Sukacita Hidup Ini

Tur Kebun yang Menegangkan (3)



Tur Kebun yang Menegangkan (3)

0Hong Zhu tidak mengira bahwa Komisaris Fan tahu namanya. Dia merasa terhormat dan menjawab sang Komisaris dengan riang, "Anda benar. Terima kasih, Tuan Komisaris, karena telah mengetahui nama hamba."     

"Ada kemungkinan bahwa pelayan-pelayan yang berada di dekat sang Kaisar adalah orang yang berbahaya," kata Fan Xian. "Karena aku adalah Komisaris Dewan Pengawas, aku harus selalu waspada ... selain itu, ada seorang pembunuh yang bersembunyi di antara jajaran para kasim di Istana Taiji belum lama ini ..."     

Hong Zhu terkejut dan tidak berani menjawab. Fan Xian melanjutkan, "Namun karena sang Kaisar telah mempercayaimu, maka tentu aku juga akan mempercayaimu ... Oh iya, aku dengar bahwa pekerjaan Kasim Dai saat ini cukup berat?"     

Hong Zhu meliriknya dan dengan ragu menjawab, "Benar, keadaan beliau sangat menyedihkan."     

"Hm." Fan Xian mengangguk. "Aku tidak peduli dengan hal-hal yang berbau tabu. Aku pernah berurusan dengan Kasim Dai sebelumnya — dia bukanlah orang yang jahat. Aku harap mulai sekarang kamu dapat membantunya."     

Hong Zhu bersorak dalam hatinya. Dia selalu berharap untuk dapat dipandang baik oleh Fan Xian melalui Kasim Dai. Dengan adanya permintaan ini, itu berarti dia punya peluang. Dia segera menjawab dengan penuh hormat, "Hamba tidak akan berani melupakan perintah Anda."     

Fan Xian tersenyum sedikit dan mengatakan, "Kalau begitu aku harus merepotkanmu. Jika keluargamu menghadapi kesulitan di masa depan, beri tahu aku." Dia tidak perlu memberi tahu caranya; Hong Zhu seharusnya sudah tahu bahwa dia dapat menghubungi Fan Xian melalui Yi Gui Pin.     

...     

...     

Lalu Fan Xian menuju kembali ke Istana Shufang, tempat kediaman Yi Gui Pin. Tiba-tiba, secara kebetulan, Fan Xian bertemu dengan Putri Besar Qi Utara yang belum pernah dia lihat sejak bulan September. Putri Besar Qi ini telah tinggal di dalam istana semenjak menikah dengan Pangeran Tertua, dan saat ini dia baru saja kembali setelah mengunjungi sang Permaisuri Janda. Dia terkejut saat melihat Fan Xian duduk di atas kursi roda. Namun, karena ini bukanlah tempat yang pantas untuk mereka dapat berbicara, dia hanya memberi hormat dan pergi.     

Yi Gui Pin melirik Fan Xian dan mengatakan, "Kalian telah melakukan perjalanan dari Qi Utara bersama-sama — mengapa kalian seperti orang asing?"     

Fan Xian tahu bahwa dia perlu mendapatkan sekutu di dalam istana yang dapat menjadi mata-mata bagi dirinya. Bagaimana mungkin dia melewatkan orang penting seperti Putri Besar? Namun, di hadapan semua orang, dia perlu berpura-pura untuk tidak terlalu kenal dengan Putri Besar. Dia menjawab, "Status kami berbeda. Selain itu ... harus ada jarak antara pria dan wanita."     

Yi Gui Pin tertawa dan mengatakan, "Hei anakku, kamu itu lebih cantik dari semua gadis cantik yang ada ... Aku tidak khawatir kalau kamu akan mengganggu mereka. Aku justru khawatir kalau merekalah yang akan datang mengganggumu."     

Fan Xian terkejut dan mengatakan, "Bibi, tolonglah jangan bicara seperti itu." Tiba-tiba Fan Xian merasa kesal saat melihat Pangeran Ketiga sedang belajar dengan rajin. Dia menggelengkan kepalanya dan bertanya, "Sang Permaisuri Janda benar-benar telah mengizinkannya pergi ke Jiangnan?"     

