Sukacita Hidup Ini

Surat Cinta



Surat Cinta

0Di sekitar jalan Shenzheng di ibu kota, tidak terdapat banyak kediaman, dan bahkan hanya ada sedikit orang yang bermukim di jalan ini. Tujuan utama berdirinya tempat ini adalah untuk mengirim pesan milik Fan Xian dan menerima laporan dari Wang Qinian yang berada di utara. Adik laki-laki Si Lili dan yang lainnya tinggal di rumah-rumah di sekitar tempat ini, dan mereka juga menyediakan ruang belajar untuk Fan Xian, untuk dia dapat gunakan saat berada di sini. Karena itulah, mereka jarang menyalakan penghangat.     

Mereka tahu bahwa sang Komisaris sedang dalam perjalanan menuju ke tempat ini, itulah sebabnya sekarang mereka menyalakan api untuk menghangatkan tempat ini. Namun cuaca dingin sudah berlangsung cukup lama, dan api penghangat tidak bisa menghilangkan rasa dingin. Fan Xian sedang duduk di kursi rodanya sambil meniup tangannya ketika dia memasuki tempat itu. Dia tersenyum kecut dan mengatakan, "Apakah kalian ini terlalu pelit untuk menyalakan api? Apakah dewan milik kita sudah semiskin itu?"     

Deng Ziyue sedang memanaskan piringan batu tinta di atas kompor, dan dia memanggil seorang bawahan untuk membawakan air panas, untuk mencairkan ujung pena yang sudah membeku. Saat mendengar kata-kata Fan Xian, dia tersenyum kecut dan membalas, "Tuan, Anda cukup sibuk akhir-akhir ini, dan Anda masih terluka, itulah sebabnya aku tidak membuat persiapan untuk kedatangan Anda hari ini."     

Fan Xian memang sedang sibuk belakangan ini. Dia mengangkat tangannya untuk menopang kepalanya saat melihat Deng Ziyue menggilas batu tinta dengan air hangat. Tidak lama kemudian, Deng Ziyue berhasil mencairkan tinta tersebut.     

Fan Xian mengangguk puas. Kemampuan anak buah favoritnya dalam menggilas batu tinta hampir sama baiknya dengan para dokter kerajaan. Dia mencelupkan ujung penanya ke dalam tinta dan mulai menulis di atas kertas putih ...     

Sial.     

Tinta itu membeku lagi.     

"Apa-apaan cuaca ini?" Fan Xian sangat kesal. Dia melemparkan pena bulunya ke lantai seolah-olah itu adalah dupa dan berteriak, "Kenapa di rumahku tidak sedingin ini!?"     

Deng Ziyue merasakan hembusan angin yang melewati seisi rumah. Dengan hati-hati, dia memberi tahu Fan Xian, "Pemanas di rumah Anda jauh lebih bagus. Bahkan, pada saat kami membeli rumah ini, belum ada pemanas sama sekali. "     

"Aku bahkan tidak tidur di sini." Fan Xian tampak kesal. Dia melanjutkan, "Kamu dan Wang Qinian sama-sama pelit. Dulu saat aku memberi Wang Qinian seribu koin, dia hanya menggunakan seratus dua puluh koin untuk membeli sebuah rumah yang bobrok ini. Apakah kamu ingin agar aku mati kedinginan?"     

Deng Ziyue merasa kasihan terhadap pemimpin Unit Qinian sebelumnya yang saat ini sedang berada di Kerajaan Qi Utara, karena selalu diolok-olok oleh sang Komisaris setiap hari. Dia menjelaskan alasan mengapa lokasi ini dipilih dengan mengatakan, "Tempat ini sunyi."     

"Ini namanya bukan sunyi." Fan Xian menatapnya dengan matanya yang melotot dan mengatakan, "Ini namanya murahan. Jika ada pejabat lain dari ibu kota yang melihat tempat ini, mereka akan mengira bahwa kita berasal dari departemen rendahan yang tidak berguna."     

