Sukacita Hidup Ini

Membunuh di Gang



Membunuh di Gang

0"Orang yang tidak memiliki rasa belas kasih belum tentu dapat menjadi pahlawan sejati, tetapi pria sejati adalah orang yang mencintai anak-anaknya?" Haitang mengulangi kata-kata itu di dalam hatinya sambil tersenyum. Dia kemudian mempersilahkan Fan Xian untuk masuk ke kuil.     

"Tuan Fan." Si Lili membungkuk. Fan Xian tersenyum saat melihat SI Lili. Dia menangkupkan tangannya dan membalas sambutannya. "Nona Si, kapan kamu tiba di Shangjing?"     

"Terima kasih atas perhatianmu. Aku tiba tiga hari yang lalu. Perjalanannya baik-baik saja." Mata Si Lili terlihat sayu. Dia masih mengenakan pakaian tipis berwarna hijau muda yang dia kenakan selama perjalanannya. Pakaian itu hangat, jadi dia tidak takut kedinginan.     

Fan Xian saling bertukar cerita dengan Si Lili.     

Haitang memperhatikan mereka berdua dari pinggir. Seakan-akan matanya sedang tersenyum; keanehan yang ada diantara Fan Xian dan Si Lili tidak luput dari pandangannya. Fan Xian merasa bingung, mengapa Haitang membawa dirinya ke kuil ini untuk bertemu dengan Si Lili? Dan di mana para wanita-wanita pelayan tua yang terus-menerus berada di dekat Si Lili? Apakah Haitang tidak tahu dirinya ini adalah duta asing terlebih dia adalah kepada duta, yang seharusnya menjaga jarak dengan wanita idaman Kaisar?     

"Di sinilah tempat tinggalku," jelas Haitang, saat melihat Fan Xian yang kebingungan. "Lili tidak bisa sembarangan memasuki istana, jadi Yang Mulia memintaku untuk menjaganya."     

Fan Xian tertawa getir, lalu dia teringat sesuatu yang pernah dikatakan oleh Si Lili. Kedua wanita ini pertama kali bertemu di istana kerajaan Qi Utara dan mereka saling berteman sejak saat itu. Fan Xian tiba-tiba memikirkan sesuatu - mungkinkah Ku He juga tinggal di istana kerajaan? Meskipun lokasi kuil ini agak terpencil, Fan Xian masih merasa khawatir. "Aku akan menunggu kalian di luar," katanya setelah mengobrol sebentar dengan mereka. Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Fan Xian pergi, menunggu di halaman luar.     

Setelah dia pergi, Haitang menatap Si Lili. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Aku telah membawa dia untuk menemuimu," kata Haitang. "Apakah tidak ada yang kau ingin katakan kepadanya?"     

Si Lili mengangkat kepalanya, dan ekspresi kesal tampak di wajahnya. "Sudah kubilang, aku tidak ingin bertemu dengannya," katanya dengan lembut, "dan aku rasa dia juga tidak ingin bertemu denganku. Sekarang dia di luar, dan aku disini masih belum mengerti bagaimana cara aku memarahimu. Haitang, meskipun kamu adalah murid Ku He, kamu juga pembuat onar. Kamu seharusnya tidak ikut campur dalam hal-hal yang seperti ini. Itu terlarang. "     

Haitang tersenyum dengan tenang. "Buat apa takut? Yang Mulia bukan orang yang berpikiran sempit."     

Aroma manis berangsur-angsur memenuhi ruangan kuil yang tampak elegan dan rapi. Di atas meja, warna dari teh hijau yang berpadu dengan warna kekuningan dari cangkir dan teko menciptakan pemandangan yang entah bagaimana menenangkan.     

"Mengapa kamu membawaku untuk bertemu dengan Si Lili?" Fan Xian duduk bersila di depan meja kecil, alisnya berkerut; kekhawatiran akhirnya muncul di wajahnya yang tampan. Dia baru saja selesai menyusun rencananya mengenai Xiao En; Si Lili bagaikan kentang panas yang dilemparkan ke tangannya.     

"Terakhir kali tadi aku membahas Yan Bingyun," kata Haitang sambil tersenyum. "Aku ingin tahu apakah kamu telah dicemari oleh hal duniawi, Tuan Fan."     

"'Dicemari oleh hal duniawi adalah kalimat yang aneh untuk dikatakan."     

"Tuan Fan, jangan bilang kamu belum pernah membaca Story of the Stone?" Haitang tampak heran.     

Jantung Fan Xian berdetak kencang. Dia tidak merespon pertanyaan Haitang dan hanya tertawa getir. "Nona Haitang, sepertinya kamu salah paham. Si Lili adalah seorang kriminal dan aku hanyal pengawal yang mengawalnya dalam perjalanannya menuju ke utara. Itu semua hanyalah bagian dari perjanjian. Tidak ada apa-apa di antara kita."     

