Sukacita Hidup Ini

Pisau, Melihat Pisau Lagi



Pisau, Melihat Pisau Lagi

0Di dalam Kuil Terapung, kemarahan sang Kaisar telah mereda. Wajahnya kini tampak tenang, begitu juga serpihan kayu yang ada di bawah kakinya; begitu juga bercak darah yang ada di kuil; begitu juga tubuh para penjaga dan pembunuh; begitu juga orang-orang yang terluka dan pingsan. Aroma manis yang sebelumnya memenuhi tempat ini, kini sudah tidak ada lagi. Sikap sang Kaisar menunjukkan bahwa dia seolah-olah bukan sasaran upaya pembunuhan, yang telah direncanakan oleh musuh selama bertahun-tahun, seakan-akan mereka telah menikmati acara observasi bunga yang diadakan setiap tiga tahun sekali.     

Seseorang mulai membersihkan kekacauan di kuil. Banyak pasukan elit berkumpul di lantai paling atas. Jumlah mereka cukup banyak sampai-sampai orang akan percaya bahwa mereka dapat membuat seluruh kuil runtuh. Ekspresi wajah para penjaga yang bertanggung jawab atas keselamatan sang Kaisar terlihat sangat pucat. Sedangkan para kasim, termasuk Kasim Dai, tampak gemetaran. Mereka bertanya-tanya, akankah insiden ini mengubah nasib mereka? Atau akankah mereka dihukum mati?     

Sang Putra Mahkota berdiri, dengan air mata yang terus mengalir keluar dari matanya. Kemudian, dia dan Pangeran Tertua berlutut di hadapan sang Kaisar, mengatakan, "Kami sangat tidak berguna! Kami telah membuat ayah takut!"     

Pangeran Tertua mengucapkan kata-kata ini dengan serius. Dia telah membunuh musuh yang tak terhitung jumlahnya di wilayah barat, tetapi dia tidak menyangka bahwa dirinya tidak dapat berkutik di hadapan pembunuh yang mengincar nyawa ayahnya. Sedangkan Fan Xian, seseorang yang tidak pernah dia pandang dengan baik, telah menunjukkan kecakapan bertarung yang luar biasa dengan kecepatan dan kelincahan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.     

"Dia berada di peringkat kesembilan. Kalian adalah putra Kaisar, tidak dapat bereaksi dalam situasi sulit seperti itu adalah hal yang wajar." Sang Kaisar sepertinya tidak menyalahkan putra-putranya, saat dia melihat ke arah pembunuh tingkat sembilan yang telah mati di tangan Kasim Hong. Alisnya tampak berkedut saat melihat cangkir anggur yang rusak, yang sebelumnya terinjak oleh sang Putra Mahkota secara tidak sengaja.     

Sang Kaisar lalu dengan lembut memeluk Pangeran Ketiga, yang masih syok. Dia kemudian melirik ke arah ladang bunga krisan yang berada di bawah kuil. Dia dapat melihat bahwa anak buahnya sedang mengejar si pendekar putih di lereng gunung.     

"Biarkan aku pergi," kata Kasim Hong yang berada di belakang sang Kaisar. Dia merasa dia tidak perlu tetap berada di sisi sang Kaisar setelah upaya pembunuhan gagal. "Belum lama ini Fan Xian sakit, biarkan aku yang membantunya."     

Sebelum Fan Xian pergi dia telah meninggalkan sekantong obat di lantai. Dia tahu bahwa pasti ada seseorang yang secara tidak sengaja menghirup asap beracun miliknya, oleh karena itu dia meninggalkan obat penangkalnya sebelum pergi. Saat melihat sekantong obat itu, sang Kaisar berpikir bahwa anak itu benar-benar perhatian. Sang Kaisar tampak merasa bersalah saat memikirkan hal ini. Sekarang dia baru ingat bahwa Fan Xian telah menderita penyakit belum lama ini. Sebelumnya Kasim Hong telah mengunjungi Fan Xian untuk mengkonfirmasi penyakit yang dideritanya, dan dari sana Kasim Hong tahu bahwa itu bukanlah penyakit sembarangan.     

Ujung jari milik Kaisar dengan ringan mengetuk pagar Kuil, menimbulkan suara. Di bawah, Fan Jian melihat ke atas saat mendengar suara itu.     

"Kamu tidak perlu pergi." Sang Kaisar dengan dingin berkata kepada Kasim Hong. "Aku bisa mengirim orang lain."     

Setelah kalimat itu terucap, muncul suara-suara aneh dari kaki gunung yang berada di bawah Kuil Terapung. Beberapa sosok bayangan muncul dari kegelapan dengan membawa pedang panjang. Mereka berlari menuju ke ladang bunga krisan. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyusul para penjaga istana yang sudah terlebih dulu bergerak ke arah yang sama untuk menghadang si pembunuh. Mereka semua sedang mengikuti jejak tiga orang.     

