Sukacita Hidup Ini

Kenapa Kamu Datang, XianXian?



Kenapa Kamu Datang, XianXian?

0"Tidakkah kamu berharap memiliki lebih banyak waktu bersama wanita itu tadi?"     

"Terlalu banyak bersenang-senang dapat menimbulkan masalah."     

"Sikat gigi yang kamu buat itu ... Aku mau satu."     

Fan Xian terkejut. Dia tidak menduga permintaan seperti itu datang dari Haitang. Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Sejauh yang kutahu, mereka menjualnya di Jalan Xiushui."     

Haitang tersenyum. "Mereka tidak menjual buatanmu."     

"Kau berlebihan."     

"Aku tidak pernah mengira bahwa putra keluarga bangsawan sepertimu akan peduli dengan hal-hal seperti itu." Haitang menatap Fan Xian seolah-olah dia ingin menatapnya sekali lagi.     

Fan Xian perlahan-lahan memejamkan matanya. "Jelas kamu tidak tahu terlalu banyak tentangku."     

Haitang terdiam sesaat. "Tapi aku tahu bahwa kau akan kembali ke Qing setelah perayaan ulang tahun sang Permaisuri Janda," katanya. "Bagaimana dengan janjimu padaku?"     

Ada pandangan keberatan di mata Fan Xian. "Biarkan aku tidur dulu, setelah itu baru aku akan bicara denganmu."     

Haitang mengerutkan kening. "Baiklah kalau begitu."     

Fan Xian tiba-tiba membuka matanya. "Aku merasa tidak enak badan hari ini, jadi aku tidak siap untuk berbicara."     

"Selamat tinggal." Ini adalah pertama kalinya Haitang melihat ekspresi dingin dan acuh tak acuh di wajah Fan Xian, tapi dia tidak memberikan respons, dan pergi begitu saja.     

Fan Xian berbaring di atas tempat tidur miliknya, kelelahan, namun tidak bisa tidur. Ekspresi wajahnya terlihat tenang, tetapi pikirannya sedang kacau. Tidak ada cukup waktu untuk mencerna semua yang dia dengar dan rasakan pada malam sebelumnya. Dia membuka matanya yang cerah dan jernih, dan menatap ke tirai tempat tidur. Seolah-olah dia ingin menembus atap hanya dengan tatapannya, menembus awan hingga ke Surga Kesembilan.     

Karena para pejabat Qi Utara telah mengkonfirmasi bahwa Fan Xian berada di markas, muncul pertanyaan di benak mereka – siapa orang yang mencoba untuk menyelamatkan Xiao En di atas tebing? Mereka mulai curiga.     

Lang Tao, Friar He, dan Shen Zhong duduk mengelilingi meja dengan kerutan di wajah mereka. Dari mereka bertiga, jabatan Shen Zhong adalah yang paling senior, tetapi Lang Tao merupakan murid Ku He serta guru bela diri dari sang Kaisar Muda, jadi statusnya adalah yang tertinggi. Friar He tampaknya tidak banyak berbicara.     

Kemarin, setelah mereka berdua membuat Xiao En dan Fan Xian lompat ke jurang, Pengawal Brokat telah memulai pencarian rahasia di sekitar kota Shangjing. Yang mengejutkan mereka, upaya pencarian mereka selama satu hari satu malam tidak membuahkan hasil. Pagi-pagi sekali, mereka menyerah dan meminta bantuan istana untuk dapat memasuki markas delegasi diplomatik Qing. Namun, yang mengejutkannya, mereka mendapati bahwa Fan Xian sedang berbaring di tempat tidur!     

"Mungkinkah itu bukan Fan Xian?" Wajah pucat Friar He tampak semakin pucat. Meskipun racun di kakinya telah berhasil dikeluarkan, zhenqinya masih mengalami kerusakan yang signifikan.     

"Orang itu pasti Fan Xian," kata Lang Tao, matanya terpejam. "Seorang ahli dalam penggunaan racun, dan jarum, serta trik-trik rendahan seperti itu. Siapa lagi yang bisa melakukannya?"     

Friar He mengerutkan kening. "Tapi orang itu tidak terlihat seperti Fan Xian."     

"Dia bisa saja menyamar," kata Lang Tao sembari membuka matanya.     

Lang Tao memiliki status khusus, sehingga jarang ada orang yang meragukan kata-katanya. Tetapi kenyataannya adalah Fan Xian ada di kediaman sementaranya. Jika orang yang lompat dari tebing itu adalah benar Fan Xian, lalu bagaimana mungkin dia bisa kembali pulang tanpa terluka? Kecuali jika Fan Xian sebenarnya adalah manusia setengah dewa.     

