Sukacita Hidup Ini

Tur Kebun yang Menegangkan (2)



Tur Kebun yang Menegangkan (2)

0Meskipun hujan salju telah berhenti, hawa dingin masih menyelimuti istana. Memang sulit untuk melawan kehendak langit. Meski begitu, Fan Xian dengan hangat duduk di kursi rodanya. Dia tampak mengenakan jubah berkerah tinggi untuk melindunginya dari angin dan salju, namun secara bersamaan ini membuatnya sedikit kepanasan. Mengenai pertanyaan sang Kaisar, dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapinya sejak dulu. Dia tidak pernah berencana untuk menyembunyikan fakta bahwa keluarganya telah mengirim Fan Sizhe keluar dari ibu kota.     

"Kemarin lusa, aku telah menerima sebuah surat mengenai hal itu. Dia telah menetap di Shangjing."     

Fan Xian dengan santai melirik ke arah kasim yang ada di belakangnya. Sang Kaisar berjalan dengan penuh semangat di depan Fan Xian dan kasim tersebut sehingga dia tidak menyadari bahwa mereka berdua saling bertatapan.     

Kasim itu adalah Hong Zhu. Ketika dia melihat tatapan mata Komisaris Fan, entah kenapa, tiba-tiba hatinya merinding dan mulai merasa ketakutan — Hong Zhu mengerti. Komisaris sedang memperingatkannya bahwa ada beberapa hal yang tidak boleh didengar oleh sang Kaisar. Setelah melayani Yang Mulia Kaisar baru-baru ini, dia menjadi paham tentang pentingnya menutup mulut. Dia dengan cepat menundukkan kepalanya dan tidak berani bertemu dengan tatapan Fan Xian lagi.     

Hong Zhu selalu ingin berada di bawah naungan Fan Xian. Dia tidak berani mengatakan apa pun yang akan merugikan klan Fan.     

"Aku terkejut karena kamu berkata terus terang," kata sang Kaisar, sambil berjalan di samping danau. "Meskipun kamu dan aku sama-sama mengetahui kebenaran hal-hal ini, kita masih harus bermain politik."     

Fan Xian menundukkan kepalanya dan membiarkan bulu lembut di kerahnya bergesekan dengan pipinya. "Karena Yang Mulia telah bertanya, maka aku tidak berani berbohong."     

Sang Kaisar tiba-tiba berhenti berjalan dan kasim itu segera menarik kursi roda Fan Xian agar tidak berhenti sejajar dengan sang Kaisar. Tubah Fan Xian terguncang, membuatnya mengerutkan alisnya.     

"Kamu tidak berani berbohong padaku ... tapi kamu berani berbohong kepada dunia?" Sang Kaisar berbalik dan menatap Fan Xian dengan senyuman yang tidak nampak seperti senyum. Garis-garis di tepian matanya bukan terbentuk karena dia sedang tersenyum, namun karena dia sedang penasaran.     

Fan Xian mengangkat kepalanya dan, dengan agak kasar, menatap langsung ke mata Yang Mulia Kaisar. "Ada banyak orang bodoh di dunia ... aku hanya setia kepada Kaisarku, bukan kepada orang-orang itu."     

"Tapi seseorang pernah berkata ..." Tatapan mata sang Kaisar tiba-tiba terlihat sangat aneh. "Rakyat adalah yang paling penting, dan negaralah yang mengikuti mereka. Penguasa adalah sosok yang paling tidak penting."     

"Omong kosong, siapa yang berani mengatakan hal seperti itu?" Alis Fan Xian mengernyit. Tentu saja dia tahu siapa yang berani berkata seperti itu: penulis aslinya adalah Mencius. Ibunya telah menjiplak kata-katanya.     

"Kementerian Kehakiman masih mencari adikmu," Sang Kaisar tertawa. Dia berbalik dan terus berjalan maju, lalu mengatakan, "Apakah kamu tidak takut bahwa aku akan menghukummu?"     