Di dekat Kuil Terapung terdapat sebuah jurang yang kemiringannya sangat curam     

Fan Xian berlari melintasi jurang dan ladang bunga krisan yang menghiasi lokasinya. Sambil terus berlari dia mengulurkan tangannya untuk memetik beberapa bunga krisan. Dia lalu meremas bunga-bunga itu dan menghirup wangi bunga. Dia seolah-olah baru saja menghirup opium. Zhenqi mengalir deras di dalam tubuhnya dan aroma bunga yang telah dia hirup, telah membantu proses pemulihan energi dan kekuatannya. Kakinya seolah-olah memiliki sepasang mata saat dia berlari melintasi bebatuan dengan akurasi yang sempurna seperti naga yang sedang mengamuk. Dengan kecepatan yang luar biasa, dia berlari menuruni gunung.     

Dalam hal menuruni tebing-tebing, tidak ada yang lebih cepat darinya selain Paman Wu Zhu. Selain itu, setelah bertarung dengan pendekar putih, zhenqi di dalam tubuh Fan Xian telah meningkat banyak karena dorongan adrenalin. Dengan kekuatan dan mental baja yang dimilikinya saat ini, dia merasa bahwa dia telah mencapai puncak kemampuannya. Bahunya yang terluka bukan masalah baginya.     

Tidak lama kemudian, Fan XIan dapat melihat sosok bayangan putih yang hanya sejauh belasan meter di depannya. Bayangan itu tampak menghilang sesekali. Cara pendekar itu bergerak sangatlah anggun, seperti kelopak bunga yang tertiup angin. Setiap langkah kakinya mendarat dengan lembut, tanpa mengurangi kecepatannya. Tapi tetap saja, langkah kaki Fan Xian-lah yang lebih cepat karena memiliki gaya gravitasi yang lebih besar.     

Jarak di antara mereka semakin berkurang.     

Para penjaga istana yang berusaha mengejar Fan Xian, masih mencari keberadaan Fan Xian dan lama-kelamaan mulai tertinggal dan kehilangan jejak. Tuan Ye Zhong, yang terkenal ahli dalam ilmu bela diri Zhong, berusaha mengikuti Fan Xian dan si pembunuh dari kejauhan.     

Dalam sekejap mereka berdua tiba di kaki gunung. Fan Xian dapat melihat bendera Pengawal Kerajaan di kejauhan, dan itu membuat pikirannya menjadi lebih tenang. Tetapi pada saat itu juga dia menyadari bahwa pendekar putih di depannya telah mengubah rute pelariannya. Pendekar itu pergi ke tepi hutan di kaki gunung dan berlari ke arah barat. Kini mereka telah mencapai permukaan tanah yang rata, sehingga Fan Xian mulai mengalami kesulitan untuk memperpendek jaraknya dengan si pendekar. Untungnya, pendekar putih itu sebelumnya telah terluka akibat dari serangan Ye Zhong, sehingga dia tidak dapat berlari dengan kecepatan penuh dan Fan Xian masih dapat mengikutinya.     

Tapi, saat melihat kemana musuhnya berlari, Fan Xian dapat merasakan bahaya.     

Sulit bagi mereka yang ada di atas gunung untuk berkomunikasi dengan mereka yang ada di kaki gunung. Berita tentang upaya pembunuhan sang Kaisar telah dikirim ke bawah gunung dan diterima oleh pengawal kerajaan yang berjaga di kaki gunung. Sayangnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Pendekar putih itu telah memilih rute yang paling sulit dijangkau oleh Pengawal Kerajaan yang ada di kaki gunung. Dia memilih untuk masuk ke daerah hutan liar, meski hutan itu tidak terlalu luas, namun semak-semak dan pepohonan yang ada di sana dapat membantunya untuk bersembunyi.     

Fan Xian terus mengejarnya diam-diam sambil berharap bahwa pasukan pengawal kerajaan tidak mengacau dalam situasi ini dan sudah mengepung sisi-sisi hutan ini.     

Fan Xian merasa senang saat melihat sekelompok pasukan kerajaan telah berjaga di luar hutan. Namun tiba-tiba pendekar putih itu berbelok tajam dengan cepat, ke arah jam dua.     

Fan Xian terus mengikutinya.     

Pendekar putih itu mengubah haluannya sekali lagi.     

Fan Xian terus mengikuti dia dengan saksama.     

Setelah beberapa kali mengubah haluannya, pendekar putih itu berhasil mempertahankan kecepatannya dan menjaga jarak dari pengawal kerajaan. Sedangkan Fan Xian terus mengikutinya dari belakang, dan dia tidak dapat membuang napasnya untuk memanggil bantuan. Tiba-tiba, seakan telah mendapatkan kesempatan kedua, pendekar putih itu mempercepat langkahnya dan berlari ke arah sebuah danau.     