Ada beberapa surat penting yang harus Fan Xian tulis hari ini, jadi dia menyudahi masalah ini. Dia kembali mencoba untuk menulis dengan menggunakan tinta yang sudah mulai mengeras, namun usahanya sia-sia. Setelah beberapa saat, dia menyerah, lalu memukul meja dan mengatakan, "Beri aku pensil!"     

Deng Ziyue dengan enggan mengeluarkan sebuah pensil dari pakaian ketatnya. Ketika dia memberikannya kepada Fan Xian, dia menatap Fan Xian dengan tatapan gelisah dan mengatakan, "Pensil ini mahal. Banyak orang yang bilang bahwa bahkan badan keuangan istana sudah tidak punya alat ini dalam jumlah banyak. Tolong Tuan, gunakanlah dengan hati-hati."     

Fan Xian mengambilnya dari tangan Deng Ziyue dan memberinya tatapan acuh tak acuh. Fan Xian berpikir bahwa itu hanyalah sebuah pensil; mengapa dia begitu pelit? Dia hanya perlu pergi ke tambang timah di Jiangnan dan mendapatkan beberapa timah. Dengan melakukan itu, Fan Xian dapat menyuruh badan keuangan istana untuk memberi mereka dua peti pensil. Satu peti pensil itu bisa dia gunakan untuk menulis sepuasnya sampai mati, dan peti satunya bisa dia gunakan untuk bermain di jalanan.     

...     

Pensil meluncur di atas kertas perkamen yang putih yang seputih salju. Seperti seorang wanita yang sedang bermain ski dengan anggun di lapangan es.     

Deng Ziyue tahu bahwa Fan Xian sedang menulis surat pribadi, jadi dia keluar dari ruangan. Di ruang belajar yang dingin ini, hanya ada Fan Xian yang sedang memegang pensil. Mulutnya menghembuskan uap yang menyebar di atas kertas, membuatnya tampak menyeramkan.     

Surat itu juga tidak kalah menyeramkannya. Meskipun itu adalah surat rahasia atas nama Dewan Pengawas, apa yang ditulis di sana adalah sesuatu yang sangat penting. Namun, karena surat itu ditulis dengan menggunakan pensil, itu berarti kata-kata di dalamnya dapat dihapus dengan mudah. Inilah yang membuat Fan Xian khawatir, jadi dia memutuskan untuk menggunakan kata-kata yang sedikit lebih abstrak dan sulit untuk dimengerti. Dia juga memastikan untuk menggunakan kode rahasia dan terminologi dewan saat menuliskan waktu.     

Surat itu ditujukan untuk Wang Qinian. Dan isinya menyangkut keluarga Cui. Keluarga itu telah dipersekusi oleh penduduk ibu kota, karena mereka telah ketahuan membantu sang Pangeran Kedua dan Xinyang dalam menghasilkan uang, yaitu dengan menyelundupkan banyak barang ke Kerajaan Qi Utara. Tapi karena rute yang mereka gunakan kurang terjamin, pengiriman menjadi terhambat dan itu membuat barang-barang produksi menumpuk.     

Barang-barang yang ditinggalkan di tengah rute penyelundupan dan sekaligus yang disimpan di dalam gudang di utara, bernilai 15-20% dari seluruh pendapatan Kerajaan Qing.     

Jika dilihat dari skala dan nilai operasi ini, seseorang dapat melihat bahwa sang Putri Sulung adalah orang yang sangat berani. Dan jika mengingat hubungannya dengan badan keuangan istana, jelas bahwa dia adalah orang yang korup hingga ke akarnya.     