Hong Zhu mendorong kursi roda Fan Xian maju, sambil berusaha menjaga jaraknya dengan sang Kaisar. Bunyi decitan roda membuat Fan Xian mulai merasa pusing. Dia menggelengkan kepalanya dan mengatakan, "Aku yakin bahwa Yang Mulia mengerti kesulitan yang telah kualami."     

"Kesulitan?" Sang Kaisar tertawa dingin. "Aku curiga bahwa baru sekarang Pangeran Kedua merasa dirinya sedang mengalami kesulitan dan tidak memiliki orang untuk dia dapat ajak berbagi."     

"Ah ... Aku telah bersalah."     

Fan Xian tahu bahwa saat ini, dia harus bertindak seolah-olah dia sedikit ketakutan, seperti para menteri dalam drama Qing yang berusaha untuk menjadi lebih dekat dengan sang Kaisar. Tetapi dia tahu bahwa sang Kaisar memang menginginkan Pangeran Kedua dijatuhkan. Pangeran satu itu tidak lebih dari sebuah alat. Terlebih lagi, di mata sang Kaisar, Fan Xian bukanlah sekedar pejabat biasa. Bagaimanapun juga, faktor itu tetap ikut berperan.     

Oleh karenanya, Fan Xian tidak merasakan sedikit pun rasa takut ataupun gugup. Tidak peduli seberapa jago dia berpura-pura, reaksinya tetap terlihat dangkal dan berlebihan. Tiga kata "Aku telah bersalah" ini, dia ucapkan dengan sedikit terlalu lama; terlalu dramatis.     

Kaisar merendahkan suaranya dan menegurnya, "Meski kau hanya berpura-pura, berbicaralah dengan lebih serius!"     

Fan Xian menunjukkan wajah sedihnya dan mengatakan, "Aku telah bersalah."     

Dia mengatakannya berkali-kali, "Aku telah bersalah, aku telah bersalah". Untungnya, saat ini mereka telah mencapai jembatan di tengah sungai dan percakapan mereka pun terhenti. Meskipun udara di Jingdou sudah terasa dingin, hujan salju ini belum cukup dingin untuk membekukan danau. Air di bawah jembatan tampak hijau dan dingin. Meskipun jembatan itu dibangun dengan datar dan kuat, kursi roda Fan Xian masih bergetar saat melewati papan-papan kayu. Fan Xian mencengkeram sandaran tangan dengan erat saat dia melihat ke arah celah-celah di antara papan-papan kayu. Dia berpikir bahwa jika kasim itu tiba-tiba berubah menjadi seorang pembunuh, dia akan menghadapi kesulitan.     

Para kasim dan gadis-gadis pelayan yang membersihkan paviliun di depan membungkuk dengan hormat sebelum pergi menghilang. Mereka tidak berani berada di dekat sang Kaisar.     

Sang Kaisar duduk di bangku batu yang ada bantalannya dan dengan menggunakan tatapannya, dia memberi sinyal kepada Fan Xian untuk mengambil secangkir teh panas. Sang Kaisar menggunakan dua jarinya untuk mengambil kacang pinus dan mulai mengupasnya secara perlahan. Kasim Hong Zhu berdiri di sisi paviliun. Setengah dari perhatiannya ada pada pemandangan dan sisanya ada pada sang Kaisar dan Fan Xian, dia siap untuk melayani jika mereka memberi perintah.     

"Bagaimana dengan itu?" tanya sang Kaisar.     

Mendengar ini, Fan XIan seolah-olah telah tersiram oleh teh yang panas. Dia mengerutkan keningnya dan segera bertanya, "Apakah Yang Mulia merujuk pada cederaku atau ..."     

"Yang terakhir."     

Fan Xian menjawab dengan lugas, "Kami siap bergerak. Perintah telah dikirim. Karena masalah ini tidak melewati saluran resmi, operasi itu seharusnya tidak akan banyak menarik perhatian orang."     

Yang Mulia Kaisar mengangguk.     

