Cincin Naga

Pisau Hitam – bagian 1



Pisau Hitam – bagian 1

0

Hari ke-50 di Mountain Range of Magical Beast.

"Apakah semua pembunuh itu mengira aku ini lawan yang mudah?" Linley memandang mayat seorang pembunuh, wanita berbaju hitam. Wanita ini hanya seorang Warrior tingkat lima. Dengan bantuan magicnya, Linley bisa menghabisinya sendiri.

Doehring Cowart tertawa. "Semua orang yang melihatmu pasti tahu kau ini cuma anak-anak. Seorang anak yang polos dan tidak tau setinggi apa langit, maupun sedalam apa bumi ini. Seorang anak yang nekat berjalan di gunung ini sendirian. Mana mungkin mereka melewatkan mangsa empuk sepertimu?"

Linley merasa tidak berdaya.

Dia masih 15 tahun. Meskipun ukuran tubuhnya sudah seperti pria dewasa, wajahnya menunjukkan hal sebaliknya.

"Sebelum mati, wanita itu sempat melukaiku. Aku tidak masalah dengan bekas lukanya, namun dia merusak bajuku juga. Kini aku hanya punya satu stel baju yang tersisa." Melihat lubang yang mengaga lebar di bajunya, Linley tidak tahu harus tertawa atau sedih.

Linley memang mengambil banyak baju-baju dari musuh-musuh yang berusaha membunuhnya itu, namun di Mountain Range of Magical Beasts ini, bajunya yang rusak lebih banyak lagi.

"Boss, magicite core di dalam tas orang ini bernilai beberapa ribu koin emas. Apa bajumu harganya semahal itu?" Bebe langsung angkat bicara.

Mendengar perkataan itu, Linley tertawa.

Setelah menghabiskan waktu lebih dari sebulan di pegunungan ini, bekas luka di tubuh Linley semakin banyak, begitu juga dengan jumlah magicite core di tasnya.

"Lupakan saja. Mulai sekarang aku akan bertelanjang dada. Kusimpan saja bajuku yang satu itu untuk perjalanan pulang nanti. Lagipula, tidak akan ada yang melihatku di pegunungan ini." Linley dengan yakin membuang baju-bajunya yang rusak dan dia pun bertelanjang dada. Dengan pisau hitam di tangannya, dia melanjutkan perjalanan.

Sepanjang waktu ini, pisau hitam itu telah banyak membantu Linley.

Setelah berjalan beberapa saat, Linley dengan santai merapal kata-kata untuk sebuah Magic. Dalam waktu singkat, angin berhembus di sekitar area itu, dengan Linley di tengah-tengahnya. Lagi-lagi, ini adalah Magic Windscout. Dalam area 300 meter di sekeliling Linley, tidak akan ada yang lolos dari perhatiannya.

Kini, setiap berjalan beberapa saat, Linley akan berwaspada dan merapal Magic Windscout. Setelah berjalan beberapa saat kemudian, dia akan merapal Magic Windscout lagi.

"Ah, sekelompok orang. Mengapa mereka bersembunyi di atas pohon itu?" Linley curiga.

Saat itu, sekitar 100 meter di arah selatan Linley, sekitar 10 orang sedang bersembunyi di atas sebuah pohon tua yang sangat besar. Diameter pohon itu sangat besar. Dibutuhkan 7 orang yang bergandengan tangan untuk bisa mengelilinginya dengan penuh. Karena penasaran, Linley pun diam-diam menyelinap dan mendekat.

Dengan pelan dan hati-hati, Linley merayap di sepetak rerumputan yang tinggi dan tebal. Di situ dia bisa melihat jelas adanya 10 orang di pohon itu.

Kesepuluh orang itu semuanya memakai baju hitam. Setiap orang memiliki sebilah pisau hitam di pinggangnya.

"Pisau hitam?" Pandangan Linley terpaku pada salah satu pisau hitam.

Dari segi bentuk dan warna, pisau itu sama persis dengan yang ada di tangan Linley. Dan juga, hadirnya 10 orang yang bersembunyi di atas pohon itu memberikan Linley perasaan terancam yang sama seperti ketika menghadapi pembunuh pertamanya.

"Baju hitam yang sama, pisau yang sama, dan…" Linley memperhatikan punggung mereka, sekilas ada gundukan yang terlihat.

Linley pun teringat pada si pembunuh pertama itu. Ranselnya terikat kencang di punggungnya, tersembunyi di balik bajunya. Jika Bebe tidak merobek bajunya, mereka tidak akan tahu bahwa si pembunuh itu membawa ransel.