...     

Fan Xian menggertakkan giginya saat dirinya berlari secepat mungkin. Dan tidak lama kemudian, dia menyadari sesuatu yang mengerikan.     

Pembunuh yang dia ikuti telah berhasil menghindari pengawal kerajaan.     

Lahan di depannya kini telah kosong, tanpa ada satu pun penjaga di sana. Fan Xian terkejut, dia tidak dapat mengerti bagaimana bisa pendekar putih ini menghindari tatapan dari semua para pengawal kerajaan Qing. Fan Xian berasumsi bahwa selain pendekar putih itu dapat berlari dengan cepat, dia cukup familiar dengan sistem pemerintahan, angkatan militer, dan istana Kerajaan Qing.     

Fan Xian teringat dengan Gong Dian, yang sejak hari ini belum terlihat di Kuil Terapung sama sekali. Bulu kuduknya berdiri saat dia memikirkan kemungkinan ini, tetapi kemudian dia berkata pada dirinya sendiri bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk memikirkan konspirasi semacam itu. Ye Zhong terlalu besar dan para pengawal terlalu lambat - tidak ada orang yang dapat memperlambat kecepatan berlari si pembunuh. Fan Xian tahu bahwa dia akan mengalami kesulitan, jika dia sampai membiarkan pendekar putih itu hilang dari penglihatannya.     

Fan Xian tidak dapat mundur, dia hanya bisa terus mengejar. Hanya ini pilihannya.     

Fan Xian percaya dengan kemampuannya dalam melacak. Terutama saat dia berada di Utara; dia mampu mengejar Xiao En, yang merupakan penjahat paling terkenal di seluruh dunia. Dia yakin bahwa tidak ada yang dapat kabur darinya, selain keempat Guru Agung.     

Tetapi, banyak kejadian tak terduga yang telah terjadi pada hari ini, dan hatinya telah merasakan perasaan yang mengerikan. Pertama, para pembunuh itu telah berhasil membobol kepungan pengawal kerajaan dengan mudah, dan kedua, pendekar ini mampu menghindari kejaran Fan Xian dengan tingkat efisiensi yang bukan main. Mulai dari kaki gunung hingga sampai di danau, pendekar itu berlari melewati banyak ladang dan sawah. Fan Xian bahkan sempat kehilangan musuhnya selama beberapa kali, dan jika bukan karena penglihatan supernya - dan sedikit keberuntungan – dia tahu bahwa musuhnya pasti sudah berhasil kabur beberapa saat yang lalu.     

Selama pelariannya, pendekar putih itu selalu tampak tenang. Dan Fan Xian mengagumi hal itu, dia merasa bahwa seolah-olah itu adalah bakat alami si pembunuh yang tersembunyi. Fan Xian telah berhubungan dengan Dewan Pengawas sejak masih kecil, jadi dia tahu seberapa lama dan seberapa keras latihan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berlari seperti pendekar putih di depannya.     

Fan Xian menyadari bahwa bahwa metode yang musuhnya gunakan untuk menghapus jejaknya pada saat berlari itu benar-benar hebat, dan jelas menunjukkan bahwa dia adalah seorang profesional. Itu adalah hal yang mengerikan untuk dilihat, namun terasa familiar. Tiba-tiba dia berpikir bahwa orang ini tampak sangat nyaman saat berada di dalam kegelapan. Pakaian putih yang orang itu kenakan tidak sesuai dengan sifatnya.     

Fan Xian merasa bahwa inilah sifat asli si pendekar putih. Dia adalah orang yang tenang, tegas, dan kejam. Ini adalah atribut-atribut terbaik yang bisa dimiliki oleh seseorang.     

Meskipun tebasan-tebasan pedang si pendekar putih sebelumnya tampak kuat dan menyilaukan, Fan Xian merasa bahwa hal itu tidak semengejutkan seperti persepsi gelap yang telah si pembunuh ini tunjukkan pada saat dirinya melarikan diri sekarang. Baru sekarang pendekar putih itu menggunakan kekuatannya yang sebenarnya, dan Fan Xian merasa bahwa orang itu memiliki kekuatan yang lebih besar dari seorang Xiao En. Bahkan mungkin lebih besar dari kekuatannya sendiri.     

Seiring berjalannya waktu, Fan Xian semakin merasa gelisah dan khawatir. Dia sadar bahwa dirinya terlalu bersemangat dan terburu-buru saat masih berada di Kuil sebelumnya. Baru sekarang Fan Xian dapat mengukur kekuatan musuhnya yang sebenarnya. Jika Ye Zhong tidak melukai orang itu, mungkin satu-satunya hal yang harus dilakukan Fan Xian adalah berhenti mengejar dan menjauh dari pria yang berpakaian serba putih itu.     

...     