Nada bicara Fan Xian penuh dengan ketidakpercayaan. Yi Gui Pin memperhatikannya dan mengangguk.     

Sambil tersenyum Yi Gui Pin mengatakan, "Aku juga baru mendengar bahwa sang Kaisar mengizinkannya hari ini. Lagipula ... ini adalah keputusan yang baik. Mengapa sang Permaisuri Janda harus menentangnya?"     

Fan Xian tersenyum canggung dan berpikir, masalah ini tidak sesederhana itu. Setelah merenung sejenak, Fan Xian bertanya dengan serius, "Aku akan pergi ke Jiangnan, dan Pangeran Ketiga akan pergi bersamaku ... Bibi rela dia pergi?"     

"Air di sana jernih, udaranya bersih, dan orang-orangnya baik. Mengapa aku harus keberatan?"     

Yi Gui Pin tiba-tiba menyuruh Fan Xian untuk mendekat. Fan Xian mematuhi perintahnya, dia mulai maju ke depan. Ketika Fan Xian tiba di dekatnya, dia dapat mencium aroma wangi bunga anggrek dari tubuh Yi Gui Pin, dan dia bisa mendengar Yi Gui Pin berbicara kepadanya dengan gigi yang terkatup dan suara yang lebih rendah dari biasanya, "Bawa dia pergi sejauh dan selama mungkin dari istana. "     

Fan Xian terkejut. Sekarang dia tahu rencana pasif Yi Gui Pin. Dia menggelengkan kepalanya dan mengatakan, "Retret ke Jiangnan bukanlah suatu rencana ... selain itu, tidak banyak yang dapat kukerjakan di perbendaharaan Jiangnan, aku hanya datang untuk melihat-lihat. Aku tidak mungkin berlama-lama disana."     

Yi Gui Pin menyadari bahwa kata-kata Fan Xian itu benar. Yi Gui Pin menghela napas dan mengatakan dengan ekspresi kecewa, "Apa yang kamu katakan itu benar. Sang Kaisar juga tidak akan membiarkan kamu jauh dari Jingdou untuk waktu yang lama."     

Fan Xian berpikir sejenak sebelum mengatakan, "Pangeran Ketiga masih sangat muda, terlalu dini untuk Bibi untuk mulai khawatir ... selain itu, di istana masih ada sang Permaisuri Janda, dia akan menjaga cucu-cucunya dengan baik. Mereka tidak akan berani melakukan sesuatu yang kelewat batas ... " Fan Xian berhenti sejenak sebelum melanjutkan," Bagaimanapun juga, kita berbeda dari istana-istana lainnya. Kata-kata Menteri Fan masih mempunyai pengaruh, dan ayahku pun juga belum akan pensiun dalam waktu dekat dan lagi ... masih ada aku bukan ? "      

Setelah mendengar kata-katanya, Yi Gui Pin menjadi lebih tenang. Dia tahu bahwa pengaruh Fan Xian di istana telah tumbuh semakin besar semenjak beberapa peristiwa terakhir. Pemerintah dan istana adalah dua lingkaran yang saling mempengaruhi. Selama Yi Gui Pin memiliki seseorang yang dapat dipercaya di dalam pemerintah, dia dan putranya akan memiliki kehidupan yang lebih baik di istana.     

Setelah berbicara sampai sejauh ini, semua menjadi lebih jelas — YI Gui Pin sadar bahwa yang terbaik adalah membuat anaknya menjadi sedekat mungkin dengan klan Fan.     

"Membiarkan Pangeran Ketiga pergi ke Jiangnan bersamaku ... Aku harap bibi akan mengizinkanku untuk melakukan satu hal." Fan Xian melirik Pangeran Ketiga, yang sedang bersusah payah menguping pembicaraan mereka.     

"Apa itu?" Yi Gui Pin menjadi gugup saat melihat ekspresi Fan Xian yang serius.     

"Aku tidak terlalu ahli menjadi seorang guru. Asal bibi tahu, murid-muridku yang kutinggalkan di negara bagian, keberhasilan mereka semua berasal dari dedikasi mereka dalam hal belajar maupun bekerja keras selama bertahun-tahun." Fan Xian berbicara dengan serius, "Aku hanya bisa memperlakukan Pangeran Ketiga seperti adikku sendiri ... aku tidak bisa bersikap hormat setiap saat padanya."     

