Cincin Naga

Pulang



Pulang

0Jauh di dasar laut, dengan Beirut memimpin, para petarung mulai terbang menuju pintu antar dimensi itu.     

"Necropolis of the Gods..." Linley berpaling untuk meliriknya.     

Meskipun mereka telah terbang sejauh beberapa kilometer dari sana, bangunan setinggi dua puluh ribu meter itu, Necropolis of the Gods, masih terlihat seperti biasa. Sisi yang saat ini dihadapan Linley masih berupa ukiran naga tanpa sayap seperti ular bergulung. Setelah melihat pahatan naga yang sangat besar itu, jantung Linley secara alami melonjak dengan perasaan yang tak asing lagi.     

"Tidak peduli apapun yang memanggilku dari dalam Necropolis of the Gods, aku tidak bisa begitu saja membuang nyawaku. Di rumah, aku punya Delia, Taylor, dan Sasha." Linley memikirkan istri dan anak-anaknya, hatinya dipenuhi kehangatan.     

Di South Sea yang tak terbatas. Meski angin laut tidak begitu kuat, ombak masih bergulir dengan lembut di atas permukaan laut. Matahari di siang hari yang bersinar terik di atas permukaan laut, memantulkan cahaya yang menyilaukan.     

"Drip, drip..."     

Gelombang laut tiba-tiba terbelah dengan aneh, dan Beirut yang berjubah hitam adalah yang pertama terbang keluar dari dasar laut. Di belakangnya ada War God O'Brien, High Priest, Dylin, Cesar, dan Tarosse, kelima Deity. Di belakang mereka ada hampir tiga puluh korban selamat yang beruntung dari Necropolis of the Gods, mereka adalah para Saint yang tersisa.     

"Whew!" Setelah sampai di permukaan laut, Linley menarik napas dalam-dalam, tampak begitu rakus menghirup udara.     

"Inilah aroma udara benua Yulan." Linley mengangkat kepalanya, menatap matahari yang terik itu. Tampak sebuah senyuman di wajahnya.     

"Perasaan pulang ke rumah sangatlah indah." Linley bergumam pada dirinya sendiri.     

Bukan hanya Linley. Bahkan Barker, Olivier, Fain, Desri, dan para petarung lainnya semua tampak sebuah senyuman di wajah mereka. Benua Yulan adalah dunia yang telah melahirkan dan mengasuh mereka. Di dunia ini, jiwa mereka merasa sangat nyaman dan tentram.     

"Tuan Beirut, saya hanya akan mengantar anda sejauh ini, kalau begitu." kata Tarosse dengan hormat.     

Beirut meliriknya, lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi Tarosse, kamu seharusnya tahu peraturan-peraturanku. Aku percaya kamu tidak akan melanggarnya lagi." Beirut menatap Tarosse dengan tatapan dingin, dan Tarosse seketika memaksakan tersenyum.     

"Tuan Beirut, jangan khawatir. Tarosse yang sekarang tidak lagi seperti Tarosse sepuluh ribu tahun yang lalu." Tarosse berkata dengan hormat.     

"Mm. Ayo pergi." Beirut memerintahkan dengan santai.     

Para petarung lainnya mengikuti Beirut dan terbang ke arah utara dengan kecepatan tinggi. Hanya Tarosse yang tertinggal, menatap lautan yang tanpa ujung. Dia bergumam, "Aku akhirnya kembali..." Dan kemudian Tarosse terjun turun ke laut.     

Linley dan para petarung lainnya terus terbang ke utara di udara di atas laut.     

"Tuan Linley, ketika kita kembali dari Necropolis of the Gods ke benua Yulan, Tarosse-lah yang membuka gerbang antar dimensi. Tampaknya seseorang perlu berada di tingkat kekuatan God penuh untuk mengaktifkannya." Barker dan Linley terlibat dalam percakapan yang sunyi.     

Linley mengangguk.     

"Seharusnya begitu. Tapi Tarosse itu mengampuni nyawamu... kita berhutang padanya."     

"Benar." Barker mengangguk. "Tapi aku tidak mengerti mengapa dia melakukan hal itu."     

Linley tertawa. "Cukup, jangan khawatirkan itu. Sebaliknya, kamu seharusnya merayakan keselamatanmu. Tapi itu sangat aneh. Aku tidak membayangkan bahwa Divine Beast, 'Ba-Serpent', termasuk dalam dunia benua Yulan kita, dan merupakan seekor Magical Beast dari South Sea."     

