Sukacita Hidup Ini

Taman Milik Tuan Chen Kedatangan Tamu



Taman Milik Tuan Chen Kedatangan Tamu

1Ayunan berayun semakin tinggi dan tinggi. Tiba-tiba, Sisi sepertinya telah melihat sesuatu saat berada di udara. Dia langsung memperlambat ayunannya. Dia tidak menunggu ayunan berhenti sebelum melompat turun. Dia bahkan tidak memakai sepatunya sebelum berlari ke arah Fan Xian.     

Para pelayan yang berada di sampingnya terkejut saat melihat kelakuannya. Siqi berniat untuk mengejeknya, tetapi saat dia melihat raut wajah Sisi, dia mengurungkan niatnya. Bahkan ketiga majikannya berpikir bahwa sikap Sisi itu aneh, mereka bertanya pada diri mereka sendiri, apa yang salah dengan wanita itu? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Berdasarkan reputasi yang dimiliki keluarga Fan, para pelayan tidak perlu takut pada siapa pun ... kecuali jika seorang kasim datang bersama dengan beberapa pengawal istana untuk membunuh semua anggota keluarga Fan.     

"Di depan gerbang, ada kereta milik Raja Jing."     

Sisi tampak terengah-engah setelah berlari ke sofa tempat Fan Xian beristirahat. Dia memegangi dadanya yang kembang-kempis saat berbicara. Setelah mendengar kata-katanya, Fan Xian segera beranjak dari sofa dan mengatakan, "Cepat lari!" Kemudian, Fan Xian sendiri mulai berlari ke belakang halaman. Dia berbalik untuk memuji Sisi, "Kamu pintar."     

Gerakan Fan Xian tidak mencerminkan gerakan orang yang sakit dan tidak mampu menghadiri sidang. Wan'er dan Ruoruo, yang berada di dekat sofa, sekarang saling bertatap-tatapan. Mereka berdua segera menyadari apa yang sedang terjadi dan ekspresi mereka berubah. Mereka segera beranjak dari tempat mereka dan memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan jalan keluar dari rumah. Mereka juga memberi tahu Tuan Teng untuk menyiapkan sebuah kereta.     

Tawa bahagia di halaman kediaman Fan sekarang telah berhenti, mengubah tempat itu menjadi layaknya medan perang. Semua orang tampak sibuk; beberapa dari mereka memindahkan sofa, beberapa hanya bersembunyi, dan beberapa lainnya bergegas mencari pakaian untuk tuannya kenakan. Setelah semua itu, mereka bergegas mengantar Fan Xian ke luar rumah. Teng Zijing telah mempersiapkan kereta di depan gerbang.     

"Kamu masih sakit, dan kamu masih pergi untuk bersembunyi." Sambil mengeluh, Wan'er memakaikan mantel tebal pada tubuh Fan Xian. "Pamanku itu ... aku sudah pernah bilang padanya dia tidak perlu datang berkunjung."     

Fan Xian tidak punya waktu untuk menanggapinya. Dia bergegas masuk ke dalam kereta.     

Wan'er tertawa kecut, lalu berbalik dan melihat adik iparnya, yang juga tampak gelisah. Dia tampak sedang membawa pembakar dupa, lalu dia mengikuti Fan Xian memasuki kereta. Dengan terkejut, Wan'er bertanya, "Ruoruo, mengapa kamu juga bersembunyi?"     

Wan'er, sebagai istri Fan Xian, tahu alasan mengapa suaminya melarikan diri setelah Sisi melihat kereta Raja Jing. Akhir-akhir ini, keluarga Fan telah berseteru dengan sang Pangeran Kedua, tetapi Fan Xian juga berbicara buruk tentang Li Hongcheng. Alasan utama mengapa Raja Jing datang ke kediaman Fan hari ini, adalah agar dia dapat bertemu dengan Menteri Fan untuk meminta penjelesan tentang apa yang sedang terjadi. Dia pasti juga ingin berbicara dengan Fan Xian, untuk berbicara hal-hal yang baik tentang putranya dan berharap agar mereka berdua segera berdamai.     

Adik kandung dari sang Kaisar sedang ada di sini. Selama bertahun-tahun, keluarga Fan telah memperlakukan Raja Jing seperti sesepuh dari keluarga mereka sendiri - mereka saling berhubungan dengan baik. Jika dia datang untuk menjadi perantara perdamaian, tidak ada yang bisa keluarga Fan lakukan untuk mencegah kedatangannya. Fan Xian juga tidak bisa menunda pertarungannya dengan sang Pangeran Kedua. Selain itu, maniak tukang kebun yang tua satu itu adalah orang yang berbahaya. Dia pasti beranggapan bahwa Fan Xian telah menjebak Li Hongcheng dan juga Fan Xian malas mendengarkan umpatan Raja Jing. Selain itu, reputasi dan kedudukan Raja Jing dapat menghancurkan Fan Xian hanya dalam satu gerakan. Tidak ada yang bisa dilakukan Fan Xian terhadapnya. Yang terbaik bagi Fan Xian adalah tidak bertemu dengan Raja Jing, oleh karena itu Fan Xian bergegas mengambil barang-barangnya dan lari.     

Setelah mendengar pertanyaan kakak iparnya, Ruoruo tersenyum kecut. Dia mengatakan, "Kamu tahu betapa canggungnya kami jika bertemu sekarang."     

Wan'er terdiam. Dia kemudian teringat bahwa Fan Xian telah mengganggu Li Hongcheng dan mencoreng reputasi keluarga Raja Jing selama beberapa hari terakhir. Ruoruo juga tidak ingin bertemu dengan mertuanya saat ini. Tiba-tiba, Wan'er berpikir bahwa jika suami dan adik iparnya bersembunyi, apa yang dapat dia lakukan di rumah sendirian? Orang yang datang ini adalah pamannya, dan cara bicaranya itu ... Wan'er dapat merasakan bulu kuduknya merinding. Dia mengambil jubahnya dari Siqi dan memutuskan untuk naik ke dalam kereta juga.     

Fan Xian dan Ruoruo yang berada di dalam kereta terkejut, mereka bertanya, "Mengapa kamu juga naik?"     

Wan'er memutar matanya dan mengatakan, "Bagaimana jika paman menanyaiku, kamu kira aku dapat menanganinya sendirian? Aku tidak sebodoh itu."     