Fan Xian melanjutkan, "Saat ini, kita dapat mengambil semua stok barang di wilayah kita, namun ... jika Qi Utara tahu hal ini, mereka juga dapat menghasilkan banyak uang darinya. Bagaimanapun juga, klan Cui menyimpan banyak stok barang di utara ... " Dia telah menyembunyikan sebuah informasi yang sangat penting di dalam ucapannya, informasi yang tidak akan pernah dia ungkapkan kepada sang Kaisar bahkan sampai mati sekalipun. Dia telah menyembunyikan rencananya bahwa dirinya dan Kaisar Qi Utara akan membagi barang-barang selundupan.     

"Ada tiga jalan yang mengarah ke utara dan kita telah berhasil mengamankan ketiga-tiganya. Namun, karena orang-orang dari badan keuangan istana sering melewatinya, ketiga jalan itu tidak sepenuhnya aman, jadi kita belum menggunakannya."     

Fan Xian mengerutkan alisnya dan menjelaskan rencana yang telah dirancang Yan Bingyun secara terperinci. Dia belum selesai ketika sang Kaisar melambaikan tangannya sekaligus mengatakan, "Aku ... tidak ingin mendengar detailnya. Aku hanya menginginkan hasilnya."     

Fan Xian dengan ragu-ragu mengatakan, "Percayalah, Yang Mulia. Dalam waktu paling lama setahun, keuangan istana akan memulihkan sebagian besar pendapatannya."     

Sang Kaisar menggelengkan kepalanya dengan acuh tak acuh. "Tidak mungkin badan keuangan istana dapat kembali ke masa-masa kejayaannya ... Aku rasa kau tahu alasannya."     

Fan Xian menunduk.     

"Izinkan aku bertanya," kata sang Kaisar, "bagaimana bisa kamu yakin bahwa aku akan mendukungmu melawan Pangeran Kedua dan Putri Sulung?"     

"Karena ... negara membutuh uang."     

Setelah terdiam sejenak, sang Kaisar mendengus dan mengatakan, "Apa yang perlu dilakukan negara adalah memperluas wilayah ... dan itu membutuhkan uang. Yunrui telah menggali terlalu dalam di dalam perbendaharaan istana selama bertahun-tahun — aku tidak bisa membiarkannya lagi, jadi aku ingin agar kamu menangani kekacauan ini. Fan Xian, kamu sama sekali tidak mengecewakanku. Pertama, kamu telah berani menerima tugas ini, dan yang kedua, kamu telah melakukan apa yang perlu kau lakukan. Kau tidak membiarkan status orang lain menakut-nakutimu ... inilah sebabnya aku menggunakanmu. "     

"Terima kasih, Yang Mulia, atas pujian Anda." Fan Xian hanya bisa bersyukur. Dia tidak bisa bicara banyak tentang Putri Sulung. Bagaimanapun juga, dia adalah ibu mertuanya. Tentu saja, dia tidak bisa berkata buruk tentangnya.     

Sang Kaisar mengambil sebiji kacang pinus dan perlahan-lahan mengunyahnya. Di luar paviliun, angin telah berhenti bertiup dan salju berhenti turun, menciptakan suasana damai yang sejuk.     

"Ye Zhong telah kembali ke Canzhou. Aku dengar, ada banyak orang yang membicarakan keputusanku karena telah membiarkan Pangeran Tertua menduduki posisi Panglima Penjaga Kerajaan. Apa yang kau dengar?" Sang Kaisar bertanya dengan sangat santai.     

Fan Xian tersenyum sedih dan menjawab, "Sulit untuk tidak mendengar orang-orang membicarakan hal itu. Bagaimanapun juga, itu adalah berita yang cukup mengejutkan."     

"Apa pendapatmu?"     

Fan Xian terkejut. Dia bertanya-tanya, bagaimana bisa dia memberikan pendapatnya tentang masalah ini? Dia dengan cepat menjawab, "Yang Mulia telah membuat banyak pertimbangan untuk membuat keputusan tersebut. Hamba tidak berani menghakiminya."     