"Mereka dari kelompok yang sama." Orang bodoh sekalipun pasti akan berkesimpulan yang sama.

Jantung Linley berdetak lebih cepat. Saat itu, orang-orang yang bersembunyi di atas pohon itu berbicara dengan suara pelan.

"Mengapa #18 dan #7 belum juga kembali?" Salah satu pria berbaju hitam bertanya, nadanya tidak senang.

"Mungkin sudah mati." Pria berbaju hitam lain menjawab dingin.

"Perhatikan waktunya. Kita akan menunggu sampai malam datang. Jika sampai malam mereka tidak juga kembali, maka mereka dianggap telah gagal, tidak peduli apakah mereka masih hidup atau tidak." Kata seorang pria berbaju hitam yang lain lagi. Mendengar perkataannya, orang-orang berbaju hitam lainnya pun terdiam.

Linley yang sedang bersembunyi di balik rerumputan di bawah bisa menebak bahwa orang yang baru saja berbicara itu adalah pemimpin kelompok orang berbaju hitam ini. Diam-diam dia terkejut. "Orang yang akan membunuhku waktu itu adalah Warrior tingkat enam, ahli dalam teknik kegelapan. Kemungkinan besar, pemimpin mereka pasti lebih kuat."

Linley segera beranjak pergi menghindar perlahan, namun hanya beberapa langkah…

Si pemimpin tiba-tiba memberengut dan menoleh, menatap tepat pada Linley.

"Swish!"

Linley dikejutkan oleh sesosok samar bayangan hitam yang melesat cepat ke arahnya. Dia meyadari kehadiranku, "Aku telah ketahuan!" Segera dia merapal Magic elemen angin Supersonic dan berlari ke dalam hutan secepat yang dia bisa.

Sejauh yang Linley tahu, semakin jauh ke dalam hutan, maka tempatnya semakin berbahaya. Lawannya yang melihatnya lari semakin jauh ke wilayah pegunungan yang berbahaya mungkin akan ragu dan berhenti mengejarnya. Linley telah memutuskan setelah masuk agak dalam, dia akan berganti arah dan pergi.

Setelah melihat ransel di punggung Linley dan pisau hitam di tangannya, ekspresi si pemimpin kelompok itu berubah.

"#2, urus dia." Perintah si pemimpin berbaju hitam.

Semakin tinggi angka peringkatnya, maka semakin kuat orang itu. si pemimpin telah menduga dengan tepat kekuatan Linley hanya dengan melihat pergerakannya.

"Baik, Tuan." Salah satu orang berbaju hitam itu melompat turun dari pohon dan mulai mengejar Linley dengan kecepatan yang mengagumkan. Namun karena Linley sudah berlari jauh lebih dulu, keduanya kini berjarak sekitar 70 meter.

Namun pria berbaju hitam ini sangat cepat. Bahkan sepertiya lebih cepat dari si pembunuh pertama.

"Kecepatan yang mengagumkan sekali." Linley dengan tangkas berlari ke dalam pegunungan. Kadang dia merangkak, kadang melompat.

Namun di belakangnya, pria berbaju hitam itu terus mengejar dengan ganas. Jarak di antara mereka terus menipis. 60 meter. 50 meter. 40 meter. 30 meter. Semakin lama Linley berlari, semakin dekat si pengejar itu padanya.

10 meter. 9 meter. 8 meter. 7 meter!

Karena ketakutan setengah mati, Linley langsung menuju bagian terdalam dari pegunungan itu.

"Mage elemen angin?" Si pria berbaju hitam itu tahu bahwa Linley mendapat bantuan dari Magic anginnya. "Meskipun dibantu dengan Magic angin, dia masih sangat lambat. Sepertinya dia Warrior tingkat empat, dengan kemampuan tingkat empat yang paling tinggi." Si pria berbaju hitam itu yakin bisa membunuh Linley dan terus mendekat.

Linley memang tampak ketakutan, namun sebenarnya dia cukup tenang dan stabil.

"Kita telah berlari sejauh beberapa kilometer. Para pembunuh itu tidak akan bisa melihat kita di sini." Mata Linley tiba-tiba berkilat dingin, dan di saat yang sama, Bebe si Shadowmouse kecil, yang sedari tadi meringkuk 'ketakutan' di bahu Linley, tiba-tiba bergerak.

"Whoosh!"

Ukuran tubuh si Shadowmouse kecil membesar di depan mata si pembunuh, dan dalam sekejap mata dia meraih si pembunuh itu. Dia bisa melihat dengan jelas gigi tajam si Shadowmouse kecil yang menakutkan…


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.