Ruoruo dan Fan Xian teringat dengan sifat yang dimiliki Raja Jing. Mereka bertiga tertawa saat menyadari betapa konyolnya situasi mereka saat ini. Di saat mereka tertawa, Teng Zijing mengayunkan cambuk kudanya dan kereta yang berplakat keluarga Fan ini pun mulai bergerak. Di dalam kereta, ada beberapa anak muda yang sedang mengeluh.     

Kereta itu bergerak dengan hati-hati. Teng Zijing memastikan agar kereta tidak melalui jalan-jalan utama saat meninggalkan sisi selatan kota. Tidak ada satupun pelayan dari keluarga Raja Jing yang melihat kepergian mereka. Kereta mereka lenyap dari pandangan orang saat memasuki jalan-jalan yang berliku, demikian pula dengan para pelayan keluarga Fan yang berada di pintu gerbang. Beberapa saat kemudian, terdengar sebuah teriakan keras dari halaman rumah Fan.     

"Jan***!" Raja Jing berdiri di depan sekelompok pelayan yang gugup. Dia memegang pinggangnya, saat melihat halaman rumah yang kosong. Dia dengan marah, berteriak, "Dasar bajingan, mereka tahu bahwa aku akan datang! Seperti halnya kentut, mereka semua menghilang dengan cepat. Apakah aku semenakutkan itu!?"     

Liu Shi berdiri di depan para pelayan. Dengan wajah kepahitan, dia memperdalam suaranya saat mengatakan, "Tuan, aku sudah bilang sebelumnya, bahwa anak-anak sedang pergi ke barat kota untuk mencari dokter."     

Raja Jing melihat ke arah kursi ayunan yang masih bergerak dengan pelan tanpa ada yang duduk di atasnya. Mulutnya tampak seperti ibu-ibu mengomel sebelum akhirnya mengatakan, "Penyakit Fan Jian telah disembuhkan oleh Fan Xian; buat apa dia pergi ke dokter?"     

Beberapa bunga di taman tampak sudah mekar. Raja Jing berada di sisi yang menghadap ke halaman saat mengumpat ke arah awan. Tiga anak muda telah melarikan diri dari kediaman Fan dengan menggunakan kereta, dan sekarang mereka semua dapat bersantai. Udara di ibu kota pada saat musim gugur jauh terasa lebih sejuk dan menyegarkan.     

Banyak peristiwa yang telah terjadi sejak kepulangan Fan Xian dari Kerajaan Qi Utara. Tidak ada waktu untuk mereka dapat berlibur ke Cangshan atau pergi ke pedesaan dan bersantai di kawasan pertanian. Bahkan mereka jarang punya waktu untuk keluar dan berjalan-jalan di dalam ibu kota. Ini dikarenakan Fan Xian harus selalu menyusun rencana untuk menghadapi rangkaian konspirasi setiap hari, atau kalau tidak, duduk diam di rumah dan mengomel pada dirinya sendiri. Tetapi selama beberapa hari berikutnya, banyak hal telah dia berhasil diselesaikan, dan Fan Xian pun akhirnya mendapatkan waktu luang. Tetapi karena dia harus berpura-pura sakit untuk tidak pergi ke pengadilan, dia sadar bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk menjaga rasa hormat sang Kaisar kepada dirinya. Dia merasa tidak enak karena telah berpura-pura sakit, jadi dia memutuskan untuk tetap berada di dalam rumah bersama dengan istri dan adik perempuannya, yang selalu mengganggunya setiap hari.     

Untungnya, Raja Jing datang hari ini. Dengan asumsi bahwa Menteri Fan tidak marah tentang pelarian mereka, ini adalah kesempatan mereka untuk menghabiskan waktu berjalan-jalan di ibu kota.     

Di dalam kereta, Fan Xian membuka sedikit tirainya. Ruoruo dan Wan'er mengintip, menyaksikan orang-orang yang mereka lewati di jalan. Mereka melewati beberapa kios yang menjual makanan ringan, yang pemiliknya selalu berteriak-teriak untuk menarik perhatian orang banyak. Beberapa kios menjual mainan yang menyeramkan, tetapi secara keseluruhan, itu semua adalah pemandangan yang damai.     

Wan'er mengatakan, "Kita telah keluar dari rumah, tapi kita tidak bisa keluar dari kereta. Apakah kita hanya akan menghabiskan waktu kita di dalam kereta?"     

Ruoruo mengerutkan alisnya dan membalas, "Kakak tidak dapat memperlihatkan dirinya di depan publik ..." Kemudian, dia tiba-tiba melanjutkan, "Namun kakak masih dapat menyamar."     

Fan Xian tertawa dan mengatakan, "Bahkan jika orang-orang di ibu kota tidak mengenaliku; apakah kau pikir mereka tidak akan mengenali kalian?" Dia sedang berbohong, namun Wan'er dan Ruoruo tampak senang saat mendengar ini. Membuat perempuan senang merupakan hal yang mudah.     

"Ayo pergi makan ke restoran Yi Shi." Wan'er menyarankan hal ini karena dia merasa bosan. "Kita bisa menyewa satu kamar di lantai tiga, ruangan itu tidak dapat dilihat orang, namun kita masih dapat melihat pemandangan luar."     

Kebetulan, pada saat Wan'er menyarankan ini, kereta baru saja melewati restoran itu. Fan Xian melihat keluar jendela, dan tiba-tiba teringat dengan saat-saat pertamanya memasuki ibu kota setelah meninggalkan Danzhou. Pada saat itu, dia pertama kali pergi menelusuri kota bersama dengan kedua adiknya, dan mereka semua pergi makan di restoran Yi Shi. Dia tidak ingat dengan apa yang mereka perdebatkan hari itu, yang jelas ada hubungannya dengan kebenaran. Yang dia ingat hanyalah dia meninju Guo Baokun dengan tinju hitamnya dan membeli salinan ilegal Dream of the Red Chamber dari seorang wanita tua di depan restoran.     

Keluarga Guo telah digulingkan oleh Fan Xian, dan menteri Dewan Ritus telah digantung di depan publik atau lebih tepatnya di pasar karena kasus kecurangan ujian musim semi. Namun, kasus ini tidak melibatkan anggota keluarga Guo lainnya, jadi tidak ada yang tahu ke mana Guo Baokun pergi.     

Fan Xian tidak merespon saran Wan'er, dan karena merasa sedikit bersalah, dia bertanya, "Di bawah restoran itu ... kenapa penjual buku itu tidak ada lagi di sana?"     

Ruoruo menatapnya dan dengan suara yang pelan mengatakan, "Sejak kamu membuka Toko Buku Danbo, Sizhe pergi untuk mencari orang-orang seperti dia. Pemerintah cukup tegas dalam memberantas penjual-penjual buku ilegal."     

