Cincin Naga

Lembayung di Angin Malam – bagian 1



Lembayung di Angin Malam – bagian 1

0

Di Jalan Greenleaf di Kota Fenlai, ibukota Kingdom of Fenlai yang merupakan salah satu anggota dari Holy Union, terdapat berpetak-petak tanah milik para bangsawan.

"Klan Debs berterima kasih padamu, Linley, atas bantuanmu. Jika bukan karenamu, Kalan anak kami ini pasti sudah terluka parah." Seorang pria tua berjanggut perak tersenyum pada Linley. Dia terlihat sangat terhormat. Di sampingnya ada Kalan, Alice, Tony, dan Niya. Di belakang mereka adalah para pelayan klan Debs.

Pria tua itu berbalik dan mengangguk pada salah satu pelayannya. Pelayan itu mengambil sebuah karung emas kecil dari dalam pakaiannya.

Pria itu mengambil karung itu dan menoleh pada Linley sambil tersenyum. "Ini ada 100 koin emas. Memang tidak banyak, namun ini tanda terima kasih dari klan Debs. Kuharap kau, Linley, mau menerimanya."

"Tidak perlu, ini semua tidak merepotkanlu." Linley menolak dengan cukup sopan. "Aku harus pergi sekarang juga."

Si pria tua itu tidak memaksa. Seraya tersenyum, dia mengawasi kepergian Linley.

"Tony, kalian bertiga sebaiknya segera pulang juga. Orang tua kalian pasti sangat khawatir." si pria tua itu berkata sambil tersenyum. Setelah berpamitan, Alice, Niya, dan Tony semuanya kembali ke rumah mereka.

Saat Kalan dan pria tua itu masuk ke ruang tamu rumah mereka, wajah pria tua itu berubah dingin. Dengan suaranya yang dingin dan penuh amarah, dia berseru, "Berlutut!"

Kalan pun berlutut dan terdengar suara "buk". "Kakek kedua, ini memang kesalahanku. Kali ini aku sudah lancang membawa ketiga temanku ke Mountain Range of Magical Beast tanpa memeriksa dengan cermat bahaya apa saja yang ada di sana. Kakek kedua, hukumlah aku."

"Hmmph! Lancang?"

Tatapan si pria terhadap Kalan setajam pisau. "Kalan, kau ini sudah besar. Lagipula, kau juga pewaris dan penerus klan Debs kita. Bagaimana bisa kau berbuat kesalahan yang sungguh bodoh seperti itu? Apa kau tidak tahu betapa bahayanya Mountain Range of Magical Beasts itu? Kau berani memasukinya dan bahkan tidak memberitahu klan ini? Hmph! Biar ayahmu saja yang memutuskan hukuman apa yang tepat untukmu. Aku hanya mengingatkan satu hal padamu. Di waktu mendatang, jika kau terus bertingkah bodoh, kau bisa menghancurkan klan ini jika nanti klan ini diwariskan padamu!"

Kalan menunduk, tidak berani bicara.

Klan Debs adalah salah satu dari tiga Klan terbaik di Kingdom of Fenlai. Alasan mengapa kaln Debs sangat kuat bukanlah karena gelar bangsawannya yang tinggi. namun karena mereka merupakan partner dagang langsung dengan Dawson Conglomerate di Fenlai.

Kekayaan Dawson Conglomerate bisa dibilang sama dengan kekayaan seluruh kerajaan. Bisnisnya menjangkau hingga seluruh wilayah benua.

Tiga serikat dagang di benua Yulan memiliki jumlah kekayaan serta kekuatan yang luar biasa besar. Di Kerajaan Fenlay, banyak klan yang ingin berbisnins dengan mereka. Hal ini karena dengan menjadi rekan bisnis Dawson Conglomerate, mereka memiliki kemungkinan untuk menjadi klan yang berpengaruh.

Maka, bisa menjadi rekan bisnis Dawson Conglomerate merupakan suatu hal yang luar biasa bagi klan Debs.

Bahkan, dua aliansi utama dan Four Great Empires pun harus berhati-hati dalam serikat dagang dan selalu berusaha menyenangkan mereka.

…..

Setelah meninggalkan Kota Fenlai, Linley menuju Ernst Institute. Bebe bertengger di bahunya, mengawasi sekitar, dan Doehring Cowart berjalan di samping Linley.

"Kakek Doehring, apakah kau pernah merasa bahwa dunia ini adalah tempat yang mengerikan?" kata Linley melalui hubungan batinnya.

Doehring Cowart mengangguk, namun tidak mengatakan apapun. Dia hanya diam dan mendengarkan.

"Dulu, saat aku mengunjungi kota Fenlai, aku tidak menyadari apapun. Namun setelah kembali dari Mountain Range of Magical Beasts, aku telah banyak belajar. Kekejaman dan kebengisan di pegunungan itu sangat jelas terlihat. Mengerikan dan bahkan tidak ada yang tersembunyi."

"Jika kita melihat para Mage dan Warrior tingkat tinggi, serta para bangsawan, di luarnya mereka sangat sopan dan santun. Mereka membuat seluruh Kota Fenlai seakan-akan terlihat menyenangkan. Namun sistem kelas di Kota Fenlai ini sungguh keras dan tanpa ampun."

"Bahkan hukum yang berlaku memberikan lebih banyak hak istimewa untuk para bangsawan dibandingkan dengan orang biasa. Meskipun Kota Fenlai ini sangat kaya dan mewah, penuh kebahagiaan, namun aturan tidak tertulisnya jauh lebih mengikat daripada yang berlaku di pegunungan sana. Di Mountain Range of Magical Beasts, tidak ada yang namanya bangsawan ataupun orang biasa. Yang ada hanyalah yang kuat dan yang lemah."