Mereka berdua kini dapat melihat kota dan tembok-tembok kota di kejauhan. Langkah kaki pendekar putih itu mulai melambat saat dia membuang jubah putihnya dengan satu tangannya. Pakaian yang dia kenakan tampak biasa, jenis yang biasa dipakai oleh warga sipil.     

Jubah putihnya mendarat di tanah, dan sedetik kemudian, Fan Xian menginjaknya, saat dia berlari secepat angin.     

Fan Xian menyadari bahwa musuhnya kini telah berada cukup jauh darinya dan menyamar sebagai warga sipil. Fan Xian merasa takjub padanya, musuhnya ini tidak seperti pembunuh-pembunuh yang pernah dia temui, yang biasanya akan menghindari tempat ramai dan pergi bersembunyi ke hutan. Orang ini berniat untuk bersembunyi di tengah-tengah warga ibu kota yang jumlahnya ribuan. Meski Dewan Pengawas menggunakan seluruh aset miliknya, mereka mungkin akan mengalami kesulitan untuk menemukan orang ini.     

Hari ini, keluarga kerajaan telah berkumpul di Kuil Terapung, dan ini membuat keamanan di ibu kota menurun. Para penjaga gerbang hanya bisa menggosok mata mereka dengan kebingungan saat melihat sesosok bayangan orang melewati mereka.     

Fan Xian dengan jelas dapat melihat bahwa orang yang dia kejar kini telah berbaur dengan kerumunan penduduk. Fan Xian berlari melewati gerbang kota dan para penjaganya tanpa berhenti.     

Penjaga gerbang tidak menghentikannya, jadi dia masih bisa mengikuti pembunuh itu dengan leluasa. Ibu kota memiliki tata kota yang rumit, dan itu memudahkan si pembunuh untuk bersembunyi. Fan Xian berusaha sebisa mungkin untuk tidak kehilangan pandangan terhadap si pembunuh itu. Untungnya, mentalnya berada pada kondisi yang terbaik dan kecepatannya larinya masih stabil.     

Satu sedang berburu dan satunya lagi berusaha menutupi jejaknya. Aksi kejar-kejaran itu terjadi di dalam gang-gang sempit yang terdapat di sekitar area perumahan ibu kota. Pengejaran yang dilakukan Fan Xian kali ini mungkin tidak seberbahaya pengejaran yang pernah dia lakukan di sepanjang tepi sungai di Kerajaan Qi Utara, namun ketegangan yang dihasilkannya benar-benar mendebarkan.     

Di sudut-sudut bangunan, muncul sesosok bayangan orang yang sedang berlari. Dengan menggunakan sepatu kainnya, dia berlari melewati pasar yang ramai hanya dalam sekejap. Tiba-tiba sosok bayangan itu menabrak seorang pedagang manisan buah. Melihat ini, Fan Xian sadar bahwa pembunuh itu sedang terluka parah, sepertinya dia mulai kehilangan kendali atas tubuhnya.     

...     

Mereka tiba di sebuah gang yang buntu. Setelah berlari cukup lama, Fan Xian akhirnya berhasil memojokkan orang itu. Mereka berdua tampak kelelahan setelah berlari sekian lama. Wajah Fan Xian tampak pucat, dengan pipi yang kemerahan. Namun, matanya bersinar cerah. Ini menunjukkan bahwa zhenqi di dalam tubuhnya telah mencapai kapasitas maksimum.     

Kondisi pembunuh itu tampak lebih buruk. Darah tampak merembes keluar dari pakaian barunya.     

Pembunuh itu berbalik untuk memperlihatkan wajah yang Fan Xian sama sekali tidak kenal. Wajahnya juga tampak pucat, seolah-olah dia belum pernah melihat sinar matahari dalam waktu yang lama. Namun, Fan Xian tidak tahu jika pembunuh itu sedang menyamar. Pembunuh itu berjarak sepuluh langkah darinya.     

Pembunuh itu lalu berkata dengan menggunakan suaranya yang serak, "Tuan Fan, apakah kamu belum lelah?"     

Fan Xian terkejut, lalu mengatakan, "Aku tidak menyangka kamu akan berlari sejauh ini."     

Pembunuh itu tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk meraih pedang kuno miliknya. Setelah dia memegang pedangnya, tatapannya benar-benar berubah. Dia telah berubah dari seorang pembunuh yang melarikan diri menjadi seorang pendekar pedang yang arogan.     

"Aku tidak pernah berencana untuk membunuhmu."     

Fan Xian tidak menanggapinya. Dia tahu bahwa jika lawannya tidak terluka, lawannya akan mengatakan sesuatu yang jauh lebih buruk. Dia dapat merasakan hawa dingin dari bilah pedang milik si pembunuh yang berada di ujung gang. Fan Xian perlahan-lahan meletakkan jarinya di pelatuk crossbow miliknya, lalu bersiap untuk mengambil pisau yang tersembunyi di dalam sepatunya dan melempar sebotol asap beracun miliknya ... Namun ketika dia melakukannya, dia menyadari bahwa pisaunya tidak ada, asap beracunnya telah habis, dan crossbownya kehabisan anak panah.     