Saat mendengar kata-kata "perlakukan seperti adikku sendiri" Yi Gui Pin tersenyum senang. Sepertinya dia tidak tahu betapa sengsaranya Fan Sizhe saat ini di utara. Dia pun mengangguk dengan penuh semangat.     

Fan Xian menatapnya seolah-olah wanita di depannya adalah hantu dan dirinya berpikir, Kenapa bibiku ini terlihat seperti telah memenangkan undian? Dengan ragu-ragu, Fan Xian melanjutkan, "Mungkin ... terkadang ... aku ... akan memukulnya."     

"Mau pakai tangan ataupun kaki, itu terserah kamu!" Yi Gui Pin berbicara dengan lugas. Dia tertawa terbahak-bahak dan mengatakan, "Selama kamu tidak kelewatan, kamu dapat melakukan apa pun yang kamu inginkan."     

Yi Gui Pin menghela napas panjang dan mengatakan, "Kamu tidak tahu betapa takutnya aku setelah tahu tentang insiden rumah bordil itu beberapa hari yang lalu. Aku tahu bahwa dia biasanya dekat dengan Pangeran Kedua, tetapi siapa yang sangka bahwa Pangeran Kedua, si keparat ... itu, akan mempengaruhi Ping'er untuk melakukan hal-hal kejam seperti itu. Ping'er masih muda, apa yang anak kecil ini tahu? Dia hanya digunakan sebagai alat oleh orang lain ... untungnya kamu segera menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, entah seberapa besar amarah sang Kaisar. "     

Fan Xian dalam hati tersenyum dan berpikir, Anakmu sendiri juga bukan anak baik-baik. Meskipun baru berusia delapan tahun, pikirannya sudah dipenuhi dengan hal-hal yang rumit. Yi Gui Pin merendahkan suaranya saat mengatakan, "Tolong ajari dia untuk menjadi orang yang jujur ​​... bahkan jika pada akhirnya dia berubah menjadi seseorang yang tidak berguna seperti Raja Jing, setidaknya dia akan memiliki kehidupan yang damai."     

Mendengar kata-kata ini, Fan Xian merasa sangat tersentuh. "Ibu adalah hal terbaik di dunia." Lirik lagu ini benar. "Seorang anak yang tidak memiliki ibu, sama seperti sehelai rumput." Pengalaman hidupnya sendiri telah membuktikan kebenaran lagu ini.     

...     

...     

Masih ada waktu sebelum makan malam dimulai dan belum ada kabar dari istana mengenai sang Permaisuri Janda. Fan Xian menyukai kedamaian dan ketenangan sehingga dia memilih untuk menghabiskan waktunya di Istana Shufang sambil mengobrol santai dengan Yi Gui Pin. Mereka adalah kerabat, sehingga tidak terlalu tabu untuk mereka saling mengobrol. Selain itu, di dalam Istana Kerajaan yang dingin ini, tampaknya hanya istana Shufang yang memiliki ... rasa kemanusiaan.     

"Salam untuk Putri Chen."      

Lin Wan'er berjalan masuk sambil menggosok kedua tangannya. Hari ini, dia mengenakan rok berlapis sutra yang berwarna zamrud dan mantel sutra bermotif yang berwarna merah tua. Lengannya dibalut oleh syal yang terbuat dari bulu rubah; syal yang sangat lucu.     

Fan Xian mengulurkan tangannya dari kursi roda.     

Wan'er berjalan maju dan tanpa pikir panjang, meraih tangan suaminya yang hangat.     

Fan Xian dengan lembut menggosokkan tangan istrinya yang dingin dan bertanya, "Kamu datang seperti ini?" Pakaian ini berwarna hijau dan merah, merahnya tampak tua dan menyala, hijaunya tampak jernih dan agung. Kedua warna itu terlihat cocok dengan Wan'er. Namun, dia seharusnya mengenakan pakaian yang lebih mewah saat menghadiri perjamuan di istana.     

