Cincin Naga

Dia Bernama Alice – bagian 1



Dia Bernama Alice – bagian 1

0

Di perjalanan pulang, Magical Beast yang ditemui Linley semakin lemah. Ketika Linley sampai di wilayah luar, semua magical beast yang dijumpainya hanyalah tingkat tiga dan empat. Mereka sama sekali tidak berbahaya bagi Linley. Meski begitu, Linley tidak berani menurunkan kewaspadaannya.

Doehring Cowart berjalan di samping Linley, namun dalam hatinya Doehring Cowart merasa khawatir. Saat ini Linley memang tampak tenang dan stabil, namun saat menyerang, dia bergerak tanpa belas kasihan sama sekali. Di matanya juga tampak pandangan yang dingin dan mematikan.

Doehring Cowart masih ingat betapa saat pertama masuk ke Mountain Range of Magical Beast, di mata Linley hanya ada kepolosan. Saat itu dia adalah orang yang akan mempercayai orang lain dengan mudah.

Setelah berpikir beberapa saat, Doehring Cowart berbicara pada Linley melalui hubungan batin. "Linley."

Sambil terus berjalan melewati gunung, Linley menoleh ke arah Doehring Cowart dengan penuh tanya. "Kakek Doehring, ada apa?"

Doehring Cowart mengangguk seraya berkata dengan serius. Linley, sebelum memasuki Mountain Range of Magical Beast, aku telah memperingatkanmu bahwa orang-orang di sini sebaiknya jangan mudah dipercayai, karena kita tidak tahu pasti apa niat mereka. Aku mengatakan padamu untuk hati-hati terhadap orang lain, dan menjaga pikiranmu agar tetap waspada."

Linley mengangguk. "Kakek Doehring, perkataanmu itu memang tepat sekali. Kita tidak boleh percaya pada orang sembarangan. Kalau saja aku mendengarkan perkataanmu sejak awal, di dadaku pasti tidak akan ada bekas luka tusukan pisau ini."

Doehring Cowart menggelengkan kepala. "Meskipun kita tidak boleh terllau mudah percaya pada orang lain, kita juga tidak boleh terlalu waspada. Dengan sikapmu yang begini, bagaimana kau nanti akan berinteraksi dengan orang-orang di masa mendatang? Ingatlah, kau tidak boleh terlalu dingin dan keras terhadap orang lain, meskipun memang kau tidak boleh terlalu percaya juga pada mereka. Kepercayaan adalah sesuatu yang dibangun dalam waktu yang lama. Jangan terlalu mudah percaya pada perkataan orang lain."

Linley sangat pintar. Baik di rumah maupun di Ernst Institute, dia telah membaca banyak buku. Setelah mendengar nasihat Doehring Cowart, dia pun mengerti. Namun kehidupan kejam yang telah dialaminya selama dua bulan terakhir ini, serta kekejaman manusia yang telah dia saksikan dan alami sendiri, semuanya begitu jelas di ingatan Linley. Akan sangat sulit baginya untuk bisa percaya lagi pada orang lain.

"Doehring Cowart, aku paham." Linley mengangguk.

Doehring Cowart bergumam pelan, namun di saat yang sama dia juga senang. "Untunglah Linley memiliki Bebe si Shadowmouse kecil sebagai teman. Begitu pula dengan teman-temannya di Ernst Institute. Setidaknya dia tidak akan terlalu keras hati."

Perangai Linley membuat Doehring Cowart meningat kisah ribuan tahun lalu, ketika Pouant Empire masih ada, ada seorang Petarung Saint-level yang juga berpakaian putih. Pria berjubah putih itu adalah Sword Saint yang terkenal. Dia juga sangat angkuh dan tertutup.

"Kakek Doehring, jika ayah melihat semua magicite core ini, menurutmu reaksinya akan bagaimana?" Linley tiba-tiba menatap Doehring Cowart, bertanya seraya tersenyum. Saat ini mata Linley dipenuhi keinginan akan pujian dari ayahnya.

Dia terlihat persis seperti seorang anak yang baru saja mendapat hasil yang luar biasa dalam suatu ujian dan sedang menunggu pujian dari ayahnya.

"Linley, apakah kau berniat memberikan semua uang ini kepada ayahmu?" Doehring Cowart bertanya sambil tersenyum.

Linley mengangguk. "Tentu saja. Semua magicite core ini bernilai sekitar 70.000 koin emas. Aku hanya butuh secukupnya untuk makan. Beberapa lusin koin sudah cukup untuk setahun. Tapi ayah harus mengurus segala urusan klan kami, belum lagi harus membayar uang sekolah Wharton. Tentu saja aku akan memberikan magicite core ini kepada ayah."

Linley memang tidak bermaksud menjual magicite core itu untuk dirinya sendiri. Lagipula, dia tidak punya pengalaman sama sekali dalam hal jual beli. Dia pasti tidak akan tahu bila dia dicurangi.

"Haha, aku yakin ayahmu akan sangat gembira sampai melompat-lompat." Kata Doehring Cowart sambil tertawa keras.

Linley pun tidak tahan dan ikut menyeringai. Dia pun segera mempercepat langkahnya untuk perjalanan pulang.

Saat ini Linley tidak lagi berpikir untuk membunuh magical beast tingkat tiga dan empat. Dia berjalan cepat melewati pegunungan. Saat dia sampai di sebuah sungai kecil,dia berhenti karena mendengar raungan marah dari seekor Magical Beast, beradu dengan teriakan beberapa orang yang sedang bertarung.

"Hmm? Jika mereka berani masuk ke Mountain Range of Magical Beast, mereka pastilah setidaknya para petarung tingkat lima. Namun di area sekitar, kebanyakan isinya adalah magical beast tingkat tiga dan empat. Mengapa suara pertarungannya begitu lama dan sengit?" Linley agak penasaran.