Fan Xian membeku, sekarang dia ingat bahwa adik laki-lakinya pernah berkata, kamu harus menggunakan orang baik dan jahat untuk memusnahkan pedagang ilegal. Saat memikirkan hal ini, dia bertanya-tanya tentang kabar Fan Sizhe di Kerajaan Qi Utara. Dia mengatakan, "Sizhe seharusnya tiba di ibu kota Kerajaan Qi Utara bulan depan."     

Suasana di dalam kereta tiba-tiba menjadi sunyi. Wan'er dan Ruoruo saling bertatap-tatapan. Setelah beberapa saat, Ruoruo mengatakan, "Cuaca di utara sangat dingin. Aku tidak tahu apakah dia membawa cukup banyak pakaian atau tidak."     

Fan Xian sedikit menunduk dan tersenyum. Dia mengatakan kepada Ruoruo, "Jangan khawatir. Dia sudah berusia 14 tahun, dia mampu mengurus dirinya sendiri." Meskipun dia mengucapkan kata-kata ini dengan tenang, hatinya berpikir sebaliknya. Fan Xian sangat membenci Pangeran Kedua, lebih dari sebelumnya. Dia juga merasakan kebencian saat melihat restoran Yi Shi. Fan Xian mengatakan, "Tempat itu adalah properti milik keluarga Cui. Tempat itu merupakan media penyaluran dana kepada sang Pangeran Kedua; Aku tidak akan menghabiskan satu sen pun di sana."     

Wan'er tidak dapat menanggapi ucapannya. Bagaimanapun juga, dia telah tumbuh besar bersama dengan Pangeran Kedua selama sepuluh tahun, sehingga tentu saja mereka memiliki suatu ikatan tertentu. Meskipun suaminya sedang berseteru dengan sepupunya sendiri, dia diam-diam lebih memihak Fan Xian. Namun, dia tidak mungkin dapat mengungkapkannya begitu saja, karena bagaimanapun dia adalah seorang Putri Istana. Sekarang, suasana di dalam kereta sekali lagi menjadi hening dan canggung, pada saat itulah tiba-tiba Wan'er tersenyum dan mengatakan, "Jika kita tidak mau menghabiskan uang di restoran mereka, maka kita harus menghabiskan uang di tempat milik kita sendiri! ..."     

Wan'er memutar matanya dan melanjutkan, "... mari kita pergi ke Rumah Bordil Baoyue."     

...     

...     

Membawa istri dan adik perempuannya ke rumah bordil? Fan Xian hampir mengalami serangan jantung dan meninggal di tempat ketika mendengar saran istrinya. Dia terbatuk dua kali sebelum mengatakan, "Rumah Bordil Baoyue bukan punyaku; tempat itu milik Shi Chanli."     

Wan'er berbalik ke arahnya dan mengatakan, "Semua orang tahu bahwa itu hanyalah samaran belaka. Aku tidak keberatan jika kamu ingin memiliki rumah bordil itu secara resmi."     

Ruoruo berusaha keras untuk tidak tertawa terbahak-bahak.     

Fan Xian menaikan alisnya dan mulai tertawa, mengatakan, "Mengapa aku yang dianggap memiliki rumah bordil itu? Aku kan hanya membereskan kekacauan yang dibuat oleh Sizhe."     

Wan'er membantah karena tidak setuju, "Apapun alasannya, sekarang Baoyue adalah bisnis milik keluarga kita. Dan bukankah kamu pernah bilang bahwa hidangan di sana adalah yang terbaik di ibu kota? Kita kan ke sana tidak untuk mencari wanita; jadi apa salahnya pergi ke sana untuk makan? Selain itu, Baoyue adalah bisnis milik keluarga kita, jadi kamu tidak perlu takut kalau ada orang yang melihatmu sedang berpura-pura sakit. "     

Fan Xian masih bersikeras menolak sarannya, dia mengatakan, "Jika kamu benar-benar ingin makan makanan mereka, maka aku dapat menyuruh koki di sana untuk menyiapkan hidangan dan mengirimnya ke rumah. Kamu adalah seorang wanita, dan kamu ingin datang ke rumah bordil? Hal konyol macam apa itu? "     

Wan'er menjulurkan lidahnya keluar dan membalas, "Hidangan itu pasti sudah menjadi dingin saat tiba di rumah."     

Fan Xian hampir kehabisan napas saat menyarankan, "Kalau begitu, aku akan mendatangkan koki itu ke rumah."     

Melihat suaminya terus menolak, Wan'er menghela napas juga. Dia terdengar sangat sedih saat mengatakan, "Aku benar-benar ingin pergi ke sana. Aku ingin duduk di rumah bordil itu dan melihat apa yang telah dibangun oleh adik iparku. Aku ingin melihat seperti apa tempat itu!" Kemudian, dengan mata yang terbuka lebar, dia berkata dengan nada yang serius, "Sungguh! Aku sangat penasaran dengan tempat itu!"     

Ruoruo, tiba-tiba mengatakan, "Jika kamu ingin pergi kesana, maka kamu harus pergi ke sana." Dia menatap Fan Xian, yang hendak mengatakan sesuatu. Dia mencegah Fan Xian berbicara dengan mengatakan, "Jika seorang wanita tidak pantas mengunjungi rumah bordil, apa yang membuat kalian para pria pantas untuk pergi kesana?"     

Ruoruo tersenyum, dan meletakkan dagunya di kusen jendela. Dia mengatakan, "Lagi pula, kamu pernah bilang bahwa Nona Sang mengelola Baoyue. Sudah lama sejak terakhir kali aku mendengarkannya bernyanyi. Jika bukan di Rumah Bordil Baoyue, di mana lagi aku dapat mendengarkan nyanyiannya?"     

Wan'er mengangguk saat mendengarkan kata-kata Ruoruo. Dengan ekspresi wajah memelas, dia memohon pada Fan Xian, "Kau tahu bahwa aku suka dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Sang Wen. Dia telah menghilang selama setengah tahun, dan sekarang kita akhirnya tahu bahwa adik iparku-lah yang membuatnya menghilang dengan memaksanya bekerja di rumah bordil. Kamu harus membawa kami ke sana. "     

Ruoruo berkata, "Jika para pria bisa masuk ke sana, kita sebagai wanita juga bisa!!"     