"Linley." Cesar, yang terbang di depan, tiba-tiba memperlambat laju terbangnya. Terbang di samping Linley, dia tertawa dan berbisik, "Apakah kamu sedang mendiskusikan Tarosse? Tarosse ini... sepuluh ribu tahun yang lalu, dia sangat terkenal. Saat itu, dia dikenal sebagai 'Raja dari South Sea', dan hanya Dylin yang sebanding dengannya. Tapi tentu saja, Tuan Beirut tidak masuk hitungan."     

"Oh?" Linley diam-diam tercengang.     

Ba-Serpent ini sungguh luar biasa.     

"Linley, aku harus berterima kasih." Cesar melanjutkan.     

"Tuan Cesar, apa maksudmu?" Linley kaget. Cesar menurunkan suaranya lebih jauh lagi. "Terima kasih telah menyelamatkan nyawa Rosarie. Sayangnya... Rosarie, wanita itu, terlalu keras kepala. Dia bersikeras untuk pergi ke Necropolis of the Gods sendirian. Untung kamu ada di sana, kalau tidak, kali ini..."     

Linley sekarang mengerti apa maksud Cesar.     

Cesar berkata dengan pasrah, "Sangat disayangkan. Jika kami para Deity yang memasuki Necropolis of the Gods, kami harus mulai dari lantai dua belas. Akan sangat sulit bagiku untuk mendapatkan sebuah Divine Spark dari seorang Demigod untuk Rosarie."     

"Mulai dari lantai dua belas?" Linley agak terkejut.     

"Benar. Bagaimanapun, makhluk-makhluk Saint-level itu sama sekali tidak menimbulkan ancaman bagi kami." Cesar tertawa dengan santai. "Oh, kita di Gurun Membara sekarang. Kita kembali ke benua Yulan."     

Linley juga melihat Gurun Membara yang tak berujung.     

"Kita berada di benua Yulan sekarang. Semuanya, kembali ke tempat kalian masing-masing." Kata Beirut.     

"Baik, Tuan Beirut." Para petarung semuanya menjawab dengan hormat, dan kemudian mereka semua berpisah. Para Magical Beast itu terbang kembali ke Forest of Darkness atau Mountain Range of Magical Beast, sementara para manusia terbang ke segala arah. Sedangkan Beirut, berdiri di sana sendirian, dia dengan cepat menghilang dari pandangan semua orang dalam sekejap.     

"Sungguh kecepatan yang luar biasa." Jantung Linley bergetar.     

Meskipun kekuatannya telah meningkat secara drastis, dibandingkan dengan Beirut, perbedaannya sama hebatnya bagai langit dengan bumi.     

"Whew. Menuju rumah." Bebe berada di bahu Linley sekarang, sangat gembira. Linley dan Barker sama-sama tersenyum. Jelas, mereka berdua juga memikirkan rumah.     

Terbang melewati Gurun Membara, melintasi Kekaisaran Rhine dan Kekaisaran Rohault. Sebagai kekaisaran yang terpusat di benua Yulan, angkasa di atas Kekaisaran Rhine dan Kekaisaran Rohault sekarang cukup hangat, dan berbagai dedaunan hijau dan tumbuh-tumbuhan dapat terlihat tumbuh dengan subur di mana-mana.     

Setelah melewati wilayah dari kedua Kekaisaran ini, kelompok Linley akhirnya tiba di wilayah Kekaisaran Baruch.     

Kekaisaran Baruch terletak di bagian utara benua ini. Meski tidak seperti Eighteen Northern Duchies, sebuah tempat yang terus-menerus dingin, masih jauh lebih dingin daripada selatan. Saat ini, meski bulan Maret, banyak pepohonan di bawah hanya memiliki dahan gundul, dan beberapa daerah bahkan ditutupi salju.     

Setelah kelompok Desri pergi, hanya sedikit orang yang terus terbang ke utara di samping mereka.     

"Sepuluh tahun. 'Anarchic Lands' telah berubah begitu banyak." Terbang dengan kecepatan tinggi dan menatap banyak kota-kota di bawah, Linley memiliki rasa kebanggaan di hatinya.     

Sepuluh tahun yang lalu, Kekaisaran Baruch baru saja didirikan setelah dua belas tahun penggabungan, membiarkan daerah tersebut untuk beristirahat setelah mengakhiri peperangan yang tak terhitung jumlahnya selama bertahun-tahun. Tapi sekarang, populasi Kekaisaran Baruch telah meningkat pesat, dan kota-kota menjadi lebih bagus, sebanding dengan Holy Union sebelumnya.     