"Bicaralah, aku membebaskanmu dari semua pelanggaran." Sang Kaisar tidak melihat wajah Fan Xian sama sekali. Dia memusatkan pandangannya pada pohon-pohon beku di taman istana.     

Fan Xian berusaha merilekskan dirinya. Dia tahu bahwa berbicara dengan sang Kaisar adalah hal yang sulit. Tahun itu, Wei Xiaobao hampir tidak pernah berkata jujur, namun Kangxi berhasil mengetahuinya. Tindakan-tindakan yang telah Wei Xiaobao lakukan secara rahasia: menyelinap masuk ke Istana Kerajaan, membuat perjanjian dengan Qi Utara, mengobrol dengan Xiao En ... semua ini dia sembunyikan dari sang Kaisar yang ada di hadapannya. Jika sang Kaisar mengetahui perbuatannya, siapa yang tahu apa yang akan menimpanya?     

Hanya saja, Kaisar di hadapannya ini adalah orang yang tak terduga. Jika Fan Xian tidak memiliki keuntungan, dia pasti tidak akan berani menyembunyikan sesuatu dari sang Kaisar. Keuntungan yang dimaksud adalah bahwa dia tahu hubungan sebenarnya antara dirinya dengan sang Kaisar. Dan untuk saat ini, sang Kaisar belum sadar bahwa Fan Xian sudah mengetahuinya. Oleh karena itulah, Fan Xian bisa berpura-pura menjadi pejabat yang setia. Semakin sang Kaisar merasa bersalah kepada dia, semakin besar keuntungan yang akan Fan Xian dapatkan.     

"Pangeran Tertua tidak ingin menetap di ibu kota," kata Fan Xian dengan lugas. "Terlebih lagi, menghilangkan satu calon penerus takhta dengan cara seperti itu adalah hal yang sangat tidak biasa. Yang terpenting, Istana Kerajaan adalah jantung dari Kerajaan Qing, dan karenanya diperlukan kehati-hatian dalam mengoperasikannya."     

Kata-katanya terus terang, hampir melewati batas. Namun, sang Kaisar tidak bereaksi banyak, dia hanya membalas Fan Xian, dengan dingin, "Tidak mau? Sebagian besar dari hidup ini tidak berjalan sesuai dengan keinginan seseorang. Dia tidak ingin menetap di ibu kota. Lalu apakah dia ingin membiarkan ayahnya menjaga ibu kota ini sendirian? Fan Xian, kamu tidak cukup pandai dalam mempengaruhi orang."     

Wajah Fan Xian memerah karena merasa malu. Dia sadar bahwa dia tidak bisa memenuhi permintaan Pangeran Tetua kepada dirinya.     

"Jika dia sudah tenang, berhentilah mengganggu Pangeran Kedua." Sang Kaisar memejamkan mata dan merenungkan hal-hal yang telah terjadi di ibu kota baru-baru ini.     

"Baik, Yang Mulia." Fan Xian mengangguk. Dia telah mendapatkan semua yang dia inginkan dari Pangeran Kedua, jadi tidak alasan bagi dirinya untuk meneruskannya.     

"Kau telah melakukan tugasmu dengan sangat baik di Kuil Terapung," Lalu sang Kaisar tiba-tiba berkata dengan lembut. "Namun, sebagai Komisaris Dewan Pengawas, kamu telah membiarkan seorang pembunuh memasuki ibu kota. Sebelum semua itu terjadi, Biro Kedua tidak tahu apa-apa tentang hal itu sama sekali. Ini adalah kesalahanmu. Namun, karena kau berhasil mengatasinya, aku hanya bisa membalasnya dengan memberikanmu hadiah-hadiah yang tidak berguna. Jangan tersinggung. "     

"Aku tidak akan berani," Fan Xian menjawab dengan serius. "Karena dari awal itu adalah kelalaianku ... dan juga mengenai lukaku, karena hamba ini kurang belajar dari pengalaman, pembunuh berpakaian putih itu berhasil melukaiku."     