Butuh waktu berbulan-bulan bagi Fan Xian dan Yan Bingyun untuk membentuk situasi ini. Mereka telah menghancurkan sang Pangeran Kedua dan menghalangi aktivitas keluarga Cui untuk mempersulit Xinyang. Sekarang, saat yang mereka tunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Fan Xian benar-benar ingin melenyapkan mereka serta tidak memberikan kesempatan untuk mereka dapat bangkit kembali.     

Dalam suratnya kepada Wang Qinian, baris terakhir bertuliskan: "Sudah waktunya untuk makan malam."     

...     

...     

Fan Xian tetap berada di kursi rodanya. Dia sedikit menggerakkan kepalanya saat dia menyentuh dadanya, tepat di atas lukanya. Bagian yang tertutup perban mulai terasa gatal. Setelah selesai menulis surat, tangannya hampir membeku. Dia tiba-tiba mulai merindukan kehidupannya di Danzhou. Saat itu Sisi selalu membantunya menyalin buku setiap hari, dan ketika tangannya mulai kedinginan, Sisi akan mendekatkan tangan Fan Xian ke dadanya untuk menghangatkannya. Payudaranya terasa begitu lembut dan nikmat untuk disentuh.     

Jantungnya berdegup kencang, dia segera mengambil pensilnya dan mulai menulis lagi. Surat keduanya ditujukan untuk Haitang. Namun, ketika dia mulai menulis surat ini, hatinya merasa tenang. Dia dapat menulisnya dengan mudah dan cepat, tidak ada yang spesial dari kata-katanya bahkan bisa dibilang agak kasar.     

Sejak dia kembali dari kerajaan Qi utara, dia selalu berkomunikasi dengan Haitang. Dia sangat menikmati bertukar surat dengan sahabat pena yang baru dia temukan di utara. Bagaimanapun juga, mereka adalah dua tokoh terkemuka dari kerajaan mereka masing-masing. Mempertahankan saluran kontak yang sehat adalah hal yang sehat untuk dilakukan, dan relasi seperti ini adalah sesuatu yang dapat dibangun di masa depan.     

Dalam suratnya sekarang, dia menuliskan tentang peristiwa yang baru-baru ini terjadi di Kerajaan Qing; termasuk kejadian di Kuil Terapung. Berita tentang upaya pembunuhan itu telah tersebar di seluruh dunia, termasuk Kerajaan Qi Utara. Tapi Fan Xian adalah orang yang terlibat langsung dengan kejadian itu, sehingga informasi yang dia tuliskan lebih detail dan jelas.     

Selain itu, dia juga menuliskan beberapa pesan rahasia. Pesan rahasia itu menunjukkan tekad dan kesiapannya untuk menyerang keluarga Cui. Fan Xian memberitahu Hiatang agar dia bisa menyampaikannya kepada Kaisar Qi yang penakut itu agar upaya kerja sama dapat dilakukan di antara mereka. Di akhir surat, Fan Xian menulis sebuah puisi sebagai bukti bahwa kemampuan menulisnya masih sama hebatnya seperti dulu.     

"Aku datang ke sini untuk menuai imbalanku, hasil dari jerih payahku bukanlah kemuliaan yang subur. Para leluhur-lah yang telah berbuat baik, tetapi aku takut tulang-tulang mereka tenggelam di bawah halaman kita yang kacau balau.     

Teman-teman lama di istana akan merindukanku, ketika jubah mereka terseret, dan ikat pinggang mereka berusaha melarikan diri. Rumor mengatakan bahwa cuaca di utara lebih dingin; bagaimana bisa mereka tinggal di sana?"     

Kata-kata ini dia kutip dari pusi yang berjudul"Kuhan Xing," karya Si Ma Guang. Fan Xian merasa puas dan bangga setelah membacanya, dia lalu menggosok-gosok kedua tangannya yang kedinginan. Dia berpikir bahwa puisi yang baru saja dia tulis ini terlalu sempurna. Tiap-tiap katanya mengandung belas kasih. Dia bertanya-tanya, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Haitang untuk dapat memahami makna di balik puisinya ini. Namun, ini bukanlah masalah bagi Fan Xian, karena dia senang membuat para wanita berpikir keras.     