Shen Zhong meragukan penilaian Lang Tao, tetapi dia tetap mempertahankan sikapnya sebagai orang tua yang kaya dan ramah saat mengatakan."Kemungkinan besar orang itu adalah Fan Xian, karena orang yang berkolusi dengan Shang Shanhu adalah orang selatan, dan hanya orang selatan yang bisa tahu banyak tentang situasi di Shangjing. Tidak mungkin orang itu merupakan salah satu petarung dari Kota Dongyi."     

Saat melihat Friar He menggelengkan kepalanya karena tidak setuju, Shen Zhong tertawa. "Tentu saja, orang itu bisa saja orang lain."     

"Jika bukan Fan Xian, lalu siapa?" tanya Lang Tao. Dia sebenarnya tidak terlalu suka berdiskusi dengan agen-agen negara ini. Jika masalah ini tidak melibatkan Xiao En, maka dia tidak akan repot-repot meninggalkan istana untuk membantu pekerjaan Pengawal Brokat.     

Shen Zhong menatap Lang Tao dengan senyum lebar terpampang di wajahnya. "Tuan Lang Tao, di Qing juga ada banyak ahli petarung. Mengenai gaya bertarungnya ... Aku rasa kamu pernah berkata bahwa Chen Pingping selalu memiliki seorang pembunuh di sisinya yang dikenal sebagai Shadow, tetapi tidak ada yang pernah melihatnya, dan tidak ada yang tahu tentang gaya bertarungnya. Karena Fan Xian adalah komisaris Dewan Pengawas, dia pasti mengetahui gaya bertarung Shadow... Jadi, orang yang menyerang kamu di tebing itu mungkin bukan Fan Xian, melainkan orang yang bernama Shadow itu. "     

Shadow adalah pengawal pribadi Chen Pingping. Meskipun tidak ada seorang pun di daratan yang pernah melihat wujudnya, sebagai kepala mata-mata Qi Utara, Shen Zhong tahu akan keberadaannya.     

"Tidak masalah siapa itu," kata Friar He. "Yang terpenting saat ini adalah kita harus mengkonfirmasi kematian Xiao En."     

"Xiao En sudah mati."     

Lang Tao berbicara dengan tenang. Ketika Fan Xian, yang berpakaian serba hitam, melakukan upaya nekat untuk menyelamatkan Xiao En, dia ingat bahwa pisaunya yang melengkung tersebut sudah mengenai dada Xiao En. Dia yakin bahwa tekanan dari pisaunya sudah cukup untuk mengakhiri hidup Xiao En.     

Shen Zhong tersenyum. "Baiklah. Guru Agung dan sang Permaisuri Janda akan sangat senang mendengar kabar ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian berdua."     

Matahari sedang terbenam di bawah tembok barat kora Shangjing seperti biasanya. Angin sepoi-sepoi yang hangat menggoyang daun-daun pohon yang bergantung, melayang melewati rumah-rumah penduduk, berputar-putar di sekitar tubuh manusia, bertiup melewati batang-batang pepohonan.     

Setelah malam tiba, udara menjadi semakin dingin. Sambil mengenakan jubah yang sederhana, Fan Xian berdiri di dekat pohon di halaman belakang kompleks penginapan. Dia menyipitkan matanya, menatap bintang pertama yang muncul di langit. Dalam cuaca seperti itu, karena pakaiannya tipis ditambah lagi dia masih kurang enak badan, dia merasa agak kedinginan.     

Dia dengan hati-hati merobek surat yang ada di tangannya. Tidak seperti caranya yang biasanya, dia tidak merobeknya menjadi ribuan kepingan kecil, karena surat itu bukan pesan rahasia dari Dewan, hanya surat biasa.     

Surat itu berasal dari Wan'er. Meskipun berita mengenai Qing terus tersiar sampai ke utara, ini adalah pertama kalinya dia menerima surat dari istrinya. Dia mengira bahwa istrinya sedang menunggu di rumah dengan khawatir. Perdana Menteri, ayah mertuanya, telah turun dari jabatannya; Dabao pindah ke kediaman Fan. Ruoruo tetap cuek seperti biasanya; sepertinya dia sama sekali tidak khawatir sedikitpun dengan berita tentang pernikahannya. Ayahnya sibuk dengan urusan-urusan politik. Semua ini tertulis di dalam surat istrinya.     

Tidak ada pesan yang menyatakan kerinduan istrinya pada bagian akhir surat itu, dia tidak ingin mendesak Fan Xian untuk cepat pulang. Yang ada hanyalah ada beberapa baris puisi. "Angin malam musim panas telah berhenti bertiup, dan aku berputar-putar di tempat tidur, terluka di dalam mimpiku. Aku tahu bahwa kamu akan segera kembali, dan rambut hitamku yang lembut telah menjadi lebih panjang. Kapan ketidakhadiran yang mengisi hari-hari kita yang singkat ini akan berakhir? Aku memikirkan dirimu selama tiga hari. Mengapa kamu datang, Xianxian? Untuk membenamkan diri di dalam buku-bukumu. "     

"Tiga hari", istrinya mengacu pada kemarin, hari ini, dan besok.     

