Sukacita Hidup Ini

Gadis Penjual Bunga Dan Pejabat Yang Tidak Tahu Malu



Gadis Penjual Bunga Dan Pejabat Yang Tidak Tahu Malu

Danau Barat tidak terlalu besar. Lebarnya tidak lebih dari beberapa li. Meski begitu, jika dilihat dari Menara Loushang, permukaan danau itu terlihat cukup luas.     

Saat ini Fan Xian berada di lantai paling atas Menara Loushang. Dia menyipitkan matanya dan mengamati permukaan danau, dibalik tirai bambu.     

Fan Xian dapat melihat adanya dua sosok bayangan yang melesat dengan cepat di bagian kanan danau. Kedua bayangan itu sesekali menyentuh permukaan air, meninggalkan percikan air sebelum menginjak sebuah perahu yang berada di dekat tanggul dan kembali melesat. Kecepatan bergerak mereka benar-benar menakjubkan, tampak seperti dua kilatan petir yang saling kejar-kejaran.     

Sesekali kedua bayangan itu saling bertukar serangan di atas permukaan danau. Pedang mereka saling beradu saat mereka berada di udara. Gerakan-gerakan mereka tampak indah namun sekaligus membawa aura kematian yang mengerikan, membuat siapapun yang melihatnya merinding ketakutan.     

Tiba-tiba terlihat percikan darah, dan kedua bayangan itu berpisah sekali lagi, sebelum kembali melesat bagaikan dua burung yang terbang dengan cepat.     

Adegan itu tampak indah sekaligus menakutkan.     

...     

...     

Fan Xian sedang berdiri tegak sambil melihat ke kejauhan, saat dirinya melihat kedua sosok bayangan itu menghilang di balik pohon dedalu musim dingin di seberang danau. Jika dilihat dari arah mereka berlari, sepertinya mereka sedang berlari menuju halaman rumah yang gelap milik para bangsawan.     

Fan Xian mengerutkan alisnya. Yun Zhilan dapat bertahan cukup lama meskipun dia sedang terluka cukup parah. Kehebatan pendekar pedang Dongyi satu ini benar-benar sesuai dengan reputasinya.     

Selama pertarungan di atas permukaan air danau berlangsung, sepertinya Shadow tidak menggunakan teknik bertarung andalannya. Dia malah menggunakan teknik pedang Sigu, sehingga membuat serangan mereka berdua tampak serupa. Meskipun pertarungan me reka berlangsung dengan cepat dan sulit untuk dilihat oleh mata telanjang, siapa pun yang sempat melihatnya akan merasa takjub.     

Melihat bahwa Shadow masih dapat menempel dengan ketat di belakang Yun Zhilan seperti belatung pemakan mayat, sepertinya, Yun Zhilan yang sedang terluka itu ditakdirkan akan kehilangan nyawanya. Jadi mengapa dia berlari ke seberang danau? Apakah di sana terdapat bantuan dari Dongyi? Fan Xian mulai merasa bahwa bangunan-bangunan kayu yang tampak indah dan anggun di seberang danau itu sedikit aneh.     

Tiba-tiba, Fan Xian memukul tirai bambu. Dia lalu meninggalkan sisi pagar dan melirik ke arah Pangeran Ketiga, yang menatapnya dengan tatapan bingung, sambil berkata dengan tenang, "Apa yang pangeran lihat? Teruskan makanmu."     

Fan Xian lalu kembali duduk dan mengambil sumpitnya, kemudian dia mulai mencari-cari potongan udang di antara makanan yang tersisa di atas meja.     

Semua orang di ruangan itu menatap Fan Xian dengan kaget. Diam-diam Pangeran Ketiga menebak-nebak apa yang telah terjadi di luar. Siapa sedang berusaha membunuh siapa? Orang-orang di lapangan bergegas berlari ke tepi danau dan mulai berteriak, jelas bahwa sesuatu yang besar telah terjadi.     

Shi Chanli akhirnya tidak bisa menahan diri dan diam-diam mulai bertanya, "Tuan? Apa yang telah terjadi?"     

Tanpa pikir panjang, Fan Xian mengatakan. "Tidak tahu siapa tetapi seseorang telah menikam seorang nelayan di danau. Saat ini mereka sedang kejar-kejaran ke arah seberang danau."     