Di bawah ini, sebuah istana kuno dan polos muncul di hutan belantara.     

Atap istana ditutupi dengan sebuah lapisan salju tipis, dan banyak penjaga saat ini berpatroli di atasnya. Istana ini adalah 'Kastil Dragonblood' yang legendaris dari Kekaisaran Baruch. Istana ini telah dibangun setelah tambang magicite yang dulu itu benar-benar dikosongkan, dan merupakan tempat tinggal keluarga Linley.     

"Linley, mari kita berpisah di sini. Jika kamu ingin menemukanku ke depannya, kamu bisa datang ke Arctic Icecap." Olivier memberi isyarat dengan sopan saat dia berbicara.     

"Pasti." Linley tertawa dan mengangguk.     

Olivier segera pergi, bersama dengan orang selamat yang beruntung yang tersisa dari Arctic Icecap saat mereka terbang ke utara dengan kecepatan tinggi. Sedangkan Linley, Barker, dan Bebe, mereka terbang menuju Kastil Dragonblood.     

Kastil Dragonblood, tempat dimana pilar spiritual Kekaisaran Baruch, Linley, tinggal. Menurut legenda, sering kali terlihat naga raksasa berpatroli di sekitar Kastil Dragonblood. Selain itu, semua penjaga Kastil Dragonblood adalah Warrior paling berbakat dari Kekaisaran Baruch. Tidak ada yang berani menyerang tempat ini.     

Tiga garis cahaya melesat dari langit menuju istana, sementara sebuah aura besar tiba-tiba menyebar, meliputi seluruh Kastil Dragonblood.     

"Tuan Linley?" Aura yang akrab itu... seketika, banyak petarung dari Kastil Dragonblood segera bereaksi terhadapnya. Entah itu Zassler, Gates dan saudara-saudaranya, atau anak-anak Linley, mereka semua berlari ke kebun belakang Kastil Dragonblood.     

Karena Linley dan yang lainnya saat ini mendarat di kebun belakang.     

Salju di hari sebelumnya belum meleleh sepenuhnya, dan dengan demikian gumpalan salju masih bisa terlihat di antara bunga-bunga itu.     

"Linley pulang?" Pengasuh Hiri dan Hillman, yang saat ini sedang menikmati matahari di tengah kebun belakang, langsung berpaling untuk menatap dari kejauhan. Linley, yang mengenakan jubah biru langit, dan Barker, yang mengenakan jubah cokelat, berdiri bersebelahan, sementara Bebe yang menggemaskan saat ini berdiri di bahu Linley.     

"Paman Hillman. Kakek Hiri." Linley segera menghampiri untuk menyapa mereka.     

"Hebat. Hebat." Pengasuh Hiri sangat gembira. "Lebih dari sepuluh tahun. Sepuluh tahun penuh. Linley, aku, seorang pria tua, mengira aku mungkin tidak memiliki kesempatan untuk melihatmu pulang." Pengasuh Hiri telah menemani beberapa generasi klan Baruch. Sekarang usianya sudah lebih dari seratus tahun.     

Bagaimanapun, dalam hal usia, Linley berusia di atas lima puluh tahun.     

Namun, di antara para Saint, dibandingkan dengan para petarung yang telah berlatih selama ribuan tahun, Linley hanyalah seorang bocah.     

"Tuan Linley. Oh! Kakak!" Gates dan Ankh, dua orang besar itu, segera menerjang ke depan, wajah mereka dipenuhi dalam kegembiraan.     

"Ayah!" Terdengar suara yang dalam.     

Masih dipenuhi dengan keringat dan hanya memakai jubah sederhana, seorang pemuda bertubuh tegap bergegas maju. Pemuda ini tingginya lebih dari dua meter, dan saat dia berlari, dia dengan gembira melihat ke mana-mana sebelum pandangannya terkunci pada Linley.     

"Ayah." Pemuda bertubuh tegap itu langsung berlari menuju Linley.     

Ciri pemuda bertubuh tegap ini tampak memiliki kesamaan 70% dengan Linley. Hanya saja, dia secara fisik lebih besar dari Linley. Linley segera mengenalinya. Dengan terkejut gembira, dia berkata, "Taylor?"     

"Ayah, sudah sepuluh tahun." Taylor langsung memeluk Linley.     

Ketika Linley telah meninggalkan rumahnya, Taylor baru berusia dua belas tahun, dan hanya seorang anak kecil. Tapi sepuluh tahun kemudian, Taylor sudah berusia dua puluh dua tahun. Jika dia berdiri berdampingan dengan Linley dan ada yang menyatakan bahwa Linley dan Taylor adalah saudara, mungkin banyak yang akan mempercayainya.     