Tiba-tiba sang Kaisar bertanya dengan penuh penasaran, "Pembunuh itu ... kita tidak pernah tahu siapa orang itu. Kau telah bertarung dengannya, dapatkah kau menebak identitas orang itu?"     

Tiba-tiba angin bertiup dari luar paviliun dan punggung Fan Xian langsung menjadi mati rasa. Setetes keringat mengalir turun dari lehernya, menelusuri tubuhnya di balik pakaiannya. Dia tidak tahu mengapa sang Kaisar mengajukan pertanyaan ini. Namun, dia merasa bahwa jika dia tidak berhati-hati, dia akan kehilangan semua yang telah dia dapatkan.     

Pembunuh berpakaian putih itu adalah Shadow. Terlepas dari alasan Chen Pingping mengutus orang itu, Chen Pingping tidak akan memberi tahu sang Kaisar sebelum mengkomunikasikannya dengan Fan Xian terlebih dahulu. Jadi, bagaimana dia harus menjawabnya? Jika dia mengatakan bahwa dia tidak tahu, apakah itu akan mempengaruhi tempatnya di hati sang Kaisar?     

Fan Xian berhasil menutupi keterkejutannya dengan baik. Dia bertanya dengan rasa penasaran, "Bukankah Yang Mulia sendiri pernah bilang bahwa pembunuh berpakaian putih itu adalah adik dari Sigu Jian?"     

Sang Kaisar tertawa dingin. "Tahun itu, di dalam kekacauan perebutan Kota Dongyi, Sigu Jian mengamuk dan banyak dari keluarganya telah terbunuh. Ada rumor yang mengatakan bahwa satu adik laki-lakinya selamat dari kekacauan itu ... oleh karena itu, aku berasumsi bahwa pembunuh itu adalah dia. Pada saat itu, di atas kuil ... teknik pedang yang brilian itu ... Jika itu bukan teknik Pedang Sigu, maka mungkin aku hanya salah lihat. "     

Dada Fan Xian sedikit mengendur; dia tahu bahwa dia telah bertaruh untuk melakukan hal yang tepat. Dia tersenyum dan mengatakan, "Sayang sekali, jika kita memiliki bukti nyata ... kita bisa menggunakan alasan ini di tahun-tahun mendatang untuk mengirim pasukan tentara kita ke Kota Dongyi. Dengan begitu, luka-lukaku ini tidak akan sia-sia."     

Kata-kata ini membuat sang Kaisar tersenyum; dia suka dengan cara menyerang yang tidak tahu malu ini. Dia mengatakan. "Setelah Pedang Sigu bangkit dari kehancuran mereka, mereka tidak pernah bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Bagaimana mungkin mereka bisa mengakui hal ini? Pertama, mereka tidak akan mengakui bahwa mereka memiliki adik laki-laki yang masih hidup; setelah itu, mereka akan mengirim surat diplomatik yang menyatakan keterkejutan mereka atas upaya pembunuhan terhadapku dan menyampaikan belasungkawa mereka. Mereka akan mengekspresikan ketidakpercayaan mereka terhadap tindakan jahat si pembunuh itu ... "     

Pria paruh baya itu terus berbicara sampai dia menyadari bahwa tidak ada yang tertawa pada lelucon-leluconnya yang aneh. Dia menoleh dan mendapati bahwa Fan Xian sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam, dan kasim yang menguping dari luar paviliun tidak berani bersuara.     

Dalam hatinya sang Kaisar menghela napas. Dia berpikir, setelah bertahun-tahun, tidak ada orang lain seperti wanita itu yang dapat tertawa tanpa peduli dengan perbedaan status di antara kita.     

Hati sang Kaisar menjadi muram. Dia perlahan membuka mulutnya untuk bertanya, "Fan Xian ... hari itu, saat di kuil, mengapa kau memilih untuk menyelamatkan Ping'er terlebih dahulu?"     