Ruangan tersebut tiba-tiba menjadi hening. Nelayan macam apa yang diserang oleh mereka yang dikenal sebagai pahlawan Jianghu yang hebat hingga para Jianghu ini heboh? Tidak ada satu pun orang di dalam ruangan yang percaya dengan kata-kata Fan Xian, namun tidak seorang pun dari mereka yang berani membantahnya.     

...     

...     

Di tepi danau, Haitang berdiri di samping pejabat Jiangnan sambil memperhatikan dua sosok bayangan di danau yang perlahan-lahan menghilang ke kejauhan. Wajahnya tampak tenang dan tidak menunjukkan emosi.     

Pada saat yang bersamaan, para tokoh bela diri Jiangnan telah berkumpul di tepi danau. Mereka menghirup udara dingin sambil membuat suara kaget saat melihat permukaan air danau yang masih beriak.     

Meskipun mereka tidak sempat menyaksikan saat-saat si nelayan diserang, mereka sempat menyaksikan saat-saat perahu kecil milik si nelayan hancur dan saat-saat dua sosok bayangan itu melompat ke udara bagaikan dua ekor burung raksasa di atas permukaan danau. Hanya dengan satu kali lihat, mereka semua tahu bahwa dua petarung itu sangatlah kuat. Kedua orang itu jelas bukanlah orang yang sembarangan. Mereka berdua mungkin telah berada di tingkat sembilan.     

Setelah keterkejutan mereka semua mulai mereda, mereka mulai menebak-nebak identitas dari kedua orang itu. Setelah perdebatan panjang, mereka masih tidak dapat menyimpulkan sebuah jawaban. Meskipun ada beberapa petarung senior yang merasa bahwa teknik pedang yang mereka lihat di tengah-tengah danau itu mirip dengan teknik pedang Sigu, mereka tidak akan mengatakan apa-apa. Para tetua itu berkata dalam hati mereka masing-masing: Bukankah Dongyi selalu suka membual bahwa mereka memiliki banyak petarung yang hebat? Silahkan kalian berdebat sendiri, tentang siapa identitas dari kedua orang itu.     

Dari sekian banyak orang di tepi danau, hanya murid-murid perempuan dari Kota Dongyi yang memiliki ekspresi wajah serius. Mereka tidak menyangka bahwa di Hangzhou, salah satu kota Kerajaan Qing yang kaya, akan ada seseorang yang berani dan mampu melukai guru mereka. Dengan pimpinan Lv Sisi, para pendekar pedang wanita ini dengan cepat memberi hormat kepada pejabat Jiangnan dan dengan tenang pergi meninggalkan lapangan untuk bergegas mengikuti ke mana guru mereka pergi.     

Para penonton Perhimpunan Bela Diri Jiangnan yang berkerumun merasa terkejut namun puas. Pada penghujung hari pertemuan bela diri ini yang tadinya biasa-biasa saja, mereka telah mendapatkan kesempatan untuk melihat Haitang, sang gadis Tianmai dari Qi Utara serta menyaksikan pertarungan antara dua petarung tingkat sembilan di seberang danau. Tidak sia-sia mereka membayar tiket masuk.     

Orang-orang Jianghu dari Kerajaan Qing menggunakan upaya pembunuhan ini sebagai kesempatan untuk melupakan Haitang yang sedang berdiri di atas panggung. Semua orang tahu bahwa pada saat ini tidak ada seorang pun yang mampu menghadapi gadis itu. Jika orang Qing tidak mau kehilangan muka, mereka harus mengambil kesempatan ini dan segera melupakan masalah mereka dengan Haitang.     

Dengan demikian, para petarung Jianghu berencana untuk makan di Menara Loushang, sambil minum anggur untuk mendiskusikan pemandangan mengejutkan yang baru saja mereka lihat. Para pemimpin dari berbagai kelompok dan partai yang jarang terlihat mengambil kesempatan ini untuk membahas tentang manfaat yang di dapat dari kemunculan peristiwa barusan.     

Pejabat Jiangnan dan beberapa senior lainnya memberi hormat kepada Haitang, tetapi mereka tidak membahas apa yang telah terjadi di lapangan sebelumnya. Mereka dengan sopan mengundang Haitang untuk duduk dan beristirahat bersama mereka.     