"Kamu juga salah paham," kata Haitang dengan tenang. "Alasanku mengundangmu ke rumahku hari ini adalah karena aku membutuhkan bantuanmu."     

"Apa itu?" tanya Fan Xian tanpa basa-basi.     

Haitang tersenyum. "Sebenarnya, ini adalah sesuatu yang berada di benak Yang Mulia saat kamu terakhir kali di istana."     

Fan Xian menatapnya. Wajah Haitang yang biasa-biasa saja memiliki karisma yang dapat membuat orang lain merasa lebih dekat dengannya. "Terlihat sangat jelas, bahwa Yang mulia tidak ingin tamunya dari luar ini tahu tentang keresahannya."     

Haitang membetulkan lengan baju kanannya dengan tangan kirinya, dia mengambil secangkir teh dan mendekatkannya ke bibirnya. Dia menyesap teh itu dengan lembut. "Awalnya, Yang Mulia tidak ingin kamu tahu. Tapi aku sudah lama menjadi teman dekatnya, selain aku, tidak ada seorang pun di istana Kerajaan Qi yang mau membantunya menangani masalah ini."     

"Aku tidak mengerti." Tentu saja, Fan Xian sudah bisa menebak apa yang menjadi akar permasalahnnya. Dia tersenyum. "Karena masuknya Si Lili ke dalam istana telah ditentang oleh semua lapisan masyarakat, mengapa sang Kaisar Muda masih bersikeras dengan kemauannya? Dilihat dari situasi saat ini, karena Si Lili kini tinggal bersamamu, itu berarti sang Permaisuri Janda tidak setuju dia memasuki istana."     

"Tuan Fan, apakah menurutmu ada sesuatu di balik hal ini?"     

"Betul. Aku tidak pernah percaya bahwa seorang Kaisar dapat memiliki perasaan seperti itu." Untuk beberapa alasan, Fan Xian juga sedikit tidak bahagia, dan itu terlihat dalam ucapannya yang tajam.     

Haitang tertegun. Dia menatap Fan Xian dengan matanya yang tenang, dan setelah beberapa lama, dia berbicara. "Penguasa juga merupakan manusia biasa. Bagaimana mungkin seseorang dapat menjelaskan tentang persoalan antara pria dan wanita?"     

Fan Xian menggelengkan kepalanya, dan memikirkan para penguasa di dunianya yang sebelumnya. Mungkin Kaisar Xuanzong dari Tang adalah tipe orang yang berbeda, tetapi pada akhirnya, apakah Yang Guifei belum mati di Mawei? [1][1]     

"Tuan Fan, kamu sudah menikah," kata Haitang secara tidak sengaja.     

Fan Xian melamun sejenak, lalu dia memikirkan istrinya yang ada di rumah, dan pertemuan pertama mereka di depan altar kuil. Bibirnya tersenyum bahagia.     

Haitang memperhatikan wajahnya dan menghela napas pada dirinya sendiri. "Aku dengar bahwa kamu sangat mencintai istrimu, Tuan Fan. Jika ada seseorang yang berusaha memisahkan kalian, apa yang akan kamu lakukan?"     

Fan Xian mengangkat alisnya dan tidak membalasnya. Tetapi jika ada yang benar-benar berani untuk memisahkan dirinya dan Wan'er, maka mereka akan membawa kehancuran bagi diri mereka sendiri. Perlahan-lahan, dia tampaknya dapat memahami perasaan sang Kaisar Muda. Tetapi ketika Fan Xian ingat bahwa wanita yang sang Kaisar Muda sukai adalah Si Lili, entah mengapa Fan Xian merasa ada yang mengganjal - meskipun kesepakatan yang dia buat dengan Si Lili hanyalah kesepakatan bahwa mereka berdua akan saling memanfaatkan.     

Permintaan Haitang, sebenarnya adalah keinginan Fan Xian. Jika Si Lili tidak bisa memasuki istana, maka pihak yang kalah adalah Dewan Pengawas Kerajaan Qing. Dia tidak bisa menebak apa yang diinginkan sang Kaisar Muda dari Fan Xian.     

"Dari semua lapisan masyarakat, tidak ada yang mau mendukung Yang Mulia untuk membawa Si Lili masuk ke dalam istana. Asal kau tahu, ada beberapa masalah mengenai identitas Si Lili di selatan. Dan juga posisiku terbatas; dalam hal ini aku tidak punya hak untuk bersuara. "     

Fan Xian tertawa dingin. "Tentu saja, Lili akan memberikan hidupnya untuk Qi Utara. Tetapi apakah kamu bermaksud untuk mengatakan bahwa aku memiliki hak untuk berbicara tentang ini? Aku hanyalah seorang duta asing. Sejak aku melewati kota Wuduhe, masalah ini tidak ada hubungannya denganku."     

Haitang tersenyum. "Yang Mulia dan aku ingin meminjam kebijaksanaanmu."     

Fan Xian tertawa sambil merapikan rambut di kepalanya dengan jarinya. "Kamu benar-benar melebih-lebihkanku, Haitang."     