Fan Xian meminta maaf dari kursi rodanya dan terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab, "Berdasarkan situasinya pada saat itu, jika aku tetap berada di dekat Yang Mulia, aku hanya bisa memblokir serangan dari depan, dan tidak akan mampu menghadapi serangan dari belakang ... Sang Pangeran Ketiga pada waktu itu dalam bahaya."     

"Oh?" Sang Kaisar tersenyum dengan sikap mencela diri sendiri dan mengatakan, "Mungkin nyawaku ini tidak sebanding dengan nyawa Ping'er?"     

Fan Xian tersenyum pahit dan memohon maaf sekali lagi. "Aku tahu bahwa aku pantas mati. Situasi pada saat itu sangat tegang, dan aku kurang cepat bereaksi."     

"Ketika kamu berlari ke sisiku ... kamu telah kehilangan inisiatif untuk menyerang, apakah saat itu kamu tidak takut mati?"     

Fan Xian berpikir sejenak sebelum mengaatkan sesuatu yang kurang pantas. Dia menatap mata sang Kaisar dan berkata dengan kepahitan, "Pada saat itu, yang terlintas di benakku adalah hal yang sangat baik jika aku dapat memblokir serangan itu dengan mengorbankan nyawaku, tetapi, jika seandainya aku tidak bisa menghentikan serangan itu... hehe ... pergi bersama dengan Yang Mulia ke dunia akhirat merupakan kehormatan besar bagiku. "     

Sang Kaisar terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak. Tawanya mengguncang langit dan bergema di luar paviliun. Para kasim dan gadis-gadis pelayan yang sedang berada di taman, tidak bisa untuk tidak saling bertatap-tatapan setelah mendengar tawa itu. Mereka bertanya-tanya, lelucon apa yang dikatakan oleh Komisaris Fan kepada Yang Mulia Kaisar hingga dapat membuatnya tertawa seperti itu.     

Sang Kaisar berhenti tertawa dan pada saat ini, dia dapat melihat kerutan yang akrab baginya di antara alis kedua Fan Xian. Suaranya menjadi lembut saat dia mengatakan, "Dalam perjalanan ke Jiangnan, kamu harus berhati-hati. Jangan terburu-buru dalam menghadapi sesuatu ... Aku dengar bahwa kau juga sama cerobohnya di utara. Bagaimanapun juga, kau adalah seorang pejabat — kamu harus menghargai dan melindungi hidupmu. "     

Fan Xian merasa sedikit malu, dan tahu bahwa apa yang dikatakan oleh sang Kaisar itu benar. Berapa banyak pejabat negara yang berani menghadapi bahaya secara langsung seperti dirinya? Fan Xian melakukan semua itu karena dia senang menjadi mandiri dan sendirian. Dan juga karena dia tidak dapat benar-benar mempercayai orang lain. Namun, kepergiannya ke Jiangnan masih beberapa bulan lagi. Nasihat perpisahan dari Kaisar ini tampaknya agak terlalu dini.     

"Yang Mulia," Fan Xian teringat sesuatu dan mengatakan dengan gelisah, "apa yang Anda katakan sebelumnya dengan Yi Gui Ping ... apakah itu sebuah lelucon?"     

Kaisar memelototinya. "Seorang pria tidak pernah bercanda," katanya dengan dingin.     

Fan Xian bertanya dengan ragu, "Aku masih sangat muda, dan aku tidak cukup berwibawa. Bagaimana bisa aku menjadi Tutor Kerajaan?"     

Kaisar tersenyum dan berkata sambil menatapnya, "Aku pernah dengar ... bahwa ketika kamu berada di Qi Utara, Kaisar Muda itu menghormatimu ... dan mengenai wibawa, bahkan Zhuang Mohan telah memujimu, jadi kenapa kamu tidak dapat mengambil peran itu? Jika bukan karena usiamu yang masih terlalu muda, aku pasti sudah memanggilmu untuk memberikan materi di istana. Siapa yang berani menentangnya? "     

"Tapi ..." Fan Xian menyesal karena telah membuat dirinya terkenal hanya untuk menyombongkan dirinya. Dia menjawab dengan sedih, "Tapi, aku akan pergi ke Jiangnan musim semi mendatang. Bukankah itu akan membahayakan pendidikan Pangeran Ketiga."     