Di area dalam dari Mountain Range of Magical Beast, tempat di mana Magical Beast tingkat lima, enam, dan bahkan tujuh sering muncul, akan sering sekali terjadi pertarungan sengit. Namun di area luar, hal ini cukup jarang terjadi. Pertarungan di sini biasanya berlangsung singkat.

Dengan sebuah lompatan, Linley melesat 7-8 meter ke atas. Dia mendarat di sebuah pohon dan berjalan di atas pohon itu untuk melihat pertarungan yang didengarnya.

Setelah menemukan pertarungan itu, dia mengawasinya dari tempatnya di pohon tadi.

Dia melihat ada dua orang pria muda dan dua orang wanita muda sedang terlibat pertarungan berdarah dengan Bloodthirsty Warpig. Salah satu dari pemuda itu, dia memakai armor putih, sedang berteriak keras sambil mengarahkan rekan-rekan bertarungnya. "Saudara kedua, jangan berlari panik seperti itu! Lindungi Alice. Aku akan mengalihkan perhatian babi bodoh ini. Niya, jangan panik. Arahkan panahmu ke titik vitalnya!"

Keempat orang ini jelas sangat tidak berpengalaman. Mereka begitu panik saat berhadapan dengan bahaya. Hanya pemimpin mereka yang memakai armor putih yang terlihat sedikit lebih berpengalaman."

"Mereka berempat benar-benar nekat. Si pemuda berarmor putih itu pastilah Warrior tingkat lima, sedangkan ketiga lainnya paling tinggi pasti hanya petarung tingkat 4." Linley menggelengkan kepala. Ketiga orang itu pasti sangat nekat karena mereka berani datang ke sini meskipun belum mencapai tingkat lima.

Seorang pemuda berambut merah mulai berteriak panik, "Kakak Kalan, bukankah kau bilang di wilayah luar hanya ada magical beast tingkat tiga dan empat? Ini magical beast tingkat lima!"

Pemimpin dari keempat orang itu, Kalan si Warrior tingkat lima, juga merasa tidak berdaya. Sebagai Warrior tingkat lima, bersama beberapa orang teman ke wilayah luar Mountain Range of Magical Beast seharusnya bukanlah hal yang berbahaya. Namun dia tidak menyangka akan bertemu dengan magical beast tingkat lima.

"Whoossh!" Tiba-tiba ada lebih dari 10 earthen spears muncul dari dalam tanah di bawah warpig itu. Tiga di antaranya malah berhasil mengenai tubuh si Warpig, namun semuanya patah dan hancur terkena kulitnya yang tebal.

"Roar!"

Bloodthirsty Warpig itu segera mengarahkan amarahnya kepada satu-satunya Mage di kelompok itu, lalu segera berlari menuju si Mage itu. Gerakan Warpig itu sungguh menakutkan, terlebih, ada percikan api yang menyembur dari lubang hidungnya. Para pemuda itupun panik seketika.

"Lari! Alice, cepat menghindar!" Kalan berteriak keras.

Gadis yang bernama Alice itu memiliki rambut keemasan yang lebat dan panjang, serta sepasang mata yang warnanya samar. Melihat bahaya yang datang, Alice pun mencoba lari dengan panik. Namun, tetap saja, Bloodthirsty Warpig adalah magical beast tingkat lima. Meskipun dia tidak begitu pintar, dia tetap lebih pintar dari pada hewan pada umumnya.

Bloodthirsty Warpig itu mengejar Alice.

Melihat Warpig yang mengejarnya, Alice bermaksud lari namun saat dia lari dia terpeleset dan tersandung tanaman rambat, sehingga jatuh dengan wajah tersungkur ke tanah. Dia menoleh dan melihat mata Warpig yang murka itu, semakin dekat padanya. Jika melihat kondisi fisik Alice yang lemah itu, mungkin Bloodthirsty Warpig itu bisa membunuh Alice dengan satu injakan saja.

Alice terpaku ketakutan.

Kedua lelaki yang lain serta seorang gadis lainnya pun tertegun, tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin mereka bisa menyelamatkannya tepat waktu.

"Alice!" Si pemuda bernama Kalan berteriak putus asa. Meskipun dia adalah Warrior tingkat lima, dia tidak punya cukup banyak pengalaman.

"Rumble!"

Sekitar tujuh atau delapan earthen spear tajam tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Meskipun Bloodthistry Warpig, yang merupakan magical beast tingkat lima, memiliki kulit tebal, dua di antara tombak itu berhasil menghunus, menembus kulitnya, menyebabkan luka berdarah.

Tapi, sayangnya…

Earthen spear itu hanya melukai dagingnya, tapi tidak mencelakai titik vital maupun organ tubuhnya.

"Grrrrr!" Bloodthirsty Warpig itu mendongakkan kepala dan meraung kesakitan.

"Swish!" Sebilah pisau hitam tiba-tiba meluncur turun dari atas, menusuk mata Warpig itu seperti sambaran kilat. Mata Warpig itu pecah dan pisau hitam itu menghunus tepat ke otaknya. Sekujur tubuh Warpig itu bergetar karena kesakitan, lalu akhirnya tumbang. Sesaat kemudian, tubuh itu tidak lagi bergerak.

Kalan, Niya, dan Alice semuanya ketakutan, jantung mereka seolah hampir copot dari tubuh mereka.

Mereka melihat seorang Warrior muda bertubuh kekar berpakaian biru mengambil magicite core Warpic itu dengan lihai, lalu berpaling dan pergi. Namun Kalan, yang pertama kali tersadar dari keadaan itu, segera berteriak, "Kawan, tunggu!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.