Lin Wan'er cemberut dan mengatakan, "Aku telah cukup lama menunggumu di rumah dan kamu tidak pulang-pulang. Su Wenmao telah mengirim seseorang dan baru saat itulah, aku baru tahu bahwa kamu telah dipanggil ke istana. Aku baru saja mengantar Dabao kembali ke rumah ketika aku dicegat oleh seorang kasim ... dan aku langsung dibawa ke istana. Setibanya di istana, aku langsung menemui sang Permaisuri Janda. Untungnya, beberapa selir sedang berada di sana, jadi aku tidak perlu mengunjungi istana mereka masing-masing. Aku mengobrol sebentar dengan mereka sebelum datang ke sini untuk bertemu denganmu. Aku tidak punya waktu untuk ganti baju. "     

"Oh, iya — di mana Dabao?" Fan Xian khawatir dengan kakak iparnya yang unik itu.     

"Jangan khawatir, Ruoruo ada di rumah." Lin Wan'er menerima handuk panas yang ditawarkan oleh salah seorang gadis pelayan, lalu menyeka tangannya dengan asal-asalan dan duduk di sebelah Yi Gui Pin. Dia memiringkan kepalanya dan tersenyum, "Apa yang sedang kalian bicarakan?"     

Yi Gui Pin tidak langsung menjawabnya. Dia memarahi gadis pelayan itu karena telah memberikan handuk panas kepada Tuan Putri ini — bagaimana jika dia nanti masuk angin? Setelah selesai memarahi gadis pelayan itu, dia tersenyum dan mulai menceritakan rencana sang Kaisar kepada Wan'er.     

Lin Wan'er melirik ke arah Fan Xian karena terkejut. "Apakah itu semua sudah diputuskan?"     

Fan Xian mengangguk, lalu mengangkat bahunya; tidak ada yang bisa dia lakukan. Tampaknya akan ada kejadian-kejadian yang menarik dalam perjalanannya ke Jiangnan yang akan datang ini.     

Seorang kasim datang dan mengundang lima tamu kehormatan untuk menghadiri perjamuan malam di Istana Hanguang. Yi Gui Pin segera menyeret Pangeran Ketiga untuk mandi, serta mengganti pakaiannya sendiri.     

Melihat ini, Fan Xian mengecilkan suaranya dan bertanya kepada istirnya, "Mengenai masalah yang aku minta untuk kamu diskusikan dengan sang Permaisuri Janda... bagaimana kabarnya?"     

Lin Wan'er melihat ke sekelilingnya sebelum menjawab, "Kamu ingin membatalkan pernikahan, tapi kamu tidak pernah membicarakan hal ini denganku sebelumnya ... permintaanmu ini terlalu mendadak, mana mungkin sang Permaisuri Janda setuju? Di samping itu, aku hanyalah seorang junior — tidak pantas bagiku untuk membahas masalah itu."     

Fan Xian menghela napas, "Ruoruo tidak mau menikah, apa yang bisa kulakukan sebagai kakaknya? Kamu benar, aku memang sedikit terlambat memberitahumu. Aku ingin menggunakan insiden Rumah Bordil Baoyue sebagai alasan untuk membatalkan pernikahan ini, di saat Hongcheng dibenci oleh istana. Siapa yang mengira bahwa akan menjadi serumit ini?"     

"Kamu tidak bisa membatalkan pernikahan keluarga kerajaan secara tiba-tiba." Wan'er mengerutkan keningnya. "Kamu terlalu memanjakan Ruoruo."     

"Dia adalah satu-satunya adik perempuanku," Fan Xian tertawa, "siapa lagi yang dapat kumanjakan kalau bukan dia?"     

"Kurasa kita memerlukan bantuan ayah." Wan'er terus memperhatikan bagian belakang ruangan untuk memastikan tidak ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, sebelum melanjutkan dengan suara yang pelan, " Kita tidak memiliki cukup wewenang untuk melakukannya. Suruh ayahmu untuk berbicara langsung dengan sang Kaisar."     