Fan Xian tidak bisa berkata-kata. Dia mengamati Ruoruo, dan menyadari bahwa adiknya ini sekarang semakin berani. Dan cara pendekatannya terhadap suatu masalah berbeda dari mayoritas gadis di dunia ini. Ucapan Ruoruo sebelumnya terdengar jauh lebih blak-blakan dan feminis daripada Wan'er. Tentu saja, ini adalah hasil dari apa yang telah Fan Xian ajarkan kepadanya sejak kecil. Namun Fan Xian merasa bahwa ada hal lain di dalam diri Ruoruo yang membuatnya istimewa.     

Fan Xian tersenyum kecut dan mengatakan. "Aku rasa tidak ada salahnya untuk pergi ke sana dan melihat-lihat. Lagi pula, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang suka dengan hal-hal yang menantang. Meskipun ... akhir-akhir ini ibu kota sedang kacau, aku benci terhadap pejabat-pejabat yang berbicara buruk tentangku."     

Mendengarnya mengatakan sesuatu yang serius, Ruoruo dan Wan'er tahu bahwa sebaiknya mereka tidak berkata lebih jauh lagi.     

Fan Xian tiba-tiba terkejut saat menoleh untuk melihat keluar kereta. Dia tidak menduga bahwa kereta sudah hampir tiba di Rumah Bordil Baoyue. Dari keretanya, rumah bordil itu terlihat mewah, sangat berbeda dari yang lain. Fan Xian tertawa dan berkata kepada Teng Zijing, yang merupakan pengemudi kereta, "Kamu benar-benar membawa kami ke sini? Kamu hanya ingin menyenangkan hati para wanita; kamu tidak peduli dengan pendapatku. Apakah kamu masih ingin menjadi seorang pejabat di distrik Donghai? Aku tahu bahwa keluargamu telah memohon kepadaku beberapa kali."     

Teng Zijing tertawa dan tidak mengatakan apa-apa. Wan'er dan Ruoruo tampak menutup mulut mereka saat mereka terkikik.     

Kereta keluarga Fan sekarang telah tiba di Rumah Bordil Baoyue. Meskipun para pelayan setempat tidak tahu bahwa orang yang ada di dalam kereta itu adalah Fan Xian, mereka tahu bahwa pengunjung kali ini adalah tamu spesial. Bahkan Si Qing'er, yang sedang dalam masa pemulihan dari siksaan yang dia dapatkan di kantor pemerintah, turun dengan tertatih-tatih dari lantai tiga untuk menyambut pengunjung yang spesial ini. Dia terkejut saat melihat kehadiran Fan Xian yang sedang sakit.     

Ruoruo dan Wan'er merasa senang saat bertemu dengan Si Qing'er, seorang mucikari yang masih muda tapi sudah melegenda. Namun, mereka merasa sedikit kecewa saat mengetahui bahwa Sang Wen sedang pergi bernyanyi di rumah bangsawan lainnya.     

Dengan tidak adanya Sang Wen di tempat, sekarang Fan Xian tidak punya alasan lagi untuk membiarkan adik dan istrinya masuk ke dalam Rumah Bordil Baoyue. Tetapi dia bertanya-tanya, bukankah Sang Wen sudah terbebas dari kontraknya dan secara diam-diam telah bergabung dengan Dewan Pengawas. Dia seharusnya tidak perlu pergi dan menghibur para bangsawan dengan nyanyiannya. Keluarga manakah yang bisa membuatnya melakukan ini?     

Kereta menjauh dari Rumah Bordil Baoyue. Fan Xian tersenyum saat melihat adik dan istrinya yang kecewa, dia lalu mengatakan, "Kita telah pergi keluar untuk bersenang-senang, maka kita harus memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya. Rumah Bordil Baoyue bukanlah tempat yang paling mewah di ibu kota, dan hidangan yang mereka sajikan bukanlah yang terbaik -"     

Fan Xian belum selesai bicara sebelum Wan'er menyelanya. "Jangan coba-coba berbohong kepada kami. Reputasi yang dimiliki Rumah Bordil Baoyue benar-benar bagus. Jika kamu ingin menyarankan tempat yang lebih baik, maka tempat yang kamu maksud pasti adalah istana." Dia terkikik, dan kemudian melanjutkan, "Aku tidak keberatan pergi ke istana untuk bertemu dengan para selir, karena sudah lama aku tidak bertemu mereka. Tetapi bagaimana denganmu, tidakkah kau takut jika sang Kaisar melihatmu di sana? Jika dia tahu bahwa kau sedang berpura-pura sakit, dia pasti akan sangat marah. "     

Fan Xian tertawa dan mencubit hidung Wan'er, sambil mengatakan, "Bicara apa kamu, aku akan membawamu ke tempat yang lebih bagus dan nyaman dari istana. Dan hidangan yang mereka sajikan di sana jauh lebih baik daripada hidangan koki istana manapun."     

Kedua gadis itu terkejut saat mendengar kata-kata Fan Xian. Mereka awalnya mengira bahwa Fan Xian hanya mencari alasan untuk pergi dari Baoyue, karena bagaimana mungkin ada tempat yang lebih indah daripada istana? Meskipun para pedagang garam cukup kaya, mereka tidak akan berani membangun tempat yang lebih indah dari istana.     

...     

...     

Kereta keluar dari gerbang selatan ibu kota. Ketika mereka sampai di pinggiran kota, hanya ada sedikit orang di sana. Unit Qinian dan para pengawal kediaman Fan tampak canggung saat mereka tidak bisa bersembunyi dalam kegelapan. Mereka merasa bingung, dan saling bertatap-tatapan. Mereka berjalan di belakang kereta Fan Xian, mengikuti jejak roda dari kereta yang menuju ke atas gunung.     

Kereta melaju ke arah gunung melalui jalan yang tidak begitu sempit, namun masih menunjukkan penampilan jalanan di Kerajaan Qing pada umumnya. Hamparan padang rumput yang membentang di sepanjang lereng gunung itu terlihat sangat memukau. Di tengah-tengah rerumputan kuning, bunga-bunga liar masih memancarkan warna kehidupan. Pohon-pohon tak berdaun tampak tersebar dimana-mana. Seperti lukisan seorang seniman, pemandangan itu benar-benar indah.     