Dia memastikan bahwa tidak ada yang kurang dari tulisannya, sebelum memasukkannya ke dalam amplop dan menyegelnya dengan perekat. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Dia diliputi perasaan tidak puas. Dia melihat amplop itu dan memikirkan wanita yang akan menerima surat itu, wanita yang tampak seperti gadis desa pada umumnya. Dia berpikir bahwa dirinya sedang menghadapi teman lama, ini membuatnya terdiam untuk sesaat.     

Setelah itu, dia mengeluarkan selembar kertas putih dan mulai menulis sekali lagi.     

"Duo Duo, apa kabar? Surat yang pertama ditujukan untuk urusan resmi, sedangkan surat yang ini hanyalah untuk obrolan ringan. Hari ini, telah turun salju di ibu kota untuk yang pertama kalinya dalam tahun kelima kalender Kerajaan Qing. Salju turun lebih awal daripada biasanya, tetapi aku yakin bahwa salju di Shangjing lebih lebat dan udara di sana lebih dingin. Pada hari itu, saat aku berada di kebunmu, aku dapat melihat beberapa buah beri di dekat pagar. Aku penasaran apakah buah-buah itu kini telah masak dan besar, siap untuk mewarnai salju yang putih di sekitarnya."     

"Dan bagaimana dengan bebek-bebek peliharaanmu? Kamu harus menjaga mereka dengan hati-hati dan tidak membiarkan mereka mati kedinginan. Di tempatku tinggal, bebek kuning, putih dan hitam sering tinggal di pedesaan. Aku dengar-dengar, orang-orang memberi makan ketiga bebek ini seolah-olah mereka adalah makhluk suci. Seharusnya kamu dapat membesarkan mereka dengan mudah. "     

"Hidupku baik-baik saja. Aku makan dan tidur dengan baik. Suasana di sekitar rumahku cukup tenang, dan dalam beberapa hari terakhir, adik perempuanku selalu sibuk di kantor kedokteran. Aku dengar bahwa itu adalah hal yang cukup langka di ibu kota. Wan'er telah kembali ke kediaman Lin hari ini dan pamanku yang lucu itu tampaknya sedang kesal, karena tidak mendapatkan banyak perhatian akhir-akhir ini. Aku ingin tahu, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?"     

Fan Xian menuliskan apa yang ada dipikirannya dengan gembira, seolah-olah dia sedang mengobrol ringan dengan Haitang secara langsung.     

"Dan benar bahwa muridku yang bernama Shi telah membuka bisnis rumah bordil. Bisnis itu berjalan dengan lancar. Makanan di sana sangat lezat! Mungkin suatu hari nanti, ketika kamu datang berkunjung ke sini, aku akan membawamu ke sana. Ooh, tiba-tiba aku teringat bahwa aku sudah lupa dengan nama restoran yang pernah kita kunjungi di Shangjing. Aku masih ingat betapa enaknya anggur di sana. Kurasa saat itu aku terlalu banyak berbicara hal-hal yang tidak penting denganmu, tapi aku tidak yakin berapa banyak yang kamu ingat."     

"Ngomong-ngomong, aku telah membaca suratmu berkali-kali. Tulisan di dalamnya membuat mataku sakit. Kamu adalah wanita yang kuat; jangan coba-coba meniru para sarjana dengan menyertakan puisi di dalam surat-suratmu. Meskipun aku ini adalah "Penyair Abadi", aku tidak tertarik untuk mengoreksi puisi-puisimu. "     

"Dalam suratmu yang terakhir, kamu telah memberitahuku tentang seberapa baiknya kabar Si Lili. Namun, aku tidak tertarik dengan hal itu lagi. Entah mengapa aku merasa pusing setiap kali menerima berita tentang dia darimu. "     

"Duo Duo, datanglah ke Kerajaan Qing. Istriku penasaran denganmu, dan aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu. Dapatkah kau mengajari warga negara asing, teknik Tian Yidao? Aku benar-benar tertarik dengan caramu berlatih."     