"Kamu tidak bisa apa-apa lagi." Pembunuh misterius itu dengan dingin mengejek. "Kamu dari awal hanya punya tiga anak panah, satu pisau dan empat belas bom asap. Dan sekarang? Sekarang kamu telah kehabisan senjata."     

Fan Xian perlahan-lahan melihat ke tanah saat ekspresi wajahnya menjadi gelap. Dia sadar bahwa dia telah berlari ke kota dengan tangan kosong. Tiga senjata kesayangannya, yang selalu membantunya di masa-masa sulit, kini tidak ada. Dengan senjata-senjata itu, barulah dia dapat bertarung dengan Haitang secara seimbang. Sekarang apa yang bisa Fan Xian lakukan tanpa senjata-senjata andalannya? Dia berharap bahwa kemampuan bertarung lawannya akan berkurang karena sedang terluka dan mungkin setelah ini Wu Zhu akan segera tiba.     

Namun, zhenqi di dalam tubuhnya telah mencapai kapasitas maksimum dan tekadnya belum bergeming. Zhenqinya sedang berputar-putar di dalam nadinya, seperti anak-anak nakal yang tak terhitung jumlahnya, berusaha untuk meyakinkan dia untuk melepaskannya ke musuh. Tapi tiba-tiba ... Fan Xian menarik napas dalam-dalam dan mengurungkan niatnya untuk bertarung. Dia melihat ke arah musuhnya yang sedang tersenyum, dan mengatakan, "Katakan siapa dirimu. Aku akan berhenti mengejarmu jika aku merasa puas dengan jawabanmu."     

Fan Xian telah mempertaruhkan nyawanya untuk mengejar pembunuh ini sampai ke ibu kota, hanya untuk melakukan tawar-menawar. Upaya pembunuhan yang terjadi di Kuil Terapung terlalu aneh baginya. Hari ini Gong Dian tidak masuk, lalu tiba-tiba muncul pendekar pedang yang entah datang dari mana, dan hari ini juga terkuak adanya mata-mata di dalam Kerajaan Qing. Ketiga hal ini adalah hal yang patut dipertanyakan dalam keseluruhan insiden ini. Yang jelas, ketiga hal ini mengarah kepada satu kesimpulan, yaitu pembunuhan ini bukan didasari oleh satu pihak saja, namun ada seseorang di dalam birokrasi Kerajaan Qing yang membantu musuh dengan memberikan mereka informasi-informasi negara.     

Fan Xian hanya ingin tahu tentang bagaimana semua ini dimulai. Dia menginginkan fakta, bukan aksi balas dendam demi upaya pembunuhan terhadap sang Kaisar. Dia bukanlah seorang pejabat negara yang naif. Dia hanya ingin tahu tentang hubungan antara dirinya, ayahnya dan Dewan Pengawas terhadap upaya pembunuhan ini.     

"Jangan bicara tentang integritas." Fan Xian masih melihat tanah. "Kamu dan aku sama. Kita berdua tahu bahwa janji itu tidak ada artinya. Beri aku informasi yang aku butuhkan maka aku akan membiarkanmu pergi."     

Pembunuh itu terdiam dan tampak ragu-ragu. Tetapi ketika Fan Xian mengira bahwa lawannya akan menerima tawarannya, pembunuh itu mengatakan, "Ah, tapi masalahnya, aku juga bisa membunuhmu sekarang untuk pergi dari sini."     

Dunia ini merupakan tempat yang luar biasa. Sebelumnya, Fan Xian telah menolak usulan sang Pangeran Kedua untuk berdamai, di saat semua orang merasa bahwa dia seharusnya melakukan hal yang sebaliknya. Sekarang, seseorang telah menolak usulannya.     

Dengan apa? Kekuatan?     

...     

Kilatan cahaya pada bilah pedang milik si pembunuh tampak menerangi seisi gang. Daun-daun di tanah mulai terangkat dan berputar di antara dua petarung karena terkena tekanan energi pedang kuno milik si pembunuh. Pedang itu kini mengarah ke Fan Xian.     

Sama seperti saat di atas Kuil Terapung, zhenqi di tubuh Fan Xian mengalir ke telapak tangannya. Seolah ingin membelah langit, dia mengangkat telapak tangannya dan mengarahkannya ke wajah musuh. Dia melepaskan hembusan angin yang kuat tanpa mengalihkan pandangannya ke pedang panjang yang sekarang melesat ke arahnya.     

