Sukacita Hidup Ini

Tur Kebun yang Menegangkan (1)



Tur Kebun yang Menegangkan (1)

0Hari ini Kasim Yao pergi ke kediaman Fan terlebih dahulu, namun dia tidak menemukan Fan Xian di sana. Hal itu membuatnya bertanya-tanya, kemana komisaris Fan pergi dengan tubuh yang masih terluka seperti itu. Bahkan Menteri Fan pun tidak tahu, dan Kasim Yao juga tidak bisa menemukan sang istri yaitu Lady Fan yang istimewa itu, sehingga tidak ada yang dapat dia tanyai.      

Kasim Yao merasa sangat gelisah, karena saat ini Yang Mulia sedang menunggu di istana. Setelah mengetahui bahwa Lady Fan berada di kediaman Lin, dia bergegas pergi ke sana bersama dengan para penjaga kerajaan. Dalam perjalanannya ke sana, mereka secara kebetulan berpapasan dengan sebuah kereta, tetapi mereka hampir saja melewatkannya jika bukan karena salah seorang penjaga mengenali salah satu anak buah Fan Xian.     

Saat melihat Kasim Yao terengah-engah, Fan Xian menghela napas, "Mengapa memanggilku sekarang, disaat aku sedang dalam perjalanan menjemput Lady Fan?"     

Kasim Yao merasa heran pada ketidakpeduliannya, karena sebelum ini dia tidak pernah bertemu dengan seseorang yang dengan berani menyatakan keberatannya saat dipanggil oleh Yang Mulia. Mengingat hubungan baik yang dimilikinya dengan keluarga Fan, alih-alih memarahi, Kasim Yao hanya berani mendesaknya: "Yang Mulia sudah mengeluarkan pengumuman ini dari tadi. Aku khawatir dia akan marah jika kamu terlambat bertemu dengannya."     

"Tentu saja kami akan pergi ke sana," kata Fan Xian dengan nada bicara yang tidak menyenangkan. Karena dia tidak ingin melihat kasim tua itu berada di tengah-tengah salju yang dingin, dia memintanya untuk duduk di dalam kereta bersama dirinya, dalam perjalanan menuju ke istana. Dia juga telah mengutus seseorang untuk memberi tahu istrinya tentang hal ini.     

"Jujurlah, Yao. Apa yang telah terjadi?" Sambil bersandar dan setengah memejamkan matanya, Fan Xian bertanya tanpa menoleh ke arah kasim tersebut, karena dia tahu kasim-kasim ini telah mendapatkan cukup banyak hadiah dari keluarga Fan.     

Sebenarnya, belakangan ini Kasim Yao sudah tidak berani lagi menerima hadiah dari keluarga Fan. Sambil tersenyum, dia menjawab, "Yah ... bagaimana mungkin seorang pelayan seperti aku ini, tahu? Kau hanya perlu datang untuk mengetahuinya."     

"Dasar orang tua yang licik," kata Fan Xian, sambil menggelengkan kepalanya saat dia berpura-pura marah. Dia berhenti sejenak sebelum mengatakan, "Beri aku sesuatu."     

Kasim Yao menajamkan telinganya dan melihat ke sekelilingnya, untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain di dekat mereka, sebelum akhirnya berkata dengan suara yang pelan, "Apa itu, Tuanku? Aku akan memberitahumu sebisaku."     

"Apa yang telah terjadi pada para kasim di Kuil Xuankong?" Fan Xian bertanya dengan muka yang cemberut.     

Kasim Yao terkejut untuk sejenak, sebelum mengangkat salah satu tangannya di depan tenggorokannya dan membuat gerakan isyarat seperti memotong.     

Wajah Fan Xian tidak bereaksi, entah apa yang sedang dia pikirkan. Dia tahu bahwa hal ini tidak dapat dihindari. Seorang pembunuh telah menyamar sebagai kasim, tidak ada jalan keluar lagi bagi para kasim itu untuk melarikan diri; bahkan mungkin ada lebih banyak orang yang akan mati.     