Wan'er dan Ruoruo menghela napas. Pemandangan di sana sangat bagus, dan karenanya mereka bertanya-tanya, mengapa tidak ada yang memberitahu mereka tentang tempat ini sebelumnya. Bahkan orang-orang yang bepergian dari tahun lalu tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya, tempat yang indah seperti ini sudah dibeli oleh keluarga bangsawan yang kaya, atau bahkan istana sendiri. Mereka akan membangun rumah disana. Tapi, bagaimana mungkin mereka tidak tahu keluarga mana yang memiliki tempat ini? Saat sampai pada jalan yang sempit, mereka menebak bahwa mereka akan tiba di kediaman milik seseorang. Siapa pun yang tinggal di sana pasti adalah orang yang hebat.     

Meski begitu, mereka merasa tidak terlalu senang karena Fan Xian tidak menjelaskan apa-apa tentang tempat ini. Jadi, Ruoruo dan Wan'er memutuskan untuk menutup mulut dan tidak berkata apa-apa. Mereka hanya melihat keluar jendela untuk mengagumi pemandangan.     

Saat tiba di ujung jalan, kereta berbelok. Di sana ada sebuah hutan, dan di balik pepohonan terbentang taman yang indah. Sepertinya taman itu cocok untuk dijadikan tempat tinggal para peri. Tiba-tiba, mereka merasa seolah-olah telah berada di sebuah tempat rahasia yang tidak banyak orang ketahui. Taman itu tidak terlalu besar, tetapi tertata dengan sangat baik. Pagar kayu dan lantai batu berwarna biru terlihat sebagai perpaduan yang cocok untuk menghiasi taman ini. Meskipun tidak terlihat mewah, rantai yang melilit sebuah patung terlihat memancarkan aura megah dan unik.     

"Bagaimana pendapat kalian tentang tempat itu, jika dibandingkan dengan istana?" Kata Fan Xian sambil tertawa.     

Lin Wan'er menutup mulutnya yang terbuka, berusaha menekan rasa keterkejutannya "Indah sekali. Tapi tempat ini bukan milik kita. Apa yang membuatmu terlihat bangga seperti ini?"     

Fan Xian melambaikan tangannya dan mengatakan, "Pemilik tempat ini pernah bilang bahwa dia akan memberikan tempat ini kepadaku di masa depan. Tapi ada satu hal yang aku tidak suka dengan tempat ini, makanya aku tidak pindah ke sini."     

Bahkan Ruoruo pun juga terkejut, dia bertanya, "Apa yang kakak tidak sukai dari tempat ini?"     

"Terlalu banyak wanita di sini." Fan Xian berkata dengan nada yang serius. Entah berapa banyak wanita cantik yang terdapat di tempat itu.     

...     

...     

Fan Xian mengabaikan kedua gadis itu dan memberi isyarat kepada Teng Zijing agar kereta berhenti. Dia turun dari kereta, mengeluarkan lencana komisioner dari pinggangnya, lalu tiba-tiba menjulurkan tangannya ke dalam semak-semak.     

Bagai sulap, tiba-tiba seseorang muncul dari balik-semak-semak tersebut. Orang itu terlihat seperti seorang tukang kayu pada umumnya. Dia dengan hati-hati memeriksa lencana Fan Xian dan memperhatikan wajah Fan Xian untuk sejenak. Setelah itu, dia berhenti bersikap formal dan mulai memohon maaf. "Aku minta maaf Tuan. Tapi ini adalah aturannya. Aku harap Anda memaafkanku."     

"Aku tidak menyalahkanmu. Istri dan adik perempuanku ada di dalam kereta."     

Tukang kayu itu tidak berani menjawab; dia hanya kembali ke tempat tersembunyi lainnya.     

Kereta mulai bergerak lagi, mengikuti jalan setapak yang mengarah ke taman. Jalan itu sangat sepi, tapi kali ini, Ruoruo dan Wan'er dapat menebak bahwa tingkat keamanan di sini sama ketatnya dengan di istana, bahkan mungkin lebih mematikan. Meski seandainya ada sekelompok prajurit yang hendak menerabas masuk ke dalam tempat itu, mereka kemungkinan besar tidak akan berhasil.     

Namun, kedua wanita ini tidak bodoh, mereka sekarang bisa menebak siapa yang memiliki tempat aneh ini.     

Siapa lagi yang memiliki tempat yang lebih indah dari istana dan memiliki keamanan yang ketat seperti ini selain pemimpin Dewan Pengawas?     

Di belakang kereta, dua tim pengawal kereta Fan Xian cukup pintar untuk berhenti mengikuti kereta. Sambil berlutut, mereka melihat ke sekeliling dan memastikan bahwa mereka telah tiba. Karena sekarang tuan mereka telah tiba di tujuan, mereka tidak perlu lagi mengawalnya.     

Salah satu anggota Unit Qinian hari ini, Su Wenmao, mengangguk ke arah pengawal dari kediaman Fan.     

Pengawal itu dengan canggung mengangguk balik.     

"Kita harus tahu diri." Su Wenmao tertawa kepada si pengawal. "Orang-orang seperti kita, bisa berada sedekat ini dengan taman milik direktur. Kita telah diberkahi oleh sang Komisaris."     

"Benar." Para pengawal dari kediaman Fan tampak mengagumi pemandangan taman.     

Para pengawal ini akhirnya memutuskan untuk duduk di kedua sisi hamparan rumput dan berbaring tanpa melakukan sesuatu yang menarik. Dengan jerami di mulut mereka, mereka melihat ke arah langit dan mulai menguap.     

...     

...     

Taman yang indah itu adalah milik Chen Pingping, orang yang memegang otoritas tertinggi kedua di Kerajaan Qing. Dia berbeda dari pejabat lainnya. Kedudukan Chen Pingping terlalu unik di dalam jajaran kerajaan, dan dia selalu mengatakan bahwa dirinya sedang sakit, karena itulah dia sangat jarang mengunjungi istana. Dia telah menghabiskan waktunya bertahun-tahun di taman yang letaknya cukup jauh dari ibu kota. Rumahnya di kota hampir selalu kosong.     

Hari ini, Fan Xian sedang berpura-pura sakit. Dan dia datang untuk menemui Chen Pingping, yang juga sedang berpura-pura sakit. Fan Xian sudah pernah datang ke tempat ini beberapa kali, jadi wajar kalau dia familier dengan tempat ini. Mereka tiba di depan gerbang, dan mereka dapat melihat ada sebuah papan kayu besar yang bertuliskan: "Taman Chen". Dua kata itu telah ditulis oleh Kaisar Qing sebelumnya, jadi papan itu merupakan benda peninggalan yang berharga.     