Ketika mereka hendak memasuki Menara Loushang, seorang bangsawan muda yang tampak terhormat, keluar dan menyambut mereka semua. Dia memberi hormat kepada Haitang dan berkata dengan lembut, "Anda telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Sebuah kehormatan bagiku untuk dapat berada sedekat ini dengan Anda."     

"Siapa kamu?" Dari dulu Haitang bukanlah orang yang dingin dan cuek, jadi dia bertanya dengan santai dan sopan. Namun pikirannya masih berada pada pertarungan dua sosok bayangan sebelumnya.     

"Nama keluargaku adalah Ming. Aku adalah pemilik Menara Loushang."     

Xia Qifei berada di belakang kerumunan orang-orang ini. Dia mengarahkan pandangannya untuk melirik ke wajah pemuda Ming itu. Ekspresinya tetap tenang meski dia sedang tertawa dingin di dalam hatinya. Sudah bertahun-tahun sejak dia terakhir kali melihat keponakannya yang paling besar. Sekarang keponakannya itu telah memiliki bisnisnya sendiri, dia bahkan tahu caranya untuk menjilat orang-orang Qi Utara.     

Menara Loushang adalah salah satu bisnis keluarga Ming dan selalu dikelola oleh seorang penjaga toko. Karena hari ini ada acara penting di dekat restoran, Ming Lanshi, putra dari pemimpin keluarga Ming, Ming Qingda, datang secara pribadi.     

Sebagai keluarga yang sangat kaya di Jiangnan, mereka sadar bahwa mereka perlu menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh penting dari negara asing, tidak hanya tokoh-tokoh dari dalam negeri. Itulah sebabnya dia bergegas keluar dari restoran untuk menyambut Haitang sekaligus pejabat Jalan Jiangnan yang berada di samping Haitang. Ming Lanshi memiliki sosok pribadi yang luwes, sama sekali tidak terlihat seperti aib keluarga.     

Tatapan para tamu di dalam restoran tertuju pada pintu masuk. Mereka semua ingin melihat seperti apa wujud Haitang yang legendaris itu.     

Bagaimanapun juga, Haitang adalah sosok yang terkenal. Semua orang di Kerajaan Qing pernah mendengar gosip bahwa gadis ini memiliki hubungan yang tidak jelas dengan Tuan muda Fan. Mereka semua selalu menganggap Fan Xian sebagai sosok yang hebat dari Kerajaan Qing dan pejabat yang paling patut dicontoh di dalam pemerintahan. Wajar jika mereka memperhatikan penampilan Haitang dengan seksama, seakan-akan berusaha menilainya sebagai seorang calon pengantin.     

Setelah mereka semua melihat wajah Haitang dengan jelas, mereka tidak bisa menahan perasaan kecewa mereka. Gadis ini tidak terlalu cantik. Sepertinya dia kurang pantas untuk Tuan muda Fan.     

Keriuhan di luar restoran perlahan-lahan mereda, namun sebaliknya, suasana di dalam restoran semakin bertambah riuh. Fan Xian tahu bahwa orang-orang barbar itu akan masuk. Dia memberi isyarat dengan matanya kepada seorang Pengawal Macan yang ada di luar ruangan, agar berhati-hati dengan beberapa orang Jianghu, karena orang-orang itu bisa saja memulai keributan dengan berusaha mengambil kursi milik Pengawal Macan di depan. Fan Xian tidak punya waktu untuk melayani mereka.     

Gao Da menangkap sinyal Fan Xian, dia pun melambaikan tangannya untuk menyuruh masuk Pengawal Macan yang ada di luar. Gao Da lalu keluar dan menggantikan posisi dua penjaga yang belum makan.     

Saat ini, kebanyakan dari mereka sudah selesai makan. Semua orang, termasuk Pangeran Ketiga dan Sisi, menatap Fan Xian dengan tatapan bingung dan penasaran.     

"Lihat-lihat apa kalian?" Fan Xian mengerutkan alisnya. "Apa yang telah terjadi di danau tidak ada hubungannya denganku."     