"Bagaimana dengan Dai?"     

"Masih hidup," Kasim Yao menghela napas, "Dia sudah tua dan Yang Mulia mempercayainya. Tapi dia telah terlibat dan tidak bisa lagi tinggal di Istana Taiji ... Dua bulan lalu, dia telah diadili oleh para Sensorat Istana karena perilaku buruk keponakannya, dan hal itu membuatnya merasa sangat malu. Pada akhirnya, Yang Mulia mempekerjakannya kembali, mengingat dia telah melayani Selir Shu cukup lama. "     

Kasim Yao melirik Fan Xian. Tapi wajah Fan Xian tidak menunjukkan reaksi. Kasim Yao tidak tahu berapa banyak uang yang telah dihabiskan Kasim Dai untuk Fan Xian.     

"Siapa yang dapat menduga akan ada pembunuhan ... Menurutku, Dai tidak memiliki apa-apa selain ketidakberuntungan. Sekarang semua gelarnya telah dicabut, bahkan sekarang dia dibuang ke badan keuangan istana. Memikirkan pria tua seperti dia melakukan semua pekerjaan berat di hari yang dingin membuatku ... "Kasim tua itu menyeka air matanya dengan lengan bajunya. Kasim Yao dan Kasim Dai masuk ke istana pada tahun yang sama, dan meskipun mereka pernah beberapa kali bertengkar, setelah melihat rekannya jatuh, Kasim Yao merasa turut prihatin.     

"Dai yang malang ... Mari kita tunggu sampai Yang Mulia kembali tenang. Beruntung baginya untuk dapat tetap hidup." Fan Xian menggelengkan kepalanya, dan bertanya sekali lagi, "Lalu siapa yang sekarang bertugas di Istana Taiji?"     

"Hong Zhu." Saat melihat ekspresi bingung Fan Xian, Kasim Yao menjelaskan dengan suara yang pelan, "Dia adalah seorang kasim muda, yang mulai bolak-balik berlari antara Istana Taiji dan gerbang pada tahun ini, Yang Mulia menyukainya karena kegesitannya."     

"Bahkan dia juga mengirim dekrit kekaisaran?" Fan Xian bertanya dengan penasaran.     

Kasim Yao menggelengkan kepalanya, dan membalas, "Bagaimana mungkin dia berhak untuk melakukan hal itu?"     

Kasim Yao memerintahkan kereta untuk berhenti, setelah kereta melewati Xinjiekou. Deng Ziyue merasa sedikit tidak senang dengan hal ini, karena alun-alun di depan istana cukup luas. Itu akan membuat Komisaris Fan yang sedang terluka dan berada di atas kursi roda, harus menempuh jarak yang cukup jauh di tengah-tengah dinginnya cuaca bersalju.      

"Tolong mengertilah," kata Kasim Yao dengan malu-malu, "sejak kejadian terakhir, beberapa perubahan besar telah dibuat di antara penjaga kerajaan. Sekarang mereka diharuskan untuk mengawasi semua orang dengan lebih ketat. Sepertinya mereka berusaha untuk menakut-nakuti siapa pun yang menginjakkan kaki di dalam istana. "     

Mendengar ini, Fan Xian mengatakan: "Jangan membuat Kasim Yao merasa malu; ayo pergi."     

Deng Ziyue merasa kesal saat dirinya menatap gerbang istana yang jaraknya masih cukup jauh. Dia memindahkan Fan Xian ke atas kursi roda dari kereta, lalu segera membuka sebuah payung hitam untuk melindungi sang Komisaris dari salju. Setelah itu, seorang pejabat dari Dewan Pengawas mulai mendorong kursi roda tersebut. Salju menjatuhi atas payung, menghasilkan suara-suara kecil.     

Kasim Yao tidak cukup beruntung untuk mendapatkan perlakuan seperti itu, dia hanya bisa menutupi kepalanya dengan tangan sambil bergegas menuju ke gerbang istana.     