"Tuan Fan, kamu terlahir dalam latar belakang yang rumit, tetapi dalam waktu singkat, kamu telah menjadi Penyair Abadi, yang terkenal hingga ke seluruh dunia. Dari sekian banyaknya orang di selatan yang memiliki otoritas dan kekuasaan, tidak ada yang akan percaya jika kamu berkata bahwa dirimu tidak memiliki kebijaksanaan. "     

"Aku akan mencari sebuah cara, tetapi aku tidak tahu apakah itu akan berhasil." Fan Xian menyesap habis tehnya. "Sang Permaisuri Janda adalah kuncinya. Jika dia tidak mau, maka tidak ada cara yang akan berhasil."     

Haitang berdiri dari kursinya dan menunduk hormat. "Terima kasih atas bantuanmu."     

"Sepertinya kamu dan Si Lili adalah teman baik." Fan Xian membalas hormatnya. "Jika aku perlu bantuanmu di masa yang akan datang, aku harap kamu mengingat pertemuan kita hari ini."     

"Selama itu tidak melibatkan politik negara ini, maka akan kulakukan," jawab Haitang, wajahnya tampak datar.     

"Jangan khawatir. Apa yang akan aku minta kamu lakukan mungkin tidak akan pernah terjadi. Jika itu terjadi, maka itu berhubungan dengan masalah domestik di Qing, dan itu tidak akan mengharuskanmu untuk mengkhianati jalan alam yang telah kamu cari selama hidupmu. "     

"Bagus kalau begitu," kata Haitang, dengan lega.     

Fan Xian adalah kepala diplomat dari selatan untuk misi kali ini, jelas setiap gerak-geriknya di Shangjing diawasi oleh Qi Utara. Ini adalah suatu hal yang semua diplomat harus terima dan terbiasa, sehingga sulit untuk dapat menemukan kesempatan untuk bertindak bebas. Tapi hari ini adalah pengecualian, karena Fan Xian pergi bersama dengan Haitang, dan Haitang jelas tidak suka diikuti oleh pasukan Pengawal Brokat. Jadi ketika mereka berjalan di bawah payung mereka di tengah hujan, mereka dapat berjalan santai. Tentu saja para Pengawal Brokat tidak berani menentang perintah Haitang, meski begitu mereka masih berani mengikuti Haitang dan Fan Xian.     

Setelah keluar dari kuil tempat kedua wanita muda itu tinggal, Fan Xian merentangkan tubuhnya, dan menemukan bahwa ada dua Pengawal Brokat di ujung jalan yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Dia tersenyum berjalan menuju ke ujung jalan.     

Setelah hujan, cuaca belum terlalu cerah, angin sejuk sesekali bertiup melewati dahan-dahan pohon, memercikkan air ke wajahnya.     

Saat Fan Xian memikirkan Si Lili dan sang Kaisar Muda, dia masih belum sepenuhnya rela, tetapi obrolan yang baru saja dibahas oleh Haitang telah menyadarkan pemuda yang belum genap berusia tujuh belas tahun ini. Dia ingin segera kembali ke sisi istri dan adik perempuannya di Qing. Perasaan rindu terhadap rumah mulai muncul di benaknya.     

Di sepanjang jalan itu, tampak beberapa kuli sedang menyeret gerobak menuju ke toko-toko tempat mereka bekerja. Senyum di wajah Fan Xian tampak bersinar saat dia menyusuri jalanan itu.     

Saat sebuah gerobak melewatinya, Fan Xian tiba-tiba mengangkat tangannya dan mengeluarkan pisau hitam yang tersembunyi di bawah telapak tangannya!     

Dalam sekejap pisaunya tertancap di leher kuli itu - mata-mata yang menyamar. Dia jatuh ke tanah dan mati.     

Sesaat berikutnya, Fan Xian melangkahi gerobak yang terbalik dan berlari dengan cepat di sepanjang gang bagaikan bayangan dengan menggenggam jarum-jarum beracun. Dia lalu menancapkannya ke titik meridian di dada seseorang. Kemudian, tangan kirinya bergerak ke bawah ketiak kanannya, dan menembakkan tiga anak panah, membunuh seorang lainnya.     

Setelah itu dia membacok tulang leher orang yang lumpuh itu, memecahnya menjadi berkeping-keping. Fan Xian melepaskan baju luarnya, berbalik, dan menggunakan topi hujannya untuk menutupi wajahnya, menutupi senyumnya yang cerah seperti sinar matahari. Dia menarik keluar anak panah dari tubuh pria yang sebelumnya dan berjalan keluar dari gang.     

[1] Yang Guifei adalah selir Kaisar Xuanzong, yang terkenal karena kecantikannya. Setelah pemberontakan di Stasiun Kurir Mawei (saat ini bernama Shaanxi), Xuanzong menyetujui tuntutan tentara bahwa Yang harus dihukum mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.