Chen Pingping mengerutkan alisnya saat mengetahui ada dua kereta yang berhenti di depan gerbangnya. Dia tidak menduga akan menjamu banyak tamu hari ini. Dengan sifat menyendiri yang dimiliki Chen Pingping, dan reputasi mengerikan yang dimiliki Dewan Pengawas, pejabat biasa tidak akan bermimpi datang ke sini untuk minum teh dan mengobrol; Jadi siapakah tamu-tamu ini?     

Wan'er turun dari kereta dan mengikuti Fan Xian. Dia melihat dan memperhatikan lencana yang terdapat di kereta lainnya. Dia tersenyum dan mengatakan, "Itu adalah kereta kerajaan."     

Fan Xian terkejut.     

Orang tua yang sebelumnya muncul dari semak-semak itu kini telah keluar untuk menyambut siapapun yang ada di depan gerbang. Baginya, Fan Xian berbeda dari pejabat lainnya, karena dia adalah murid kesayangan Chen Pingping yang akan menjadi penerusnya. Karena itulah, dia berusaha sebaik mungkin dalam menjaga sikap mereka dihadapan Fan Xian dan dua orang gadis yang datang bersamanya. Dia memberitahu Fan Xian dan kelompoknya, "Mereka adalah sang Pangeran Tertua dan Tuan Qin dari Biro Militer."     

Fan Xian memiringkan kepalanya dan menggaruk lehernya yang gatal. Sang Pangeran Tertua dan Tuan Qin? Dia tahu bahwa Tuan Qin berada di pihaknya, dan merupakan pejabat penting di dalam pemerintahan. Yang terpenting adalah bahwa ayah dari Tuan Qin adalah mantan menteri dari Kementerian Perang. Sekarang, Tuan Qin telah menjadi pemimpin dari Biro Militer. Seluruh keluarganya memiliki kekuatan besar yang berhubungan dengan dunia militer kerajaan. Pangeran Tertua telah menghabiskan beberapa tahun terakhirnya untuk berperang di barat, dan dia memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga Qin. Apa yang mereka berdua lakukan di rumah Chen Pingping?     

Fan Xian berdiri di tangga batu, tetapi tidak buru-buru masuk. Dia bertanya-tanya apakah kunjungan kedua orang tersebut ada hubungannya dengan dirinya atau tidak. Meskipun pihak militer memiliki hubungan yang baik dengan Dewan Pengawas, Fan Xian masih merasa bahwa pertemuan ini aneh. Dia tertawa, dan memutuskan untuk tidak peduli jika kedatangannya diketahui oleh pejabat dari pemerintahan. Dia bersama dengan adik dan istrinya berjalan menuju ke halaman. Dia sangat penasaran dengan apa yang dilakukan sang Pangeran Tertua di tempat ini.     

1

Setelah melewati sungai yang mewah sambil saling mengobrol, mereka akhirnya tiba di depan lobi. Tanpa menunggu izin dari yang punya rumah, Fan Xian langsung masuk begitu saja. Dia mendapati Nona Sang Wen sedang duduk di sudut ruangan dan bernyanyi dengan ekspresi yang menjiwai. Fan Xian tertawa terbahak-bahak dan mengatakan, "Sekarang aku tahu; orang yang cukup berkuasa untuk membuat Nona Sang Wen datang dan bernyanyi adalah Anda."     

Sang Wen tidak ada di Rumah Bordil Baoyue karena dia sedang berada di Taman Chen.     

Sang Wen adalah manajer Rumah Bordil Baoyue, sekaligus anggota terbaru dari Dewan Pengawas. Mudah bagi Chen Pingping untuk meminta dia datang dan bernyanyi di sini.     

Suara tawa bergema di lobi. Chen Pingping, yang sedang duduk di kursi tuan rumah, membelalakkan matanya. Tatapan matanya menjadi hangat saat melihat kedatangan ketiga anak muda. Tangan kurusnya dengan lembut mengelus-elus selimut bulu abu-abu yang terbentang di kakinya. Dia mulai tertawa dan mengatakan, "Apakah kamu tidak keberatan kalau aku menyimpan banyak wanita di sini? Mengapa kamu datang hari ini? Aku tidak terkejut dengan kedatanganmu, tetapi apakah kamu tidak takut jika aku meminta istri dan adik perempuanmu memakanmu hidup-hidup?"     

Wan'er dan Ruoruo yang sedang duduk di kursi tamu tampak ketakutan. Mereka menoleh ke arah pintu lobi, dan terdiam. Kemudian, Sang Wen tiba-tiba berhenti bernyanyi. Dia tersenyum dan berdiri untuk membungkuk di depan kedua wanita itu.     

Tidak lama kemudian, seseorang yang memiliki aura militer datang. Dia tampak mengenakan pakaian kasual dan dengan sopan membungkuk ke Wan'er, yang berada di belakang Fan Xian. Dia kemudian menyapa Ruoruo. Terakhir, dia tersenyum pada Fan Xian dan mengatakan, "Salam, Tuan Fan."     

Fan Xian pernah bertemu dengan Qin Heng sebelumnya, dan dia tahu bahwa keluarganya adalah orang yang baik, dan bahkan sang Kaisar pun menghargai jasa mereka. Qin Heng sendiri adalah bintang baru di istana Kerajaan Qing, dan masa depan yang cerah telah menantinya. Fan Xian menyapanya, "Salam, Tuan Qin."     

Meskipun gelar pejabat yang dimiliki Qin Heng tidak lebih tinggi dari Fan Xian, mereka berdua saling menyadari kedudukan mereka masing-masing. Karena itulah, tidak perlu bagi mereka untuk berbasa-basi. Qin Heng tersenyum dan mengatakan, "Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di saat aku ingin bertemu dengan Chen Pingping. Ini adalah hari yang penuh dengan kejutan bagiku."     

Fan Xian merasa lebih tenang dan santai saat tahu bahwa senyum Qin Heng tidak dipaksakan. Dia membalas, "Tidak perlu berbasa-basi mengenai pekerjaan kita, untuk hari ini mari kita minum dan mengobrol."     

Qin Heng tertawa keras dan mengatakan, "Tuan Fan memang merupakan orang yang luar biasa! Kau adalah orang yang melakukan hal-hal diluar perkiraan orang lain. Kau belum mengatakan satu hal pun tentang penyakitmu, namun kau sudah mengajakku minum. Bahkan aku ingin mengejekmu tapi jujur saja, aku sekarang benar-benar kehilangan kata-kata. "     

Fan Xian menatap Chen Pingping. Dia tersenyum kecut dan mengatakan, "Kita hanyalah tamu di sini. Ini semua tergantung pada apakah tuan rumah di sini cukup sopan untuk menyajikan kita arak yang enak."     