Sekilas, pertanyaan ini terlihat seperti pertanyaan biasa, tetapi dalam hati Fan Xian, itu adalah pertanyaan yang mesum, yang mengandung niat busuk.     

"Salju di luar jendela sudah mulai menebal. Pemuda di luar rumah masih memotong kayu, dan ini selalu membuatku terkejut, saat menyadari betapa banyaknya energi yang dimiliki anak-anak muda. Aku sendiri masih muda, tapi entah mengapa aku merasa sudah tua. Sulit bagiku untuk dapat merasa bersemangat saat melihat orang-orang di sekitarku dan mengamati kejadian-kejadian yang sedang berlangsung. Semuanya tampak sangat membosankan ... Badai salju di luar tampak sangat kuat. Mungkin badai itu ingin agar aku segera mengakhiri surat ini. Mungkin sampai disini dulu. Pemanas di ruangan ini terlalu jelek dan tidak mampu untuk menaikkan suhu tempat ini. Meskipun aku ingin berbicara lebih banyak, tidak mungkin aku dapat melawan keadaan cuaca yang buruk ini. Satu hal lagi, tolong jaga Sizhe. Terima kasih. Aku berharap yang terbaik untukmu. "     

Sekilas isi surat itu terlihat biasa saja, namun sebenarnya surat itu mengandung banyak informasi yang dapat dipetik. Fan Xian membaca surat itu sekali lagi sebelum menambahkan satu kalimat di bagian akhir. "Wang Qinian, jika kamu mengintip isi suratku lagi, aku akan membuat sepupunya Wu Tie pergi dan mengintip putrimu saat mandi."     

-----     

"Kenapa ada lebih dari satu surat?" Mata Deng Ziyue melebar saat dia melihat Fan Xian. Dia menghitung surat-surat di tangannya dan bertanya, "Anda menulis dua surat untuk Haitang?"     

"Kenapa kamu banyak tanya?" Fan Xian menegurnya. "Jalankan saja prosedur lama kita dan kirim surat-surat itu ke Shangjing."     

Deng Ziyue mengangguk dan segera meninggalkan rumah. Dia menyerahkan beberapa surat yang telah disegel kepada anggota Unit Qinian, yang sudah menunggu di luar, di tengah-tengah hujan salju. Mereka menghitung surat-surat di tangan dan mengajukan pertanyaan yang sama dengan Deng Ziyue. "Kenapa ada tiga surat?"     

Deng Ziyue menatap bawahannya dan bibirnya berkedut sebanyak dua kali. Dia menghela napas dalam-dalam, dan menjawab dengan dingin, "Kenapa kamu banyak tanya?"     

Mereka berdua saling bertatap-tatapan dan mengangguk sebelum berpisah. Mereka berpikir: Komisaris Fan telah menggunakan layanan pos tertinggi kerajaan ini hanya untuk mengirimkan surat cinta? Tindakannya itu terlalu berlebihan.     

-----     

Fan Xian tetap berada di atas kursi rodanya, saat dia pergi melewati sebuah taman yang berada di Jalan Shenzheng. Dia naik ke keretanya dan pergi ke kediaman Lin, untuk menjemput Wan'er dan Da Bao kembali ke rumahnya. Saat berada di dalam kereta, dia tiba-tiba bertanya, "Bukankah aneh jika aku tiba-tiba ditunjuk menjadi seorang guru di perguruan tinggi kerajaan? Dan lagi, aku sudah lama tidak mengunjungi kantor Mahkamah Agung. Mengapa aku ditunjuk untuk menjadi seorang Komandan Keadilan?"     