Bagaimanapun, penampilan Linley hampir tidak berubah.     

"Ayah, kamu terlihat persis seperti dirimu sepuluh tahun yang lalu." Taylor sangat gembira sehingga matanya menjadi merah. Bagaimanapun, bagi Taylor yang berusia dua puluh dua tahun, sepuluh tahun memang merupakan waktu yang sangat lama.     

Linley menepuk kepala Taylor, senyum di wajahnya. Linley selalu merasakan sedikit rasa bersalah terhadap Taylor. Masa kecil seseorang... adalah masa terpenting bagi mereka dalam perkembangan mereka, tapi dia, Linley, tidak pernah memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama anaknya.     

"Dimana kakakmu, Sasha?" Tanya Linley.     

Taylor menggelengkan kepalanya. "Kakak tidak di rumah. Dia pergi ke ibukota kekaisaran. Kemungkinan besar, dia akan kembali beberapa waktu kemudian."     

"Ibumu?" Linley menyadari bahwa Delia belum keluar.     

Tepat pada saat ini, seorang wanita muda yang cantik yang menggendong bayi berjalan keluar. Wanita muda yang cantik itu, saat melihat Linley, memiliki tanda pemujaan di matanya. Linley melirik wanita muda ini, bingung. "Taylor, siapa ini?"     

"Jenny, cepat, kemarilah." Taylor langsung memanggilnya.     

Wanita muda yang cantik itu berjalan mendekat, lalu berkata, agak gugup, "Ayah!"     

"Ayah?" Linley agak tercengang.     

Taylor langsung terkekeh, "Ayah, kemarilah, ini cucumu yang berharga. Dia baru lahir tiga bulan yang lalu." Taylor segera mengambil bayi itu dari pelukan wanita muda itu, lalu menunjukkannya di depan Linley. "Ayah, lihat betapa imutnya dia."     

"Cucu?" Linley agak terperangah.     

Dia tidak kembali dalam sepuluh tahun. Tidak hanya anak laki-lakinya telah tumbuh dewasa, dia juga memiliki anaknya sendiri sekarang.     

"Haha... Bos. Tatapan di wajahmu itu...lucu sekali." Bebe tertawa terbahak-bahak sekarang, dan yang lainnya mulai tertawa juga. Hanya saja, mereka tidak berani tertawa seperti Bebe.     

Linley memukul Taylor di kepalanya. "Taylor, kamu bocah nakal. Kamu sudah menikah dan punya anak bahkan tanpa menunggu ayahmu, aku, untuk kembali." Linley tidak tahu apakah akan tertawa atau menangis. Dia hanya menatap cucunya di hadapannya, dengan kulitnya yang lembut dan pucat, dan kedua mata hitam gelap yang menggemaskan dan polos yang menatap Linley dalam kebingungan.     

Begitu Linley melihat cucunya, dia langsung menyukai anak yang menggemaskan ini.     

Linley segera mengulurkan tangan untuk menggendong bayi itu. Linley sangat berhati-hati. Bahkan saat dia mengambil ketiga Divine Spark di Necropolis of the Gods, dia tidak sehati-hati seperti sekarang ini.     

"Oh... anak yang baik sekali..." Linley menggendong cucunya, senyumnya mengembang di wajahnya.     

Taylor dan istrinya, 'Jenny', melirik satu sama lain, senyum muncul di wajah mereka juga. Jenny berbisik ke telinga Taylor, "Taylor, bukankah kamu mengatakan bahwa ayahmu merobek Hellfire Phoenix dengan tangan kosongnya? Tapi ayahmu tidak tampak mengerikan seperti yang diceritakan dalam legenda tentang dia."     

Taylor menatap ayahnya, Linley. Saat ini, Linley tampak seolah-olah memegang harta karun paling langka di pelukannya.     

"Taylor, apakah kamu sudah memilih nama untuk anak ini?" Linley mengangkat kepalanya untuk menatap Taylor.     

"Sudah. Namanya Arnold [A'nuo]."kata Taylor.     

"Arnold?" Linley menunduk, menatap mata Arnold yang murni dan berwarna hitam pekat. Dia berkata pelan, "Arnold, Arnold..." Ini adalah cucunya yang pertama, dan perasaan saat menggendongnya memenuhi hati Linley dengan kepuasan dan kebahagiaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.