Fan Xian dengan khawatir menjawab, "Meskipun dua keluarga Fan dan Raja Jing sering berdebat, ayah masih menyukai Hongchen. Meskipun Hongchen sering pergi ke rumah bordil, ayah tidak mempermasalahkannya. Dia selalu bilang bahwa dia selalu memperhatikan Hongchen ketika dia tumbuh dewasa, dan belum lagi hubungan di antara keluarga Fan dan Raja Jing cukup dekat, kita tidak dapat memutuskan tali persaudaraan di antara kedua keluarga hanya karena sang Pangeran Kedua."     

Lin Wan'er terkikik. "Dulu, ayahmu adalah orang paling terkenal di Sungai Liujing. Tentu saja dia tidak mempermasalahkannya." Setelah mengatakan ini, Wan'er sadar bahwa tidak pantas bagi seorang menantu perempuan untuk mengejek ayah mertuanya; dia kembali tertawa untuk menyembunyikan kata-katanya.     

Fan Xian merasa cemas dengan masalah yang dihadapi Ruoruo, sampai-sampai dia tidak bisa tertawa. Wajahnya tampak putus asa. Belakangan ini, Ruoruo telah membuat dirinya terkenal di Rumah Sakit Kerajaan. Fan Xian hanya dapat berharap agar Haitang berhasil menjalankan rencananya, setidaknya hal itu akan mengundurkan pernikahan Ruoruo untuk sementara waktu.     

"Kenapa Paman memanggilmu ke istana?" Lin Wan'er menanyakan hal yang ingin dia ketahui. "Aku tahu bahwa kalian tidak hanya membicarakan Pangeran Ketiga."     

Fan Xian menatap istrinya dengan tenang. Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya untuk membelai rahang istrinya dengan lembut. Dia tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa. Bisakah dia mengatakannya kepadanya? Mengatakan bahwa, Pamanmu yang tersayang itu ingin agar suami tersayangmu ini mengerahkan semua kekuatannya untuk membuat ibu kandungmu yang tersayang jatuh miskin?     

Untungnya, pada saat ini, Yi Gui Pin dan yang lainnya telah siap untuk pergi.     

Gorden ruangan dibuka, membuat ruangan itu dipenuhi cahaya. Fan Xian berbalik untuk melihat Yi Gui Pin dan Putri Besar Qi Utara berjalan sambil bergandengan tangan. Kedua wanita itu mencuri perhatian semua orang, dengan kecantikan mereka. Alis mereka tampak seperti lukisan, bermartabat dan mulia. Fan Xian tidak bisa untuk tidak memuji mereka di dalam hatinya. Di matanya, mereka seolah-olah sedang bersinar.     

Putri Besar tersenyum tipis kepada Fan Xian, namun setelah itu, dia berjalan melewati Wan'er, yang sudah dia kenal sebelumnya, dengan sikap acuh tak acuh.     

The Winter Solstice [1][1] adalah suatu perayaan yang sama pentingnya dengan Tahun Baru. Pada hari ini, Kerajaan Qing sedang menikmati masa liburnya. Pemerintahan berhenti beroperasi, tentara beristirahat, perbatasan ditutup, dan para pedagang berhenti berjualan. Ini tidak hanya terjadi di Jingdou — Qi Utara juga merayakannya. Hari ini, semua orang menikmati momen bahagia dari hidup mereka.     

Merupakan sebuah tradisi bagi Kerajaan Qing untuk makan daging domba pada saat Winter Solstice. Di sekitar perumahan ibu kota, baik di dapur yang luas ataupun sempit, aroma daging domba melayang melewati celah-celah di jendela. Selain bau daging, juga ada bau paprika yang pedas, bau ramuan obat yang aneh, dan bau manis dari daikon. Paduan dari semua bau ini menciptakan aroma yang luar biasa lezat, memenuhi halaman-halaman rumah dan jalan-jalan di ibu kota. Siapapun yang mencium aroma itu akan meneteskan air liurnya.     

Di dalam Istana Hanguang, Fan Xian sedang menatap sepotong daging domba yang berbentuk telinga di ujung sumpitnya, serta jamur dan sayuran yang mengambang di atas sup putihnya, semua ini dilakukan dengan matanya yang lelah. Dia tidak bisa berhenti menghela napas — sungguh, daging domba di istana berbeda dengan yang ada di luar sana. Meski jauh lebih lembut, daging domba itu tidak memiliki rasa kehangatan.     