Deng Ziyue memutuskan untuk menjawab pertanyaan keduanya terlebih dahulu. Dia berkata kepada Fan Xian, "Ada dua Komandan Keadilan. Komandan Keadilan Ren adalah komandan utama, sedangkan Anda akan menjadi wakilnya. Tapi ini hanyalah jabatan yang dibuat-buat, Anda tidak perlu masuk setiap hari. Akademisi perguruan tinggi bertanggung jawab atas tujuh departemen yang ada di sana, kedua jabatan ini berada diatas peringkat keempat. " Dia mengingatkan Fan Xian, "Tuan, meskipun Anda adalah Komisaris dan tidak bisa menjadi politisi di pemerintahan, istana belum mengeluarkan pengumuman bahwa Anda dikeluarkan dari dua jabatan itu. Dan kali ini, sang Kaisar telah memerintahkan Anda untuk menerima dua jabatan yang dibuat-buat ini. Ini menunjukkan bahwa dia sangat peduli dengan Anda; Menurutku, tidak ada motif tersembunyi di balik keputusan ini."     

Fan Xian menggelengkan kepalanya. Dua jabatan ini adalah hal terakhir yang disebutkan sang Kaisar di dalam dekritnya. Pada awalnya, Fan Xian tidak menganggapnya serius, meski dia dapat merasakan adanya keanehan dalam pengumuman tersebut. Sang Kaisar adalah seorang pemikir, dan Fan Xian tidak yakin bahwa dia melakukan hal ini tanpa didasari motif tertentu.     

"Dua jabatan ini ... adakah yang sesuatu yang istimewa darinya?" Fan Xian mengerutkan alisnya saat dia berusaha mengartikulasikan kata-katanya dengan hati-hati.     

Deng Ziyue meluangkan waktunya untuk berpikir sebelum menjawab, "Komandan Keadilan adalah jabatan yang biasa dan tidak ada yang terlalu istimewa darinya. Posisi ini hanya bertugas untuk mengurus masalah-masalah milik Mahkamah Agung yang kurang penting, tetapi jabatan itu memungkinkan Anda untuk mengakses istana dengan lebih mudah. Di sisi lain, akademisi perguruan tinggi telah menjadi jabatan yang langka dalam beberapa tahun terakhir. Setelah beberapa kebijakan baru dibuat, posisi itu menjadi sedikit kacau. "     

Tiba-tiba Deng Ziyue menampar pahanya dan dengan gembira mengatakan, "Aku baru ingat! Di masa lalu, para akademisi dari Perguruan Tinggi mempunyai izin untuk memasuki istana dan mendidik para pangeran. Para akademisi adalah asisten dari para tutor."     

Fan Xian terdiam dan membuka mulutnya lebar-lebar, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia akhirnya mengerti mengapa sang Kaisar menempatkannya di dua posisi ini. Dengan menjadi Komandan Keadilan dan akademisi dari Perguruan Tinggi, itu berarti Fan Xian akan menjadi guru dari para pangeran.     

Intinya, dia bertugas untuk mengajar Pangeran Ketiga.     

Sangking terkejutnya, dia berteriak, "Aku tidak punya waktu untuk pergi ke istana setiap hari! Bukankah aku seharusnya pergi ke Jiangnan? Bagaimana bisa dia memberikan jabatan seperti itu kepadaku?"     

Kuda di depan kereta tiba-tiba meringkik. Sepertinya kereta itu berhenti karena suara teriakan Fan Xian. Lalu Fan Xian mengangkat tirai dan mendapati beberapa penjaga yang dipimpin oleh seorang kasim sedang menghalangi kereta mereka.     

Kasim Yao tampak ketakutan saat melihat Fan Xian yang ada di dalam kereta. Dengan gemetar, dia mengatakan, "Tuan, apakah Anda berkenan untuk mengikutiku? Yang Mulia Kaisar menginginkan kehadiran Anda di istana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.