Hembusan angin yang dihasilkan telapak tangan Fan Xian begitu kuat hingga membuat rambut si pendekar pedang terhempas ke belakang, menyerupai duri-duri yang tajam.     

Kemampuan bela diri Fan Xian tidak sehebat lawannya, sehingga dia harus mempertaruhkan nyawanya untuk dapat menyerang. Dia tahu bahwa semakin kuat seorang pembunuh, semakin mereka menghargai nyawa mereka. Karena inilah, Fan XIan berpikir, lawannya akan merasa bahwa mereka dapat membunuh dirinya dengan mudah, sehingga mereka akan memilih untuk menyerang tanpa mempertaruhkan nyawa mereka.     

Pendekar itu mengarahkan ujung pedangnya ke tangan Fan Xian. Kemudian, dengan kecepatan yang luar biasa, Fan Xian menarik tangannya dan melayangkan tinjunya ke arah pelipis si musuhnya. Tinju itu serangan yang sederhana akan tetapi, tinju itu bergerak dengan cepat dan kuat.     

Pada saat ini, pendekar itu melakukan sesuatu yang tidak dapat Fan Xian prediksi.     

Pendekar itu membatalkan serangannya, dan memilih untuk melempar pedangnya.     

Pedangnya melayang ke arah tenggorokan Fan Xian. Pada saat ini, si pembunuh itu menunduk untuk menghindari tinju Fan Xian dan meraih sepatu kirinya.     

Dia menarik keluar sebuah pisau yang tidak memantulkan cahaya.     

...     

Fan Xian mengerang, menarik kembali tinjunya dan dengan terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Dia lalu menggunakan zhenqinya untuk meninju pedang yang melesat ke arahnya. Lalu pedang kuno itu melesat balik ke arah pemiliknya bagai panah dan ...     

Boom!     

Pedang itu terpental dan menancap di tembok gang dengan posisi tegak lurus.     

Pada saat ini, lawannya telah mengeluarkan pisau dari sepatunya dan hendak menusuk Fan Xian di saat itu juga. Itu adalah gerakan yang cukup akrab bagi Fan Xian.     

Selama pedang kuno itu berada di tangan si pendekar, dia bertarung dengan terhormat dan dengan gerakan yang jelas. Oleh sebab itu, Fan Xian bertarung dengan menggunakan zhenqinya. Tetapi ketika pedang kuno itu meninggalkan tangan majikannya, pendekar itu berubah menjadi bayangan yang tidak memiliki kehormatan. Kini tangan musuhnya itu memegang sebuah pisau, yang sedang dalam perjalanan menusuk tubuh Fan Xian.     

Karena situasi ini terungkap secara mendadak, Fan Xian nyaris tidak punya waktu untuk bereaksi. Lengan kirinya tergores.     

Tiba-tiba, dua bayangan hitam yang berada di dalam gang itu saling berbenturan. Ada yang aneh dengan pertarungan jarak dekat itu. Meskipun terlihat adanya gerakan, pertarungan itu tidak mengeluarkan suara sama sekali. Di tengah-tengah gang yang sempit ini, gerakan mereka berdua semakin cepat seiring dengan berjalannya waktu. Tangan mereka melayangkan tinju, sedangkan kaki mereka menendang. Mereka bertarung hingga ke ujung gang, dan bahkan mereka sampai memanjat dinding untuk menghindari serangan satu sama lain.     

Jika Fan Xian tidak dilatih oleh Wu Zhu saat dia masih kecil, atau jika dia tidak menerima pelatihan dari Dewan Pengawas selama bertahun-tahun, dia tahu bahwa saat ini pisau milik lawannya pasti sudah meninggalkan banyak lubang di tubuhnya. Meskipun Fan Xian berusaha menghindar dengan cepat, pisau itu berhasil menggores tubuhnya berkali-kali.     

Lawannya ini pasti tahu banyak tentang baju seragam Dewan Pengawas. Semua serangannya mengarah pada bagian-bagian baju yang memiliki pelindung paling sedikit.     

Yang paling mengejutkan Fan Xian adalah lawannya mampu membaca setiap gerakannya. Dengan kemampuannya itu, dia dapat menangkis atau menghindari setiap serangan Fan Xian. Setiap kali Fan Xian mencoba untuk melakukan sesuatu, usahanya selalu digagalkan. Dan setiap kali Fan Xian melihat adanya kesempatan, dia akan mencoba untuk memainkan trik-trik kotornya seperti memutar jari kelingking lawan; menusuk mata; meremas testis; dan menyerang dengan menggunakan siku tangannya. Namun, semua usaha tidak tahu malunya ini sia-sia.     

Tiba-tiba mata Fan Xian bersinar. Ujung pisau milik lawannya mengenai dirinya, dan itu mengingatkannya pada tongkat milik Wu Zhu. Dia teringat beberapa kata yang pernah Wu Zhu katakan kepadanya. "Lugas, kejam, dan akurat."     