Tanpa adanya tahu dan daikon, bagaimana bisa dia makan daging domba ini? Masalah terbesarnya adalah bahwa daging domba itu sudah tidak panas lagi. Apa gunanya jika dia tidak bisa membakar bibirnya sampai mati rasa?     

Fan Xian akhirnya memaksakan diri untuk menghabiskan sup dan beberapa suap nasi yang dibumbui oleh saus. Dia mengunyah dengan perlahan-lahan, sambil memikirkan "pesta keluarga" yang membosankan ini. Matanya terfokus pada hidungnya, hidungnya terfokus pada bibirnya, dan bibirnya membelit ujung sumpitnya: dia benar-benar fokus. Telinganya diam-diam mendengarkan percakapan orang-orang kerajaan, namun tidak ada yang menarik baginya. Fan Xian sekarang tampak seperti pria kesepian yang duduk di atas kursi rodanya.     

Istana Hanguang adalah salah satu istana milik sang Permaisuri Janda. Istana ini adalah salah satu dari bangunan yang paling besar di Istana Kerajaan. Meskipun penampilannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan istana di Shangjing, Qi Utara, Istana Hanguang masih tergolong tempat yang sangat mewah. Cahaya lilin menerangi bagian dalamnya, seterang sinar matahari, dan membuat dekorasi-dekorasi di sekitar ruangan berkilau.     

Semua tamu makan dengan tenang. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani melihat ke arah wanita tua yang duduk di kursi paling atas, atau sang Kaisar dan sang Permaisuri yang ada di sebelahnya. Hari ini adalah hari Winter Solstice dan semua tamu yang diundang telah tiba, termasuk keluarga Raja Jing, dan Pangeran Kedua yang merupakan tahanan rumah. Ketika Pangeran Kedua dan Hongchen memasuki ruangan, mereka sedikit terkejut saat melihat Fan Xian, namun mereka tidak langsung menjerit marah.     

Fan Xian menggunakan sisa perhatiannya untuk melirik ke arah wanita tua yang duduk di panggung teratas. Ini adalah pertama kalinya dia melihat sang Permaisuri Janda. Sifatnya yang tidak kenal belas kasih masih dapat terlihat di antara kerutan alisnya. Harimau itu sudah tua dan sakit-sakitan, meski begitu kekuatannya masih dapat terlihat. Dengan adanya sang Permaisuri Janda di atas sana, bahkan Raja Jing yang biasanya gaduh, jauh lebih tenang hari ini.     

Meskipun Fan Xian tidak kenal dengan wanita itu, dia cukup mengenal istana ini. Dia pernah menyelinap masuk ke istana ini sebelumnya dengan menggunakan dupa untuk membuat semua orang tertidur dan mencuri beberapa barang. Setelah mengingat ini, dia memalingkan tatapannya dan kembali makan nasi yang dilumuri dengan saus. Tiba-tiba, dari atas panggung terdengar suara batuk seorang lansia.     

Fan Xian menundukkan kepalanya sekali lagi dan tidak mengatakan apa-apa. Dalam sekilas pandangannya, dia dapat wajah keriput dari seorang wanita tua. Dia sadar bahwa hidup sang Permaisuri Janda tinggal beberapa tahun lagi.     

"Nona muda Chen, duduklah di sebelahku." Sang Permaisuri Janda melihat ke arah cucu perempuannya yang berada di ujung ruangan, setelah itu dia melihat Fan Xian, yang bersembunyi di balik bayang-bayang, "Kemarilah," panggilnya.     

Wan'er bangkit berdiri dengan lembut dan tersenyum saat dia berjalan. Dia membungkuk di dekat telinga sang Permaisuri Janda dan membisikkan sesuatu sebelum melirik ke arah Fan Xian yang sedang makan nasi dengan ekspresi sedih. Dia mungkin sedang menceritakan sebuah lelucon untuk membuat wanita tua itu tertawa. Benar saja, sang Permaisuri Janda tertawa, lalu dengan nada bercanda dia mengomel, "Tampaknya kamu telah memberinya makan dengan baik di kediaman Fan — dia bahkan tidak berselera untuk makan makanan istana."     