Dalam benaknya, Shi Chanli tertawa dan berpikir, Guru adalah orang yang pintar, bisa-bisanya reaksinya lambat seperti ini? Semua orang terlalu malu untuk bertanya kepada Fan Xian. Hanya Pangeran Ketiga yang tidak takut jika dimarahi Fan Xian. Dia terkikik dan berkata, "Bukan itu."     

"Lalu apa?"     

Suara di luar ruangan menjadi semakin keras. Sepertinya tidak ada cukup tempat di bawah, sehingga semua orang Jianghu mulai menuju ke lantai atas. Pangeran Ketiga menunjuk ke arah pintu. "Gadis bernama Haitang itu akan segera datang. Apakah guru tidak akan mengundangnya masuk untuk duduk?"     

Semua orang di ruangan itu menatap wajah Fan Xian. Ekspresinya menjadi serius. "Apa yang sedang kalian pikirkan? Seharusnya kalian senang karena aku sudah membawa kalian semua ke Hangzhou untuk menonton pertunjukan. Apakah kalian semua masih belum puas, dan ingin agar aku juga tampil di depan kalian?"     

Shi Chanli mengerutkan wajahnya. "Guru, Haitang bukanlah orang asing. Makan bersama adalah hal yang normal."     

Fan Xian tertawa dingin. "Ada banyak orang di sini. Jika aku mengundang dia masuk, maka semua orang akan tahu siapa kita."     

Pangeran Ketiga membalas dengan suara lembutnya. "Aku tidak mengerti alasan mengapa kita menyamar. Mengapa kita tidak bepergian dengan menggunakan identitas kita sendiri? Aku yakin orang-orang Jiangnan ini tidak akan berani macam-macam terhadap kita."     

Fan Xian mulai merasa pusing. "Bukannya aku takut akan sesuatu, namun ini adalah kesempatan langka bagi kita untuk meninggalkan ibu kota dan bersantai. Apa enaknya dikelilingi puluhan pejabat tua? Pangeran tidak ingin melewati hari-hari seperti itu, bukan? "     

Pangeran Ketiga terdiam sejenak, dia akhirnya mengerti bahwa Fan Xian menyamar bukan untuk mencari bukti kejahatan keluarga Ming secara diam-diam, melainkan murni karena keinginannya untuk bepergian. Setelah sadar bahwa dirinya telah melebih-lebihkan kedudukan gurunya, Pangeran Ketiga tidak bisa menghentikan wajahnya yang memerah karena malu. Dia diam-diam mengumpat dan mengatakan, "Memangnya kenapa kalau mereka tahu? Selama kita tidak pergi ke kantor pemerintah, aku rasa tidak akan ada yang berani mengikuti kita. Bukankah itu hanya akan membuat mereka sendiri merasa tidak nyaman?"     

Fan Xian tidak menanggapinya. Dia berpikir bahwa kengerian dalam menghadapi pejabat-pejabat yang menjilat bukanlah sesuatu yang dapat dipahami oleh anak itu.     

Kedua saudara itu menutup mulut mereka saat mereka mendengar suara di luar ruangan mereka terdengar semakin keras. Sepertinya ada seseorang yang menginginkan ruangan tempat mereka berada.     

Alis Fan Xian berkedut. "Tidak mungkin, hal tidak sopan seperti ini benar-benar terjadi pada kita?"     

...     

...     

Gao Da berjaga di depan pintu dengan ekspresi wajahnya yang serius. Dia memperhatikan orang-orang Jianghu di depannya dengan wajah penuh amarah saat mendengarkan kata-kata kotor yang keluar dari mulut mereka. Tangannya memegang gagang pedang panjangnya, namun dia belum menariknya keluar karena Haitang sedang memperhatikan dirinya dengan penuh ketertarikan.     

Jelas saja, saat ini sudah ada tiga "pejuang Jianghu" yang tergeletak di depannya. Mereka memegang kepala mereka dan perut mereka, sambil mengerang kesakitan.     