Fan Xian tersenyum. Dia bisa merasakan betapa Wan'er sangat merindukannya dalam surat itu, dan sikap optimis istrinya yang langka membuatnya terhibur. Fan Xian begitu sibuk menangani masalah spionase dalam beberapa hari terakhir, sampai-sampai dia hampir tidak pernah memikirkan rumahnya. Sesekali, dia akan memikirkan keluarganya dan merasa bersalah.     

Fan Xian akan bertemu dengan Haitang keesokan lusanya. Entah mengapa, dia mendapati dirinya menantikan pertemuan itu.     

Penantiannya tidak ada hubungannya dengan asmara. Penantiannya adalah murni sebuah antisipasi. Fan Xian ingin berbicara dengannya. Lebih tepatnya, dia ingin menceritakan segalanya tentang apa yang terjadi dengan Xiao En ... tapi itu tidak mungkin terjadi.     

Ada suatu perasaan aneh yang mengganjal di hatinya.     

Pada saat dia pertama kali membuka kotak peninggalan ibunya di ibukota Qing, Fan Xian menduga bahwa dia tidak akan pernah sendirian lagi di dunia ini. Bagaimanapun juga, jejak-jejak yang kasat mata mengenai keberadaan ibunya tersebar di seluruh pelosok dunia ini. Tapi nyatanya, sekarang dia masih merasa sendirian, karena jejak-jejak itu masih belum ketemu dan tidak berwujud.     

"Xiao En benar. Isi hatiku kosong." Fan Xian merasa seolah-olah dia tidak mempunyai teman. Dia menggelengkan kepalanya dan berjalan ke ruang samping.     

Di dalam ruangan itu terdapat Fan Xian, Yan Bingyun, dan Wang Qinian. Ini adalah pertemuan terakhir anggota Dewan Pengawas di Shangjing. Yan Bingyun menatap Fan Xian dengan tenang. "Tuan Fan, apakah kamu sudah mengetahuinya?"     

Ini adalah situasi yang sudah diantisipasi oleh Fan Xian. Dia telah menggunakan semua kekuatan Dewan Pengawas dan Xinyang, dan bahkan mempertaruhkan nyawanya, untuk mendapatkan rahasia Xiao En, rahasia yang dicari-cari oleh orang banyak.     

Dia mengerutkan kening. "Aku terlambat. Xiao En sudah mati."     

Sekilas ada tatapan aneh di mata Yan Bingyun. Dia menggelengkan kepalanya dan menghela napas. "Semua rencana itu menjadi sia-sia. Sayang sekali."     

Fan Xian tersenyum mengejek. "Si tua pincang itu telah menghabiskan waktu 20 tahun untuk membuat Xiao En membuka mulutnya tentang rahasia itu. Apakah kamu pikir aku ini semacam dewa?"     

Fan Xian sering memanggil Chen Pingping dengan sebutan "si tua pincang" di depan Yan Bingyun. Itu adalah sikap yang ceroboh dan kikuk, tetapi dalam berurusan dengan orang secerdas Yan Bingyun, sikap yang ceroboh seperti ini akan lebih berguna.     

Dia menoleh dan berbicara dengan Wang Qinian. "Bersiap-siaplah untuk perjalanan pulang."     

"Baik, Tuan," kata Wang Qinian pelan. Dia berhenti sejenak, lalu mengerutkan kening. "Tuan," dia bertanya, "apa yang harus kita lakukan dengan tiruan yang anda tinggalkan di kamar kemarin?"     

Fan Xian tahu bahwa maksudnya adalah untuk membunuhnya agar informasi tetap aman. Dia merasa sedikit gelisah. "Bawa dia kembali," katanya.     

Yan Bingyun menggelengkan kepalanya karena tidak setuju. "Bagaimana jika itu ditemukan oleh orang utara?"     

"Jika ditemukan, memangnya kenapa?" Fan Xian menatap Yan Bingyun, dia berkata dengan nada yang mengejek. "Tentu saja akan menjadi kacau. Sekalipun ditemukan, apa yang bisa kita lakukan? Kau telah dipenjara selama satu tahun; ini tidak akan sesulit itu."     

Yan Bingyun dan Wang Qinian saling bertatap-tatapan. Mereka memilih untuk tetap diam saat mendapati bahwa suasana hati Fan Xian sedang buruk. Fan Xian menatap mereka berdua dan tiba-tiba menghela napas. "Apakah kamu pikir Haitang tidak akan tahu? Dia tidak memberiku pilihan lain."     

Wang Qinian pergi untuk mempersiapkan perjalanan pulang. Fan Xian terdiam sesaat. "Setelah pesta ulang tahun sang Permaisuri Janda, kita akan segera pulang ... Aku merindukan rumahku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.