Chen Pingping membalas, "Kamu lebih kaya dariku."     

Qin Heng mempertahankan senyumnya. Namun di dalam hatinya, dia terkejut. Para pejabat selalu beranggapan bahwa Fan Xian dapat bergabung dengan Dewan Pengawas karena keinginan sang Kaisar dan kepandaiannya. Tetapi, saat melihat Fan Xian berbicara dengan santai terhadap Chen Pingping, sosok yang ditakuti oleh semua orang, dan Chen Pingping meresponnya dengan santai juga, Qin Heng merasa aneh. Tampaknya hubungan antara kedua orang ini berbeda dari apa yang selama ini dipikirkan oleh orang banyak.     

Dihormati oleh sang Kaisar adalah hal yang penting, tetapi pada akhirnya, Chen Pingping-lah yang dapat memutuskan apakah Fan Xian layak untuk menjadi penerusnya atau tidak. Baru sekarang Qin Heng menyadari bahwa Fan Xian suatu hari akan menjadi pemimpin Dewan Pengawas. Jika hal ini benar, maka penting bagi biro militer untuk membangun relasi yang baik dengan Fan Xian dan anggota keluarga Fan lainnya.     

Hanya dalam beberapa kalimat, Qin Heng telah mendapatkan banyak informasi. Fan Xian mengerti bahwa Chen Pingping telah menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan kepada Biro Militer tentang hubungannya dengan Fan Xian, yang dimana hal ini dapat membuka kesempatan untuk kolaborasi di masa depan.     

Mereka berdua mengobrol sejenak sebelum Fan Xian berbalik untuk membungkuk di hadapan sang Pangeran Tertua.     

Perilakunya itu sebenarnya sedikit kurang ajar, namun semua orang yang ada di lobi tahu bahwa pertemuan pertama antara Fan Xian dan sang Pangeran Tertua bukanlah pertemuan yang baik. Qin Heng adalah teman baik dari Pangeran Tertua, jadi mereka tidak keberatan dengan perilakunya. Adapun Chen Pingping, dia tidak peduli sama sekali dengan masalah etiket.     

Ketika Fan Xian mengira bahwa sang Pangeran Tertua akan marah, Fan Xian menaikkan kepalanya sedikit untuk mengintip, tetapi apa yang dia lihat saat itu membuatnya terkejut dan sedikit kesal. Fan Xian melihat istrinya sedang duduk di samping Pangeran Tertua, dan tertawa keras saat mendengarkan sang Pangeran berbicara. Meskipun dia tahu bahwa Wan'er telah dibesarkan di istana Ning Cai Ren, bersama dengan Pangeran Tertua, Fan Xian masih merasa kesal dan marah saat melihat pemandangan itu.     

Yang membuatnya semakin marah adalah bahwa Ruoruo juga duduk di samping sang Pangeran dan sedang mendengarkan apa yang pangeran tersebut katakan.     

Fan Xian memasang telinganya baik-baik dan mendengar bahwa sang Pangeran Tertua sedang bercerita tentang pertempurannya dengan orang-orang Wu demi memperebutkan kuda. Orang-orang Kerajaan Qing suka dengan yang namanya peperangan, dan Pangeran Tertua telah berperang selama bertahun-tahun di barat. Dia bagaikan seorang pahlawan bagi penduduk Qing. Bahkan Wan'er dan Ruoruo menatapnya dengan tatapan takjub.     

Dalam hati, Fan Xian merasa cemburu. Bibirnya terasa semakin pahit. Dia berpikir, aku ... aku ... aku adalah seorang pasifis. Jika tidak, aku pasti sudah turun ke medan perang untuk membuat kalian berdua terkesan. Suasana hatinya berubah menjadi buruk, tetapi dia dapat menyembunyikan perasaannya. Dia tertawa dan mendekati sang Pangeran Tertua. Dia lalu membungkuk dan mengatakan, "Namaku Fan Xian. Salam, Tuanku ... oh, maksudku Pangeran Qing."     

Pangeran Tertua tampak merasa terganggu saat melihat Fan Xian. Setelah mendengar Fan Xian berbicara seperti itu, dia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan, "Aku ingin tanya, Fan Xian. Apakah aku pernah menyinggungmu? Setiap kali aku melihatmu, kamu selalu berkata buruk tentangku. " Dia menoleh ke Wan'er dan bertanya, "Wan'er, suami macam apa yang kamu nikahi ini?"     

Hubungan antara Wan'er dan Pangeran Tertua sangat dekat. Dia tidak terima dengan kakaknya karena telah berbicara buruk tentang suaminya. Dia mengambil buah dari atas meja dan memasukkannya ke dalam mulut sang Pangeran, lalu mengatakan, "Siapa di dunia ini yang berkata seperti itu saat bertemu dengan adik ipar mereka?"     

Fan Xian tertawa, dia berpikir bahwa ipar adalah sebutan yang jauh lebih baik. Setelah itu Fan Xian duduk di sebelah Ruoruo. Seorang pelayan telah menyediakan handuk panas dan teh panas. Dia tahu bahwa Pangeran Tertua dan Qin Heng datang ke sini untuk membicarakan hal yang penting dengan Chen Pingping. Meski begitu dia dengan tidak tahu malu duduk di lobi, dan mencegah mereka membicarakan hal yang mereka ingin bicarakan.     

Wan'er tahu bahwa dulu, anggota kedutaan sempat berebut jalan dengan pasukan tentara dari barat untuk masuk ke ibu kota terlebih dahulu. Seluruh konflik ini disebabkan oleh Fan Xian, tetapi Wan'er tahu mengapa suaminya melakukannya. Fan Xian saat ini telah bertarung dengan sang Pangeran Kedua, tidak perlu baginya untuk bertarung dengan pangeran lainnya. Wan'er benar-benar tidak ingin melihat suaminya bertengkar dengan kakak terdekatnya. Jadi, Wan'er mulai menarik mereka berdua dalam upaya untuk meredakan ketegangan dan memunculkan perdamaian di antara mereka.     

Semua orang bisa melihat keinginan Wan'er. Tapi bagaimanapun juga, mereka hanyalah laki-laki, dan laki-laki selalu memiliki waktu ketika mereka tidak bisa saling berhadap-hadapan. Pada akhirnya, Pangeran tertua memalingkan mukanya dan berpura-pura mengabaikan usaha adiknya. Fan Xian hanya dapat tersenyum dan terus berbicara dengan Qin Heng. Dia bertanya tentang bagaimana keadaan ayahnya, dan menyarankan agar dirinya datang berkunjung ke kediaman Qin.     