Sang Kaisar melambaikan tangannya, "Bawa Ping'er bersamamu. Aku sudah mendiskusikan hal ini dengan Permaisuri Janda."     

Fan Xian dengan mulut ternganga, terdiam untuk waktu yang cukup lama     

"Bekerja keraslah," kata sang Kaisar dengan ekspresinya yang tenang. "Setelah masalah Jiangnan selesai, tinggalah di ibu kota selama beberapa tahun. Aku akan mendaftarkanmu sebagai murid di bawah sekretaris istana." Dia menatap mata Fan Xian dan berkata dengan lembut, "Aku berharap banyak darimu."     

Fan Xian terdiam sejenak sebelum mengangguk tanpa berkata-kata. Dia mengerti bahwa pembicaraan mereka telah berakhir dan dia bersiap untuk membuat alasan untuk pulang. Namun, tanpa diduga ... sang Kaisar melambaikan tangannya sekali lagi dan mengatakan, "Hari ini adalah hari pertama musim dingin. Ada pesta di istana. Kamu akan tetap di sini untuk makan malam ... Aku sudah mengirim seseorang ke kediamanmu untuk menjemput Wan'er."     

Fan Xian terkejut lagi. Dia tidak tahu apa arti di balik ini, atau bahkan ini tidak ada artinya sama sekali.     

"Sang Permaisuri Janda ingin bertemu denganmu." kata sang Kaisar, lalu dia menutupi mulutnya yang sedang batuk. "Dia ingin melihat seperti apa rupa suami dari Wan'er."     

Sang Kaisar lalu pergi dengan keretanya. membuat suasana di paviliun menjadi lebih tenang. Saat ini hanya ada Fan Xian dan beberapa kasim yang ditugaskan untuk mendorong kursi rodanya di sana. Fan Xian melihat ke arah sang Kaisar pergi, dengan tatapan dingin dan mencela diri. Meskipun panggilannya ke istana ini telah terjadi secara mendadak, dia masih menyimpan sedikit harapan. Mungkin pria paruh baya itu akan membiarkannya melihat lukisan itu? Mungkin dia akan mengatakan sesuatu kepadanya?     

Fan Xian tidak mengira bahwa mereka berdua akan tetap memainkan peran sang Kaisar yang dermawan dan menteri yang setia. Dalam pikirannya, dia diam-diam kecewa. Tentu saja, Fan Xian mengerti bahwa keluarga kekaisaran itu tidak berperasaan, dan dia tidak pernah menganggap pria paruh baya itu sebagai ayahnya ... namun kekecewaannya terletak pada wanita itu, Ye Qingmei.     

Melihat dari bagaimana sang Kaisar memperlakukan dirinya, Fan Xian tahu bahwa sang Kaisar bukanlah pria yang setia terhadap cintanya. Setidaknya ... terhadap ibunya. Dengan kata lain, bahkan jika sang Kaisar mempercayai dirinya dengan sepenuh hati, bahkan jika sang Kaisar menganggapnya sebagai pejabat terdekatnya, seorang Fan Xian tetaplah tidak lebih dari seorang pejabat.     

Jika, suatu hari, Fan Xian mengungkapkan identitasnya, bukan sebagai "menteri yang setia" yang telah berjasa karena telah melindungi nyawa sang Kaisar, dan mengungkapkan asal-usul takhtanya ... Fan Xian tersenyum dingin di dalam hatinya. Dia tidak tertarik untuk menjadi seorang Kaisar, namun sejak kecil dia sudah tertarik untuk menjadi Komisaris Dewan Pengawas. Apakah dia akan mendapatkan posisi itu atau tidak, dan apakah pria paruh baya itu akan mengizinkannya untuk menjadi bagian ordo atau tidak, itu semua adalah masalah etika.     