Seperti dugaan Fan Xian, begitu orang-orang Jianghu yang sombong itu naik ke lantai atas, mereka langsung memperhatikan ruangan tempat Fan Xian dan kelompoknya. Ruangan ini adalah salah satu dari dua tempat terbaik yang ada di Menara Loushang. Ruangan satunya telah disimpan oleh si pemilik tempat untuk Ketua Perhimpunan Bela Diri Jiangnan. Orang-orang Jianghu tidak berani merebut ruangan tersebut dari pejabat Jiangnan dan Haitang. Oleh karena itu, mereka dengan suaranya yang lantang memerintahkan orang-orang di dalam ruangan tempat Fan Xian berada untuk memberikan ruangan tersebut.     

Pemiliknya, Tuan Ming, belum datang ke lantai atas. Para penjaga toko dan pelayan tidak berani menyinggung orang-orang Jianghu yang bersenjata ini. Mereka hanya bisa berdiri di dekat tembok sambil berusaha meredakan situasi.     

Siapa Gao Da sebenarnya? Dia adalah salah satu dari pemimpin Pengawal Macan milik sang Kaisar. Jika selama ini dia berada di dalam Jianghu, dia mungkin sudah mempunyai sekolah dan gengnya sendiri. Tidak perlu ditanya lagi, dia tidak akan membiarkan orang-orang yang dipandang rendah oleh Komisaris Fan ini untuk berbuat sesuka mereka. Dia menunggu orang-orang itu maju, sebelum dia merobohkan mereka tanpa mengeluarkan pedang panjangnya dari sarungnya.     

Setelah itu, semakin banyak orang-orang Jianghu yang tergeletak di lantai sambil mengerang kesakitan.     

...     

...     

Restoran itu penuh dengan orang-orang dari Perhimpunan Bela Diri yang terbiasa dengan sikap semena-mena orang-orang Jianghu, tetapi hari ini, mereka telah bertemu dengan seseorang yang bahkan lebih semena-mena daripada orang-orang Jianghu. Merasa bahwa sikap Gao Da berlebihan, mereka pun berkumpul di sekitar Gao Da sambil memberikan tatapan yang tidak ramah kepadanya.     

Fan Xian-lah yang harusnya disalahkan atas situasi ini. Setelah lebih dari setengah tahun melayani Fan Xian, selain memiliki kemampuan untuk membunuh, Gao Da telah tertular sifat kejam Fan Xian. Di depan umum, Gao Da tidak ingin menyerang pihak lawan terlalu keras, jadi dia menggunakan beberapa trik milik Fan Xian. Meskipun orang-orang Jianghu akhirnya berhenti melawan, sifat kejam Gao Da membuat kerumunan orang-orang yang menonton merasa tidak nyaman.     

Pendekar Gunung Naga-Harimau mengerutkan alisnya. "Tuan, meskipun saudara-saudara ini telah bersikap kasar duluan dan mengajukan beberapa permintaan yang tidak masuk akal, serangan Anda sepertinya terlalu berlebihan."     

Gao Da tetap diam dan tidak menanggapinya. Setelah melihat serangan Gao Da terhadap para Jianghu, pendekar Gunung Naga-Harimau itu tahu bahwa kemampuan Gao Da mungkin melebihi kemampuan gurunya yang merupakan seorang pertapa di gunung. Oleh karena itu, dia dengan hormat memanggil Gao Da dengan sebutan "Tuan" dan tidak memperlakukannya sebagai penjaga biasa. Saat melihat wajah Gao Da yang tenang, pendekar pedang itu dapat merasakan amarahnya meluap, walaupun di saat yang bersamaan dia merasa sedikit takut terhadap orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.     

...     

...     

Pada saat ini Haitang telah dikawal oleh banyak orang ke lantai atas. Saat melihat kerumunan orang sedang berkonfrontasi dengan Gao Da, ekspresi Haitang tampak aneh. Dia dengan tenang berjalan mendekati kerumunan itu.     

Semua orang di dalam restoran berusaha untuk menebak-nebak identitas Gao Da. Tidak ada seorang pun dari mereka yang pernah melihat ahli pedang sehebat Gao Da di Jianghu, oleh karena itu mereka merasa keheranan. Haitang pernah bertemu dengan Gao Da beberapa kali saat berada di Shangjing, Qi Utara, sehingga dia langsung mengenalinya pada saat itu juga.     