Meskipun suaranya tidak keras, semua orang dapat mendengarnya dengan jelas, dan mereka semua tahu bahwa dia sedang berbicara tentang Fan Xian.     

Fan Xian hanya bisa tersenyum canggung. Dia berpikir, sepertinya Wan'er benar-benar sangat dicintai di dalam istana. Selama sang Permaisuri Janda dan sang Kaisar menyukainya, kedudukan istrinya itu di dalam istana sangatlah tinggi.     

Tapi Fan Xian masih merasa gugup. Hari ini adalah pertama kalinya dia melihat sang Permaisuri Janda. Dia merasa sedikit takut tiap kali melihat ke arah Janda Permaisuri. Seharusnya, seorang nenek tidak akan menatap cucunya yang nakal dengan tatapan rumit seperti itu. Tatapan itu mengandung kebahagiaan, kesombongan, keraguan, dan yang terakhir mengandung peringatan dan ketidakpedulian!     

Ketika sang Permaisuri Janda mulai berbicara, semua orang berhenti makan untuk mendengarkan apa yang hendak dia katakan.     

"Hari ini, sebagian besar dari kita telah berkumpul bersama ... Tahun lalu kondisiku tidak baik, sehingga kami tidak dapat mengadakan pesta. Namun hari ini, aku senang dapat melihat seperti apa wajah dari Pangeran Consort."     

Meskipun sang Permaisuri Janda berkata bahwa dirinya sedang senang, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia menoleh ke arah sang Kaisar dan mengatakan, "Sayangnya, adikmu yang ada di Xinyang tidak bisa hadir. Putri dan menantunya berada di Jingdou, namun dia berada jauh dari istana. Aku tidak suka dengan hal itu."     

Fan Xian tertawa dingin di dalam hatinya, saat menyadari bahwa mereka akhirnya membicarakan topik utama dari perayaan ini. Makna dari kata-kata sang Permaisuri Janda jelas: jika seorang Pangeran Consort seperti dirinya bisa menghadiri pesta kerajaan, mengapa Putri Sulung tidak bisa?     

Sang Kaisar mengatakan, "Melakukan perjalanan di tengah cuaca yang dingin seperti ini tidaklah mudah. ​​Saat musim semi tahun depan tiba, aku akan menyuruh Yunrui untuk kembali."     

Mendengar kata-kata ini, sang Permaisuri Janda mengangguk puas. Fan Xian dapat melihat bahwa lengan Pangeran Kedua, yang duduk di kejauhan, bergetar dengan tidak wajar. Fan Xian berasumsi bahwa saudara keduanya ini, yang telah dia siksa habis-habisan, merasa gembira saat mengetahui bahwa wanita yang dapat menyelamatkannya akan segera tiba di ibu kota.     

Namun ... mengapa sang Putra Mahkota terlihat aneh?     

...     

...     

Fan Xian tidak peduli dengan apa yang sang Permaisuri Janda katakan setelah itu. Baginya, pesta kerajaan ini benar-benar membosankan. Dia sesekali tersenyum canggung, tiap kali sang Permaisuri Janda membicarakan dirinya dengan nada bicara yang dingin.     

Fan Xian pernah mendengar kabar bahwa ketika dirinya sedang terluka, sang Permaisuri Janda telah mendoakan keselamatannya, dan bahkan dia juga memberikan sebuah gelang mutiara miliknya kepada Fan Xian. Fan Xian awalnya merasa tersentuh dan mengira bahwa wanita tua itu baik hati. Namun, setelah melihat wanita tua itu secara langsung, dia sadar bahwa bahwa selama ini tebakannya salah. Dia berkata kepada dirinya sendiri; Ah kalau begitu, mari kita coba bandingkan, hati siapa yang lebih keras. Anggota keluarga kerajaan secara alami terlahir dengan hati yang keras, tetapi aku adalah makhluk yang pernah terlahir sebanyak dua kali dan hatiku juga tidak selembut itu. Setidaknya, hatiku ini tiga kali lipat lebih keras daripada daging domba yang ada di dalam sup yang dingin ini.     