Sialan! Kenapa aku malah memikirkanmu!?     

Setelah mengeluarkan amarahnya kepada sang Kaisar, Fan Xian menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa dia tidak punya alasan untuk berputus asa. Dia teringat dengan fakta bahwa Lady Ning adalah salah satu dari tahanan Dongyi, itu membuat banyak orang mengabaikan kemungkinan Pangeran Tertua menjadi pewaris takhta. Dia merasa bahwa pasti ada rahasia yang belum terungkap mengenai kematian ibunya bertahun-tahun yang lalu, yang membuat sang Kaisar tidak dapat mengakui dirinya sampai sekarang.     

Yang membuat Fan Xian bingung pada dirinya sendiri adalah dia telah memendam harapan seperti itu sejak dia pertama kali menemukan identitas aslinya, namun, kenapa dia begitu peduli sekarang?     

Setetes air dingin menetes dari atap paviliun dan mendarat di tangga batu. Bunyi percikan itu mengejutkan Fan Xian, dia pun mengangkat kepalanya dan melihat pemandangan awal musim dingin di kejauhan. Dia menghela napas dan berpikir bahwa mungkin suasana di istana terlalu berat, dan membuatnya memikirkan hal-hal yang tidak perlu ini.     

"Tuan ... Komisaris... masih ada waktu sebelum makan malam. Yang Mulia Kaisar telah berkata bahwa ... Anda dapat pergi ke mana pun Anda inginkan," kata kasim Hong Zhu dengan suaranya yang tergagap dan mata yang menghadap ke tanah.     

Dia bisa pergi ke mana pun yang dia mau? Dia tidak sedang berada di kebun buah prem; jadi dia merasa untuk sebaiknya tidak berbuat masalah. Fan Xian menggelengkan kepalanya. "Aku hanya akan melihat pemandangan dari sini." Dia menoleh dan memicingkan matanya ke arah kasim itu. Dia memindai tubuh kasim dari atas ke bawah dengan tatapan matanya yang setajam pisau, menyebabkan kasim itu merasa gugup.     

"Dingin?"     

"Iya."     

"Berkeringat?"     

"i…iya"     

Tepi mulut Fan Xian berkedut dan dia pun tersenyum. "Tak usah takut. Karena sang Kaisar telah membiarkanmu berada di sini dan mendengarkan percakapannya, itu artinya dia mempercayaimu."     

Hari ini, pembicaraan antara sang Kaisar dengan Fan Xian, sekilas terlihat biasa saja. Namun, sebenarnya ada "banyak" informasi yang terkandung di dalamnya. Hong Zhu adalah orang pertama yang mengetahui adanya perselisihan antara Dewan Pengawas dan Pangeran Kedua, dan masalah perbendaharaan istana. Sang Kaisar tahu bahwa kasim muda ini mengerti semuanya. Komisaris Fan adalah orang yang sangat pandai dan dia mengerti keinginan sang Kaisar yang sebenarnya! Sepertinya, Komisaris Fan akan melakukan sesuatu yang penting.     

Jika pembicaraan hari ini tersebar ke luar istana, kemungkinan besar penduduk akan menjadi gelisah.     

"Aku tidak takut," jawab Hong Zhu dengan gugup.     

Fan Xian menatap wajah kasim itu dan tiba-tiba bertanya, dengan rasa ingin tahu, "Kamu juga memiliki jerawat?"     

"Jerawat?" Hong Zhu terkejut untuk sesaat, sebelum akhirnya memahami maksud pertanyaan Fan Xian yang sebenarnya. Dia menjawab, dengan sedikit kesal, "Aku sendiri tidak yakin."     

Suasana di sekitar paviliun tampak tenang. Gadis-gadis pelayan tampak berdiri mengelilingi danau, tempat mereka berdua berada. Angin bertiup dari danau dan melewati orang-orang yang sedang berada di dalam paviliun. Tiba-tiba Fan Xian tersenyum dan bertanya. "Apakah kamu... Hong Zhu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.