Linley mulai memahami keadaan dunia ini.

Di dunia ini, para bangsawan selalu mendapat keuntungan, sedangkan orang biasa selalu tertindas. Seberapapun santun dan sopannya sikap para bangsawan, atau seberapapun baik perilakunya, mereka tidak akan bisa menebus ketidaksetaraan yang sangat kuat di dunia ini seluruhnya. Jika statusmu adalah orang biasa, maka kau tidak punya pilihan lain selain menjadi Warrior atau Mage yang kuat.

Jika kau tidak berusaha keras, kau akan terbuang.

"Masyarakat manusia ini jauh lebih rumit dari pada lingkungan Mountain Range of Magical Beasts. Dibalik keindahannya, mereka sebenarnya menyembunyikan kebrutalan yang sama dengan yang ada di pegunungan itu. Namun kadang keindahan yang di luar itu bisa sangat berguna." Jauh di dalam hatinya, Linley merasa jijik pada para bangsawan yang berpura-pura baik, namun sebenarnya tidak.

Setelah melihat kekejaman pegunungan itu, serta melihat keindahan Kota Fenlai, mental Linley mulai berubah karena melihat perbedaan drastis di antara keduanya.

"Apa kau takut berjuang?" Doehring Cowart tiba-tiba bertanya.

Linley menyeringai. "Takut? Tidak. Aku menikmatinya. Andai aku tidak perlu berjuang di dunia ini, dan andai segalanya sudah tenang dan damai, justru akan membosankan bukan? Aku suka berjuang, terutama berjuang untuk sesuatu yang menantang. Seperti menari di atas bilah pisau… kehidupan seperti itulah yang paling menyenangkan."

"Cit.. cit..!" Bebe pun ikut mencicit.

…..

Mereka masuk ke Ernst Institute.

Setelah berkelana di Mountain Range of Magical Beasts dan menyaksikan kekejaman manusia, Linley kini lebih bersyukur atas persahabatan tulus yang dimilikinya di institut itu. Saat memasuki asrama, dia mendengar sesuatu….

"Boss Yale, Linley masih belum kembali juga. Apa mungkin dia terjebak di situasi berbahaya di Mountain Range of Magical Beasts?"

"Tutup mulut baumu itu, saudara keempat. Saudara ketiga pasti akan kembali dengan selamat. Ayo, kita makan…" Saat mendongakkan kepala, Yale melihat sesosok bayangan yang dikenalnya sedang berdiri di pintu. Dia berhenti dan tertegun. George dan Reynolds pun sama tertegunnya. Namun tidak lama kemudian ketiganya langsung menghambur ke arah Linley.

"Haha, saudara ketiga, akhirnya kau kembali!" Yale lah yang pertama meraih Linley dan mendekapkan tangannya ke Linley, merangkulnya.

Reynold juga berseru gembira. "Wow, Linley, kau tahu tidak, Boss Yale dan George terus membicarakanmu setiap hari? Mereka semua khawatir denganmu. Hanya aku yang betul-betul yakin kau akan berhasil selamat."

"Saudara keempat." George menatapnya. "Baru saja kan kau sedang mengatakan betapa kau khawatir Linley akan bertemu dengan bahaya."

"Aku?" Wajah Reynold menunjukkan ekspresi 'kebingungan'. "Memangnya aku berkata seperti itu?"

Melihat ketiga saudaranya, hati Linley terasa hangat. Yale segera mengibaskan tangannya dengan sok lalu berkata, "Baiklah, sudah cukup basa-basinya. Saudara ketiga sudah kembali dari Mountain Range of Magical Beasts dengan selamat, dan ini adalah peristiwa besar. Ayo kita rayakan!"

"Saudara kedua, saudara keempat." Linley pun tertawa. "Ayolah. Mari pergi dan minum. Aku yang mentraktir!"

"Whoaaah." Reynold menatapnya. "Kau yang mentraktir?"

Yale tertawa keras. "Benar. Saudara ketiga harus mentraktir kita. Jangan lupa bahwa beberapa waktu lalu, perwakilan dari Proulx Gallery menghubungi kita dan mengirimkan surat undangan untuk kita. Patung saudara ketiga laku terjual lebih dari 4000 koin emas. Kita harus merayakannya."

"Surat undangan dari Proulx Gallery?" Linley terkejut.

Yale cepat-cepat menjelaskan. "Saudara ketiga, patungmu terjual dengan harga tinggi. Proulx Gallery sudah mengakui kemampuanmu sebagai pemahat handal, makanya mereka mengundangmu untuk membuka pameran pribadi di 'Hall of the Experts' di sana. Baiklah, akan kuambilkan suratnya untukmu." Yale langsung berlari ke dalam asrama.

Diam-diam Reynold memberitahu Linley, "Linley, kau ingin tahu sesuatu? Sejak orang dari Proulx Gallery itu datang ke sekolah kita, berita bahwa kau diundang untuk membuka booth di galeri itu telah menyebar ke seluruh institut. Ketenaranmu meningkat pesat."

"Beritanya sudah tersebar ke seluruh institut?" Linley tertegun saking terkejutnya. Dia memang baru tahu tentang ini semua.

"Benar. Dari seluruh institut, sebenarnya kau yang paling terakhir mengetahui hal ini." George juga terkekeh.

Linley, ini surat undangan yang dikirimkan Proulx Gallery kepada kita." Yale berlari keluar asrama dengan membawa amplop putih bersegel emas.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.