Fan Xian menunduk di bawah jubahnya untuk menghindari hembusan angin dingin. Setengah dari wajahnya tertutupi oleh kerah mantel berbulu, meski begitu dia masih bisa merasakan hawa dingin berusaha masuk melalui celah-celah di sepanjang jubahnya. Sinar matahari yang redup dan turunnya salju menciptakan suasana yang sedih.     

Para penjaga yang berada di gerbang istana menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada Kasim Yao. Para penjaga tampak takjub saat melihat beberapa pejabat yang tidak memiliki ekspresi, sedang berjalan melewati alun-alun yang dingin, sambil mendorong sebuah kursi roda dan memayungi orang yang duduk di atasnya.     

"Aku tidak ingat bahwa Direktur Dewan dipanggil untuk datang ke istana hari ini, jadi apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Kapten penjaga istana berkata dengan nada terkejut.     

"Orang itu adalah Komisaris Fan."     

Semua orang terkejut. Seketika itu juga, kapten itu memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membantu melindungi Fan Xian dari salju, serta membiarkan para tamu kehormatan ini masuk setelah melakukan pemeriksaan yang sederhana.     

Di tengah-tengah hembusan angin utara dan salju, Deng Ziyue mendorong kursi roda Fan Xian melewati lorong samping di sebelah aula utama. Seiring dengan perjalanannya, warna dinding istana menjadi semakin gelap, hingga pada akhirnya, mereka tiba di depan sebuah pintu yang berada di sisi kanan dinding istana.     

Di sana sudah ada seorang kasim yang menunggu mereka, dengan membawa payung berwarna polos. Dia segera memayungi Fan Xian dan mengantarnya ke kediaman para selir dengan berhati-hati.     

Deng Ziyue berdiri di luar pintu, saat menyaksikan Komisaris Fan pergi bersama dengan para kasim. Meski wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, ada sesuatu yang mengganggu benaknya. Sekeping salju jatuh di tepi matanya.     

"Bukan di perpustakaan istana?" Fan Xian mengerutkan kening, dan meminta Kasim Yao untuk berhenti menutupi dirinya dari hembusan angin untuk saat ini.     

Beberapa waktu yang lalu, ada yang mengatakan bahwa Yang Mulia telah kehilangan kesabarannya setelah harus menunggu Fan Xian. Sekarang, setelah Fan Xian ada di sini, para kasim muda itu menjadi bersemangat saat mereka berlari menuju ke dalam istana hingga membuat kursi roda Fan Xian berdecit, seolah-olah mereka sedang menginjak pedal gas dalam-dalam. Para kasim yang memegang payung ikut berlari sambil terhuyung-huyung. Jika bukan karena permukaan lantai istana yang halus, luka Fan Xian pasti sudah terbuka lagi.     

Dengan napas yang terengah-engah, Kasim Yao menjawab, "Ke kediaman para selir."     

Fan Xian merasa sedikit terkejut, dan wajahnya tampak pucat. Melihat ini, Kasim Yao teringat bahwa komisaris muda itu masih terluka. Dia sadar bahwa, meskipun Yang Mulia sudah menunggu Fan Xian terlalu lama, dia akan mengalami kesulitan jika sampai Fan Xian terluka lagi. Sehingga Kasim Yao memerintahkan para kasim muda untuk memperlambat laju mereka. Setelah itu, Kasim Yao menoleh ke arah Fan Xian dan bertanya, "Tuan muda, kau baik-baik saja, bukan?"     

Fan Xian mengangguk dan mengatakan: "Aku tidak serapuh itu."     

Tidak lama kemudian mereka tiba di kediaman Yi Gui Pin (ibu dari Pangeran Ketiga). Kasim Yao masuk terlebih dahulu untuk memberitahu kedatangan Fan Xian. Setelah beberapa saat, seseorang keluar untuk menyambut Fan Xian dan mengantarnya ke dalam.     