Chen Pingping duduk dengan posisi yang seolah-olah dia telah tertidur; membungkuk di kursi rodanya. Bahkan di rumah mewahnya ini, dia masih bersikeras untuk duduk di kursi rodanya yang usang itu. Kenapa dia tidak berbaring di sofa yang nyaman? Melihat hal ini, Wan'er hanya dapat menghela napas. Ruoruo menertawakan seluruh adegan yang terjadi di sana. Pangeran Tertua, yang merupakan seorang petarung yang kuat, dan pejabat muda yang populer itu bertengkar seperti anak kecil. Pemandangan yang lucu untuk dilihat.     

Pada akhirnya, Qin Heng merasa bahwa dirinya tidak bisa berbicara lebih lama dengan Fan Xian. Lalu tiba-tiba sang Pangeran Tertua tiba-tiba mengatakan, "Aku dengar bahwa kamu sedang sakit dan tidak dapat menghadiri pengadilan. Meski yang menuntut adalah Sensorat Istana, kamu masih belum pergi untuk melakukan pembelaan diri. Aku tidak menyangka kamu akan berada di sini hari ini ... "     

Fan Xian menguap dan membalas, "Aku akan pergi ke pengadilan besok."     

Qin Heng terkejut, setelah mengetahui bahwa Fan Xian akan berhenti berpura-pura sakit. Itu berarti besok, akan ada banyak drama yang tersaji di pengadilan. Tetapi hari ini, Qin Heng telah diajak untuk pergi ke Taman Chen oleh Pangeran Tertua untuk membahas sesuatu yang sebaiknya tidak dikatakan di hadapan Fan Xian.     

Dia tidak ingin mengatakannya, tetapi tiba-tiba sang Pangeran Tertua dengan sopan berbicara kepada Chen Pingping, "Paman, atas nama adik keduamu, tolong katakan sesuatu." Dia menoleh ke arah Fan Xian, dan melanjutkan, "Aku tidak peduli dengan apa yang telah terjadi di pengadilan, tetapi rumor yang tersebar di ibu kota terdengar konyol. Ditambah lagi, beberapa pejabat yang mendukung Pangeran Kedua sangatlah cerdas. Jika mereka dipecat, pemerintahan akan mengalami kerugian. "     

Dalam benaknya, Qin Heng berpikir, Anda adalah pria yang blak-blakan. Anda berani berkata buruk tentang Fan Xian di depan orangnya …. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, dengan tersenyum kecut, Qin Heng mengatakan, "Benar. sang Kaisar belum berkata apa-apa tentang masalah ini, dan jika Anda tidak mengatakan sesuatu, maka masalah ini akan terus berlanjut dan istana akan menjadi kacau. "     

Fan Xian tertawa. Mereka berdua telah berkata terus terang. Partai Pangeran Kedua telah dihancurkan dan dicekik oleh Dewan Pengawas. Akan sangat aneh jika Pangeran Kedua meminta kakaknya untuk membantu meringankan masalah ini di depan umum. Keputusan mereka untuk datang ke Chen Pingping bersama dengan Qin Heng adalah langkah yang cerdas. Jika Chen Pingping meminta Fan Xian untuk berhenti menyerang sang Pangeran Kedua, Fan Xian tidak punya pilihan selain mematuhi perintah itu.      

Tapi Fan Xian sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dari konflik ini. Hakim Agung telah dipecat, dan para pejabat yang berada di bawah sang Pangeran Kedua telah dilenyapkan dari Biro Keenam. Fan Xian tidak terlalu peduli dengan keputusan Chen Pingping. Apa yang membuat Fan Xian bertanya-tanya untuk saat ini adalah cara sang Pangeran Tertua memanggil Chen Pingping.     

Dia memanggil Chen Pingping dengan sebutan paman!     

Chen Pingping menyimpan banyak kekuatan, tetapi tidak peduli seberapa dekat dia dengan sang Kaisar, sangat tidak pantas bagi sang Pangeran Tertua untuk menyebutnya paman. Jika informasi ini sampai keluar, akan ada seseorang yang ketakutan setengah mati. Pamannya adalah Raja Jing, bukan seorang pejabat.     

Di saat Fan Xian masih berpikir, Chen Pingping telah membuka matanya. Dia terbatuk dua kali dan mengatakan, "Kita bisa membicarakan tentang Pangeran Kedua nanti ..." Dia menunjuk ke arah Wan'er dan Ruoruo sebelum terbatuk dua kali lagi. "Ini adalah pertama kalinya kalian berdua mengunjungi tamanku. Kenapa kalian belum menyapa tuan rumah?"     

Sebenarnya, tidak banyak orang yang tidak takut pada Chen Pingping. Terutama karena ada banyak legenda dan cerita yang menggambarkan Chen Pingping sebagai setan malam yang lumpuh. Meskipun status Wan'er dan Ruoruo benar-benar mulia, mereka masih merasa takut terhadap komandan kegelapan Kerajaan Qing. Inilah sebabnya mereka cepat-cepat duduk di samping sang Pangeran Tertua setelah memasuki lobi.     

Setelah mendengar ucapan Chen Pingping, Wan'er dan Ruoruo tidak punya pilihan selain berdiri. Dengan wajah kepahitan, mereka mendekati Chen Pingping dan membungkuk.     

Chen Pingping tertawa dan mengatakan, "Apa yang kamu takutkan? Ibumu, ayahmu, mereka bukanlah orang yang lebih baik daripada aku." Yang dia maksud adalah Putri Sulung dan Fan Jian. Dia kemudian berkata kepada Pangeran Tertua, "Dan mengenai apa yang barusan kamu katakan, orang yang kamu butuhkan untuk berdiskusi telah tiba. Bicaralah dengannya secara langsung. Putri Kecil dan Nona Fan, dapatkah kalian membantu orang tua ini mendorongkan kursi rodanya? Aku akan menunjukkan kepada kalian benda-benda koleksiku di Taman Chen ini. "     

Kedua gadis itu dan Sang Wen mendorong kursi roda Chen Pingping keluar dari lobi. Sekarang hanya ada Fan Xian, Pangeran Tertua dan Qin Heng yang tersisa di dalam lobi. Fan Xian mulai berpikir bahwa orang tua ini tidak bertanggung jawab, dia baru saja membiarkan rumahnya menjadi medan perang bagi kaum muda, sambil membawa tiga wanita cantik keluar ke taman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.