Setelah menyadari adanya kekacauan yang terjadi di restorannya, Tuan Ming segera datang untuk menyelesaikan masalah, serta memerintahkan seseorang untuk membersihkan ruangan lain. Dia kemudian meminta seorang pelayan untuk membantu orang-orang Jianghu yang ada di lantai untuk bangkit berdiri.     

Keluarga Ming adalah keluarga yang kaya dan berkuasa di Jiangnan, sehingga semua petarung harus memperlakukan mereka dengan penuh hormat. Terlebih lagi setelah orang-orang Jianghu menyaksikan kemampuan Gao Da yang mengejutkan, mereka mulai merasa bahwa mereka jangan sampai membuat orang yang ada di balik ruangan itu semakin marah. Mereka pun secara bertahap membubarkan diri, meskipun beberapa dari mereka masih bertanya-tanya tentang identitas Gao Da.     

Setelah semuanya terkendali, Tuan Ming meminta maaf kepada Gao Da lalu dengan sopan mengundang Haitang, pejabat Jiangnan, dan beberapa orang lainnya untuk masuk ke dalam ruangan mewah yang telah disiapkannya.     

Tanpa diduga, Haitang untuk sesaat tersenyum sinis ke arah Gao Da, dengan keranjang bunga di salah satu tangannya. Tanpa melihat Tuan Ming, dia dengan lembut berkata, "Terima kasih atas kebaikan Anda Tuan Ming, tetapi aku telah menemukan beberapa teman lama dan aku harus menemui mereka."     

Semua orang tertegun. Pandangan mereka beralih ke Gao Da dengan penuh tanda tanya. Jika kemampuan penjaga ini sangat mengerikan, maka identitas orang yang di dalam ruangan itu pasti benar-benar istimewa.     

...     

...     

Mereka semua menduga bahwa orang yang ada di dalam ruangan itu adalah orang yang terpelajar. Pejabat Jalan Jiangnan terbatuk dan mengatakan sesuatu kepada Haitang sebelum menyeret semua orang pergi. Apa-apaan ini? Bagaimana jika orang yang ada di dalam adalah Tuan muda satu itu? Tuan muda yang sekarang sedang bersembunyi dan tidak mau menunjukkan wajahnya. Pejabat itu bukanlah pejabat prefektur yang mempunyai hak untuk menjilat Tuan muda itu. Jika dia sembarangan mengungkapkan identitas tuan muda, entah bagaimana nasib kariernya sebagai seorang pejabat.     

Semua orang tersenyum ramah kepada Gao Da sebelum pergi secepat angin. Hanya wajah Tuan Ming yang menunjukkan ekspresi terkejut. Dia tersenyum sedih dan menggelengkan kepalanya.     

...     

...     

Pintu ruangan tempat Fan Xian dan kelompoknya beristirahat berdecit saat dibuka. Haitang masuk dengan keranjang bunga di tangannya, dan tatapan matanya tampak bersinar saat dia berada di dalam.     

Sambil memegang segelas anggur, Fan Xian memperhatikan gadis yang datang tanpa diundang itu. Sesaat kemudian dia hanya melontarkan dua kata, "Kamu datang?"     

Haitang mengangguk. Dia tersenyum dan menyapa semua orang yang ada di dalam ruangan, yang sedang duduk dengan mulut menganga, sebelum akhirnya menghampiri Fan Xian dan menjawab, "Aku datang."     

Fan Xian meletakkan gelas anggurnya. "Aku sengaja menyuruh Gao Da untuk berjaga di luar karena aku khawatir kamu akan masuk dan mengungkapkan identitasku. Apakah kamu tidak melihat tatapan matanya terhadapmu?"     

Gao Da sedang berdiri di ambang pintu sambil dengan polos melihat Danau yang ada di luar Menara Loushang.     

Haitang melepaskan kain bermotif bunga di kepalanya dan menjawab dengan nada suara yang kesal, "Ada seorang petarung tingkat delapan yang menjaga pintu. Hanya orang bodoh yang tidak bisa menebak siapa yang ada di dalam ruangan yang dia jaga."     

Fan Xian tersenyum dengan acuh. "Jianghu dipenuhi dengan bakat-bakat tersembunyi. Tidak ada yang tahu siapa Gao Da, dan saat ini kapalku masih berlayar di sungai. Siapa yang akan mengira bahwa aku telah sampai di Hangzhou?"     