Alasan Fan Xian mengingat hal-hal ini di saat nyawanya sedang dalam bahaya adalah karena dia teringat dengan jurus mematikan miliknya yaitu "Pemecah Peti Mati". Dan pisau tersembunyi di ujung sepatunya.     

Ketika kepalan tangan Fan Xian mengendur, zhenqi di tubuhnya meluap. Lengan bajunya tercabik-cabik dan tangan kanannya bergetar tidak karuan – akibat dari zhenqi yang mengamuk. Seluruh adegan ini mengingatkan pada gaya bertarung Ye Liuyun, pria yang pernah dilihat Fan XIan di pantai Danzhou. Terdengar sebuah suara tamparan di udara.     

Pembunuh itu, yang berada di dekat lengan kiri Fan Xian, dapat merasakan adanya kekuatan besar yang mengarah ke wajahnya. Telapak tangan Fan Xian terbuka lebar, jari-jari tangannya tampak seperti dahan pohon saat mengenai dada si pembunuh.     

Pembunuh itu terlempar ke udara. Dia menggunakan ujung kakinya untuk menginjak sepatu Fan Xian, yang menyimpan pisau tersembunyi, kemudian melompat mundur.     

Fan Xian mengerang. Dia memegangi lengan kirinya yang terluka oleh pisau lawan. Baru sekarang dia sadar bahwa musuhnya juga sedang berdarah. Saat melihat hal ini, kepercayaan dirinya meningkat.     

Tapi Wu Zhu masih belum tiba.     

Pembunuh itu mengangkat sikunya dan mengarahkan pisau miliknya tepat di depan mata Fan Xian sambil mengatakan, "Aku belajar gerakan ini darimu."     

Wajah Fan Xian menjadi semakin pucat. Dia dapat merasakan bahwa energinya mulai berkurang, saat dia dengan dingin menjawab, "Terima kasih kembali."     

Fan Xian tidak mempunyai cukup waktu untuk memulihkan kondisinya, berbeda dengan lawannya yang bisa menahan sakit dari lukanya. Fan Xian hanya bisa menghindar dengan menggunakan ujung jarinya untuk memanjat dan menendang tembok, mendorong tubuhnya ke udara, lalu menerjang ke arah musuhnya seperti seekor harimau yang sedang menerkam.     

Pembunuh itu melangkah mundur lalu melompat dan melayangkan pisaunya lagi ke arah pelipis Fan Xian.     

Gerakan tubuh Fan Xian lamban. Dia yang awalnya kejam, kini telah menjadi lemah. Dia memutar tubuhnya sebanyak 180 derajat untuk menghindari pisau lawan. Pada saat yang bersamaan, tangannya meraih tengkuk lehernya dan dengan cepat menghujamkan sebuah jarum beracun ke arah tangan si pembunuh yang memegang pisau.     

Namun ternyata, serangan lawannya itu hanyalah sebuah ilusi. Ketika jarum beracun mencapai tujuannya, pembunuh itu sudah menarik tangannya ke belakang sejauh tiga inci. Ketika jarum beracun itu mengenai pisau milik si pembunuh, jarum itu terlalu pendek dan lemah untuk dapat melakukan sesuatu.     

Kemudian, pembunuh itu menggunakan lututnya untuk menendang punggung Fan Xian. Rasa sakit ini membuat Fan Xian berputar, dan ketika dia melakukannya, dia dapat melihat pisau mengarah ke dadanya.     

Harapannya pupus saat melihat pisau itu mendekat ke arahnya. Dia tidak menduga bahwa lawannya dapat menghindari ketiga jarum beracunnya.     

Dan Wu Zhu masih belum juga tiba.     

Pinggangnya terasa berat. Desahannya berubah menjadi sebuah teriakan.     

"Aaaaaaaah!"     

Di dalam situasi antara hidup dan mati ini, Fan Xian menyalurkan zhenqi di punggungnya menuju ke kedua tangannya sebelum menangkap pisau itu.     

Pada saat pisau itu bergesekan dengan tangannya, terdengar sebuah suara desis yang memekikkan telinga. Mirip seperti suara yang dihasilkan dari besi panas yang mengenai kaki seseorang.     

Jarak di antara mereka cukup dekat untuk Fan Xian dapat melihat tatapan mata si pembunuh yang terlihat bahagia.     

Di dunia ini ada namanya ketidakberuntungan dan hal ini selalu terjadi di setiap hidup orang. Pada saat-saat genting seperti ini, penyakit di dalam tubuh Fan Xian rupanya kambuh. Itulah mengapa dia menjerit dengan keras sebelumnya.     

