', apalagi tingkat kedelapan.     

Menurut catatan klan Baruch, nenek moyang yang memegang heavy warhammer itu, setelah mencapai Saint-level, masih hanya mampu mencapai tingkat 'memegang sesuatu yang berat seolah-olah itu ringan'. Baru setelah berada di Saint-level selama lebih dari sepuluh tahun, nenek moyangnya mulai mengerti bagaimana cara 'impose'.     

Lebih mudah bagi seorang Mage daripada Warrior untuk menjadi satu dengan alam.     

Agar Warrior sejati benar-benar mengerti dan memahami 'impose' jauh lebih sulit daripada petarung kelas ganda seperti Linley, yang merupakan Mage dan Warrior.     

"Apakah sangat... sangat sulit? Aku tidak takut." kata Keane.     

"Keane." Terdengar suara lembut memanggil, dan Jenne bergegas mendekat, berpakaian biru muda dan memegangi beberapa pakaian di tangannya. Dia berkata kepada Keane dengan khawatir, "Malam semakin dingin. Berpakaianlah yang hangat. "     

Keane cemberut, menggelengkan kepalanya. "Tidak."     

Jenne mengerutkan kening, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya.     

Keane melanjutkan, "Kak, lihat, Tuan Ley hanya mengenakan baju tipis. Aku sudah memakai banyak baju, dan kamu ingin aku memakai lebih banyak lagi?"     

Linley mengeluarkan tawa tak terduga. Keane ini benar-benar membandingkan dirinya dengan dia? Bahkan pada musim dingin yang paling membeku sekalipun, Linley tidak akan merasa kedinginan, apalagi sekarang.     

"Keane, berpakaianlah yang hangat." kata Linley.     

Kata-kata Linley sepertinya lebih berpengaruh daripada kata-kata Jenne. "Oh." Keane menerima baju dari Jenne, lalu memakainya. Jenne menatap berterima kasih pada Linley. "Terima kasih, Tuan Ley."     

Linley tersenyum dan mengangguk.     

Saat Jenne dan Linley saling pandang, Jenne langsung tersipu sedikit.     

Tapi Linley, secara tidak sengaja, melihat tangan Jenne. Saat melihatnya, dia cukup terkejut. Dari apa yang Linley tahu, Jenne tanpa diragukan adalah seorang wanita bangsawan muda, tapi tangan Jenne tampak agak kasar.     

"Keane, jangan terlalu lama mengganggu Tuan Ley. Tuan Ley perlu istirahat juga." Jenne tersenyum minta maaf pada Linley, lalu dia kembali ke gerbongnya sendiri, wajahnya masih sedikit merah.     

Linley menatap Keane.     

"Keane, apakah kakakmu sering melakukan tugas di rumah?" Linley sangat penasaran. Kebanyakan wanita bangsawan memiliki tangan yang sangat lembut dan halus. Dari segi sikap dan juga pakaian, Jenne benar-benar wanita bangsawan, tapi tangannya...     

Keane mengangguk. "Benar. Tuan Ley, anda mungkin tidak tahu dari cara saya berpakaian, tapi saya merasa sangat canggung dalam pakaian ini. Sudah lama sekali sejak saya berpakaian seperti ini." Keane menarik kerahnya. "Sebenarnya, kakak saya dan saya tinggal di sebuah desa gunung biasa. Hanya Kakek Lambert yang ada di sana untuk menjaga kami. Kakak biasanya harus melakukan sebagian besar tugas keluarga kami."     

"Oh?" Linley mulai penasaran. "Tapi sikap kakak perempuanmu tidak seperti gadis desa biasa."     

Keane mengangguk. "Tentu saja. Ayah kami adalah gubernur sebuah kota tingkat administrasi dan memiliki status sosial yang sangat tinggi. Saat kami masih muda, kami tinggal di mansion gubernur. Tapi saat saya berumur enam tahun, ibu, kakak, dan saya dipaksa keluar oleh bibi kami. Jadi, ibu membawa kakak dan saya kembali ke rumahnya. Kakak saya, saat masih muda, menerima semua pendidikan yang seharusnya dimiliki seorang wanita bangsawan muda, dan saat kami meninggalkan rumah ayah kami, dia sudah berumur sepuluh tahun. Jadi dia secara alami terus mempertahankan kebiasaan bangsawan yang sudah tertanam dalam dirinya. Tapi saya masih muda, dan ibu saya tidak pernah dalam kondisi sehat. Kakek Lambert tidak bisa mengurus kami berdua sendiri, jadi kakak sering harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kakak bisa melakukan apapun!"     

"Saya ingat di tengah musim dingin, tangan kakak mulai robek dari cuaca dingin, tapi dia tetap memasak untuk saya. Saya ingin membantu, tapi dia tidak mau membiarkan saya membantunya." Keane menggigit bibirnya, matanya mulai menjadi merah. "Kali ini, ketika saya mengambil alih posisi gubernur kota, saya pasti tidak akan membiarkan kakak melakukan tugasnya lagi. Saya akan membiarkan sejumlah besar pelayan merawat kakak."     

Mendengar cerita ini, Linley mengagumi Jenne ini, yang tampak luar begitu rapuh dan sangat pemalu.     

"Kamu akan mengambil alih posisi gubernur kota? Bukankah bibimu mengusirmu?" Tanya Linley.     

Keane tidak menyembunyikan apapun. "Awalnya, bibi saya menggunakan setiap cara yang tersedia baginya untuk membuat kami pergi, sehingga bisa menjamin bahwa anaknya yang akan menjadi gubernur kota berikutnya. Sayangnya... anak sampah miliknya itu tidak melakukan apa-apa selain minum dan main-main. Segera setelah ayah saya meninggal, si sampah itu merasa senang karena dia tidak perlu takut sekarang, dan menjadi semakin tidak bermoral. Dari apa yang saya dengar, belum lama ini, dia mati di pelukan wanita. Setelah dia meninggal, tentu saja posisi gubernur kota jatuh ke tangan saya."     

Keane menatap Linley dengan penuh semangat. "Tuan Ley, tolong ajari saya. Begitu saya menjadi gubernur kota, saya pasti akan memberi anda posisi yang benar-benar tinggi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.