Yang Mulia Kaisar sedang duduk di tempat tidur yang hangat dengan pakaian kasualnya, sambil mengobrol santai dengan Yi Gui Pin. Pangeran Ketiga sedang duduk di sudut ruangan dengan tenang, sambil menulis sesuatu. Saat melihat Fan Xian masuk, sang Kaisar berhenti berbicara dan berbalik untuk melihat Fan Xian.     

"Kenapa kamu malah bepergian keluar, bukannya beristirahat di rumah?"     

Ada unsur kekhawatiran di dalam kata-kata tegurannya. Umumnya, seorang pejabat harus merasa bersyukur setelah mendengar ini, namun Fan Xian justru berbicara kepada dirinya sendiri secara sarkastis, "Jika benar kamu mengatakannya dengan sungguh-sungguh, mengapa baru menunjukkan perhatianmu setelah aku berusia 17 tahun? Jika kamu benar-benar khawatir dengan kondisiku, mengapa kamu memanggilku secara mendadak seperti ini?"     

Namun, Fan Xian berhasil tersenyum, meskipun hanya sesaat, dan mengatakan, "Yang Mulia, lukaku sudah hampir sembuh, oleh karena itu aku memutuskan untuk keluar. Dan sebenarnya, aku sedang dalam perjalanan untuk menjemput Wan'er. "     

"Wan'er ... pergi ke kediaman Lin? Kenapa? Tidak ada orang lain selain orang bodoh itu di sana." Yang Mulia tampaknya tidak senang keponakannya (Wan'er) masih menjalin hubungan dengan keluarga Lin.     

Yi Gui Pin melihat ekspresi Yang Mulia dan berusaha untuk mengganti topik pembicaraan dengan sedikit terkikik, "Fan Xian, tidakkah kamu takut kalau Menteri Fan akan memukulmu saat tahu bahwa kamu masih berkeliaran meski sedang terluka?"     

Yang Mulia terdiam sesaat dan tersenyum, "Fan Jian ... Dia tidak akan pernah memukulnya."     

Sekilas dia terlihat sedang bercanda, tetapi ada makna tersembunyi di balik kata-katanya. Fan Xian sedikit terkejut, lalu kembali tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

Yang Mulia melirik ke arah Pangeran Ketiga, yang masih menulis, dan berkata kepada Fan Xian, "Chengping sedang mempelajari beberapa karya sastra klasik yang pernah kamu tata di Perguruan Tinggi. Akulah yang menyuruhnya melakukan itu, tapi guru besar beranggapan tulisan-tulisan itu terlalu sulit untuk dia dapat pahami, bagaimana menurutmu? ... Chengping, beri salam kepada komisaris. "     

Pangeran Ketiga bernama Li Chengping. Berdasarkan aturan yang ada di Kerajaan Qing, para pangeran harus memperlakukan pejabat dengan sangat hormat, sehingga wajar jika Yang Mulia menyuruhnya untuk memberi salam kepada Fan Xian. Pangeran Ketiga berhenti menulis, berjalan menuju ke kursi roda, dan membungkuk di hadapan Fan Xian.     

"Aku tidak bisa menerima hormatnya. Ini terlalu berlebihan." Tapi Fan Xian tidak bisa menghindarinya karena dia sedang berada di kursi roda.     

"Sekarang kamu adalah seorang komisaris dari Perguruan Tinggi kerajaan, jadi kamu harus menerima hormatnya." Yang Mulia berkata dengan santai, seolah dia tidak bermaksud apa-apa. Namun, Yi Gui Pin tahu bahwa Yang Mulia bermaksud untuk membuat Fan Xian menjadi guru bagi Pangeran Ketiga. Saat mengingat kemampuan sipil dan bela diri Fan Xian, serta pengaruhnya di dalam istana, Yi Gui Pin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.     

Saat melihat istrinya tersenyum, Yang Mulia mengatakan, "Lihatlah dirimu, tersenyum seperti anak kecil."     