Zhenqi di dalam tubuhnya seperti anak-anak nakal yang tidak dapat diatur, atau seperti binatang buas yang tidak dapat dijinakkan. Tanpa alasan yang jelas, zhenqi yang berada di dalam pembuluh darahnya mulai tidak stabil. Zhenqi yang tersimpan di dalam punggungnya kini telah mencapai kapasitas maksimum.     

Zhenqinya tidak dapat terbendung lagi.     

Seketika itu, juga Fan Xian merasakan rasa sakit yang belum pernah dia alami sebelumnya. Setiap saraf di dalam tubuhnya seolah-olah terkoyak-koyak, menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Zhenqi di dalam tubuhnya meledak keluar dari pembuluh darah yang seharusnya mengalirkannya. Kini Fan Xian tidak dapat lagi merasakan keberadaan zhenqinya.     

Zhenqinya telah lenyap dan telapak tangannya kini telah kehabisan kekuatannya. Di tengah-tengah kesakitannya itu, terdengar sebuah suara. Pisau yang sebelumnya terus menerus gagal menyerang Fan Xian, kini telah berhasil terbenam di dada Fan Xian.     

Fan Xian menjatuhkan kedua tangannya, dia tampaknya sulit mempercayai bahwa sebuah pisau telah tertanam di dadanya. Yang bisa dia lihat sekarang hanyalah gagang pisau itu.     

Bahkan lawannya juga tampak terkejut. Dia terdiam saat melihat pisau yang mencuat dari dada Fan Xian.     

Beberapa saat kemudian, rasa sakit dari tusukan itu mencapai otak Fan Xian. Baru sekarang dia menyadari bahwa itu adalah tusukan yang sangat dalam. Pada saat itu juga, dia takut kehilangan nyawanya.     

Ini semua tidak adil. Masih banyak hal yang belum dia lakukan. Dia belum mempunyai seorang anak; dia belum menulis bab ke-78 Dream of the Red Chamber; dia masih belum memegang kendali atas keuangan istana untuk melihat hasil pekerjaan ibunya; dia masih belum mengintip apa yang ada di dalam Kuil Suci; dan dia masih belum berdiri di dalam istana untuk memberi tahu orang-orang tentang identitas aslinya.     

Dari semua hal itu ada satu pertanyaan di dalam benaknya: Mengapa orang buta itu belum juga datang?     

"Benar-benar tidak terduga."     

Anehnya, selain Fan Xian, yang sedang teringat tentang Zhou Xingxing di kehidupan masa lalunya, pembunuh itu juga mengatakan hal yang sama, bedanya adalah; Fan Xian mengatakannya karena dia merasa hidupnya tidak adil, sedangkan pembunuh itu mengatakannya karena dia tidak bermaksud untuk membuat Fan Xian sampai seperti itu.     

Pembunuh itu melepaskan genggamannya dari gagang pisau. Kaki Fan Xian lemas, dan dia pun terjatuh ke tanah.     

Beberapa Pengawal Macan yang paling tangguh akhirnya tiba di tempat itu. Mereka tidak datang tepat waktu untuk membantu Fan Xian. Yang hanya bisa mereka lihat adalah seseorang yang tampak seperti warga sipil sedang menarik keluar sebuah pisau dari dalam dada Fan Xian, sebelum berubah menjadi bayangan hitam dan menghilang di balik tembok gang yang buntu itu.     

Dan Fan Xian, sosok yang dianggap kuat oleh para Pengawal Macan, kini tampak seperti seorang pria mabuk yang tergeletak di tengah-tengah gang.     

"Kejar dia!" Teriak salah seorang Pengawal Macan.     

"Bagi menjadi dua kelompok dan selamatkan yang terluka terlebih dahulu!"     

Pemimpin Pengawal Macan, Gao Da, tampak depresi. Dia berlutut di dekat Fan Xian, saat melihat seorang pejabat muda yang pernah membawanya pergi ke Utara. Hatinya dipenuhi dengan rasa gelisah dan khawatir.     

Beberapa saat kemudian, sebuah suara memecah keheningan.     

"Aku tidak akan mati." Fan Xian tampak terengah-engah saat berada di atas lengan Gao Da. Saat melihat dadanya yang penuh dengan darah, Fan Xian mengatakan, "Dia tidak menyerang cukup dalam. Tetapi aku mohon, agar kamu dengan segera membawaku ke dokter kerajaan. Dan juga, pergilah ke rumahku dan minta kepada adik perempuanku untuk membawa pil penawar racun milikku. Dan tolong minta kepada sang Kaisar untuk membawa Fei Jie kembali ke istana. Hidupku sangatlah penting. "     

Setelah mengatakan ini, Fan Xian kehilangan kesadarannya. Namun, sebelum pingsan, dia melihat ke arah tembok yang telah dilompati si pembunuh. Pemandangan itu, membuatnya menebak identitas si pembunuh yang sebenarnya. Tapi hal itu terlalu rumit dan menakutkan baginya untuk dapat tetap sadar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.