Karena sang Kaisar tidak bertindak seperti layaknya seorang Kaisar dan para menteri tidak bertindak seperti layaknya menteri; karena para ayah tidak bertindak seperti ayah dan para putra tidak bertindak seperti seorang putra; karena para kakek-nenek tidak bertindak seperti layaknya kakek-nenek dan cucu-cucunya tidak bertindak seperti seorang cucu: mengapa Fan Xian harus peduli dengan ikatan keluarga di antara mereka?     

Meskipun dia adalah seorang "penyair" yang kerjaannya hanya menjiplak karya milik orang lain, Fan Xian merupakan seseorang yang menyukai sastra. Dia tidak bisa menyembunyikan martabatnya. Di Istana Hanguang yang sunyi ini, dia duduk tegak dan mengencangkan punggungnya. Meskipun dia tersenyum tipis, senyumannya ini bukan ditujukan untuk menenangkan hati sang Permaisuri Janda. Dia tidak akan mau berpura-pura menjadi cucu yang polos hanya untuk membuat wanita tua itu senang. Untuk sesaat, percakapan di dalam Istana Hanguang terasa canggung dan dingin.     

Selain sang Permaisuri Janda, semua selir dan pangeran memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Fan Xian, dan mereka semuanya tahu bahwa Pangeran Consort satu ini bukan orang yang sembarangan. Mereka tahu bahwa Fan Xian sangat ahli dalam membuat orang lain tertawa, oleh karena itu, mereka bingung mengapa Fan Xian tidak menggunakan pesta keluarga ini sebagai kesempatan untuk meninggalkan kesan baik di mata sang Permaisuri Janda.     

Sang Kaisar tidak bereaksi. Dia berasumsi bahwa Fan Xian merasa kesal setelah mengetahui bahwa ibu mertuanya akan segera kembali ke ibu kota. Sang Permaisuri Janda berasumsi bahwa Fan Xian terlahir sombong, dan karenanya tumbuh rasa tidak suka di hatinya yang tua itu.     

Melihat situasi ini, sang Permaisuri menjadi gelisah, dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Fan Xian. Sedangkan Ning Cairen tampak meneguk dalam-dalam gelasnya, dan Lady Shu mengerutkan bibirnya. Yi Gui Pin tertawa untuk membuat sang Permaisuri Janda tersenyum dan berusaha mengalihkan perhatiannya dari Fan Xian.     

Sang Pangeran Tertua tampak bingung, Pangeran Kedua diam-diam tertawa, sedangkan Pangeran Ketiga menyaksikan adegan itu dengan terkagum-kagum. Sang Putra Mahkota tampaknya tidak memperhatikan ketegangan situasi itu. Hanya Raja Jing yang dapat menebak apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia diam-diam menggelengkan kepalanya dan berpikir, Fan Xian adalah pria yang selalu melakukan apa yang telah dia katakan — wajar jika dia duduk dengan bengah.     

Wan'er, yang berada di sebelah sang Permaisuri Janda, melirik ke arah Fan Xian dengan khawatir.     

...     

...     

Di malam yang dingin dan gelap itu, salju mulai turun lagi, satu per satu. Di dekat pintu Istana Kerajaan, Fan Xian terlihat sedang menunduk dengan ekspresi kosong, di atas kursi rodanya. Karena merasa khawatir, Lin Wan'er bertanya padanya, "Suamiku, apakah kamu baik-baik saja?"     

"Aku baik-baik saja." Fan Xian terus menundukkan kepalanya. "Aku hanya sedang meniru Di Feijing."     

Pengawal Macan dan Unit Qinian telah tiba. Fan Xian dan Wan'er naik ke kereta mereka dan segera pulang ke kediaman mereka. Di dalam kereta, Lin Wan'er bertanya kepadanya, "Siapa itu Di Feijing?"     

"Seorang pria yang menghabiskan seluruh hidupnya dengan kepala yang tertunduk." Fan Xian tersenyum. "Jangan membicarakan dia. Mari kita pulang untuk makan daging domba — Ayah dan yang lainnya pasti masih menunggu kita."     

[1] Titik balik matahari musim dingin     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.