Alasan mengapa Yi Gui Pin bisa memenangkan hati Yang Mulia adalah karena dia tidak pernah menyembunyikan isi pikirannya, setidaknya itu yang terlihat di permukaan. Setelah mendengar kata-kata suaminya, dia terkikik dan mengatakan, "Aku berterima kasih banyak kepadamu Yang Mulia, karena telah menemukan guru yang baik untuk Chengping."     

Saat menyadari bahwa mereka berdua sedang mendiskusikan sesuatu yang melibatkan dirinya, Fan Xian merasa bahwa ini tidak adil, dia bertanya-tanya mengapa tidak ada yang meminta pendapatnya tentang hal ini.     

Pangeran Ketiga datang dengan membawa buku-bukunya. Setelah sekilas membaca buku-buku itu, Fan Xian mengangkat kepalanya dan mengatakan: "Karya klasik milik Tuan Zhuang sangatlah luar biasa. Wajar jika guru besar menganggap bahwa ini terlalu sulit. Namun, tidak ada ruginya bagi Pangeran Ketiga untuk mempelajari karya tulis ini."     

Mereka saling mengobrol ringan, di mana Fan Xian selalu memberikan jawaban yang bijak, karena dia tahu tahu bahwa Yang Mulia memiliki sesuatu yang serius untuk dibicarakan. Seperti dugaannya, setelah menghabiskan supnya, Yang Mulia berkata dengan santai,     

"Hujan salju di luar sudah berhenti ... Salju pertama harus selalu dihargai. Fan Xian, ikutlah denganku ke taman."     

"Baik, Yang Mulia."     

Yang Mulia berdiri, dan Yi Gui Pin memakaikan jubah burung bangau yang terbuat dari brokat merah dan dijahit dengan menggunakan rambut rakun, pada suaminya, sambil tersenyum.     

Salju telah berhenti pada saat mereka meninggalkan Istana Shufang, tempat Yi Gui Pin tinggal. Lantai istana tampak basah dan jernih, tanpa adanya salju. Beberapa tumpukan salju di atas semak-semak belukar di halaman. Langit kelabu, dinding merah, atap kuning, dahan-dahan pepohonan yang bersalju dan batu bata berwarna biru menciptakan pemandangan yang indah, di tambah lagi, udara di sana sangatlah bersih.     

Yang Mulia berjalan di depan dengan mengenakan jubahnya, sedangkan Fan Xian mengikutinya dari belakang, dengan kursi rodanya didorong oleh seorang kasim. Di sepanjang jalan, para kasim dan pelayan yang menyadari keberadaan mereka, akan berbalik arah dan menghindari mereka, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Mereka tidak perlu berlutut kepadaku di hari yang bersalju dan hujan." Yang Mulia tampaknya telah berhasil menebak apa yang sedang dipikirkan Fan Xian, dia lalu mengatakan, "Ini adalah aturan yang telah kutetapkan sejak aku dinobatkan menjadi Kaisar. Aku bosan dengan tradisi berlutut ini ... Di samping itu, bagaimana jika mereka berlutut dan merobek pakaian mereka? Badan keuangan istana-lah yang harus mengganti biayanya. "     

Fan Xian yang berada di kursi rodanya, membuka satu kancing di kerahnya, karena angin telah berhenti berhembus dan udara menjadi sedikit lebih hangat setelah salju berhenti turun. Setelah mendengar kata-kata Yang Mulia, Fan Xian tahu bahwa sang Kaisar ingin membahas keuangan istana, namun entah mengapa tidak mau melakukannya.     

Karena mulai merasa tidak senang dengan Fan Xian yang terus berdiam diri, Yang Mulia bertanya dengan dingin, "Di manakah putra kedua keluarga Fan sekarang berada?"     

Pada saat itu, mereka telah tiba di taman yang paling privat di istana, di depannya terdapat sebuah danau. Terdapat sebuah jembatan batu yang membentang melintasi danau serta terdapat sebuah paviliun di tengah-tengahnya. Di sana masih terdapat sisa-sisa salju yang belum meleleh, dan ini membuat suasana menjadi terasa dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.