Haitang membalas tatapan Fan Xian dan segera berkata, "Aku benar-benar tidak mengerti dari mana rasa percaya dirimu yang bodoh itu berasal? Kecuali kalau ini adalah upayamu dalam mencapai kemenangan batin yang pernah kamu katakan di masa lalu?"     

Fan Xian membantahnya. "Jika kamu tidak memasuki ruangan ini, mereka hanya akan menebak-nebak. Bagaimana mungkin mereka bisa membuktikan bahwa aku ada di dalam ruangan ini?"     

Haitang tampak kesal. "Aku tidak suka kamu bersikap tertutup seperti ini. Kamu dapat dengan mudah melakukan segala sesuatu di tempat terbuka, tetapi kamu malah memilih untuk bersembunyi dan meninggalkan jejak dimana-mana. Seolah jika kamu tidak melakukan ini semua, kamu tidak dapat membuktikan bahwa kamu sedang menyusun rencana. "     

Fan Xian dengan marah mengatakan, "Menyusun rencana? Apa bedanya dirimu denganku? Bukankah pria Qi Utara yang sebelumnya adalah orangmu, yang telah kau taruh di pertemuan itu agar kau memiliki kesempatan untuk memprovokasi semua petarung di Jiangnan, agar kau dapat melambungkan namamu dalam satu pertarungan serta menjadi pusat perhatian? Untungnya semua tidak berjalan seperti yang kau inginkan, jika tidak, Kerajaan Qing akan kehilangan wajah mereka karenamu. "     

Haitang mencibir. "Jika kamu tidak suka, maka kamu seharusnya turun dan bertarung denganku."     

"Aku tidak punya waktu untuk melakukan itu! Gao Da berjaga di depan pintu karena Tuan Ming tidaklah bodoh. Dia pasti akan mencari seseorang untuk menyelidiki siapa yang ada di dalam ruangan ini. Aku berani mempertaruhkan kepalaku bahwa orang-orang Jianghu yang telah berbuat masalah itu adalah suruhan Tuan Ming. Aku menyuruh Gao Da berjaga di luar karena aku ingin mengintimidasi orang-orang Jianghu agar keluarga Ming berhenti menyelidiki identitasku. Lalu tiba-tiba kau muncul dan langsung mengacaukan rencanaku."     

Fan Xian kemudian menambahkan, "Ini adalah Kerajaan Qing. Kamu harus mendengarkanku."     

Mata Haitang tertuju pada langit-langit bangunan. "Kapan aku pernah mendengarkan rencanamu?"     

Sejak Haitang memasuki ruangan, mereka berdua mulai berdebat dan tidak ada yang mau mengalah. Rencana Fan Xian telah berantakan, namun dia masih berbicara dengan penuh keyakinan. Haitang telah sengaja mengungkapkan rahasianya, namun dia terus mengatakan bahwa dia melakukannya karena dia tidak suka dengan cara Fan Xian dalam melakukan sesuatu. Kecepatan berbicara mereka perlahan-lahan menjadi semakin cepat, namun volume suara mereka tetap pelan, seperti suara dari serangkaian petasan yang teredam.     

Ekspresi wajah semua orang yang ada di dalam ruangan itu tampak aneh, namun mereka tetap diam dan tidak berani bersuara. Mereka merasa bahwa rumor yang tersebar di kalangan Jianghu itu benar di saat mereka menyaksikan perdebatan yang menghibur ini di depan mereka. Mengingat hati Fan Xian yang dingin, lidah yang fasih, serta pengaruh dan kekuatan yang dimilikinya, tidak banyak orang yang berani berbicara dengannya seperti ini. Hanya Haitang yang mampu menandingi sikap Fan Xian yang mengesankan dan membuatnya tidak dapat memenangkan perdebatan. Bahkan orang buta tidak akan percaya bahwa tidak ada apa-apa di antara kedua orang ini, meski dia dipukuli sampai mati sekali pun.      

Pangeran Ketiga duduk paling dekat dengan kedua orang yang sedang berdebat ini. Wajah mungilnya sesekali akan melihat ke arah Fan Xian sebelum beralih ke arah Haitang beberapa saat setelahnya. Dia seolah-olah sedang duduk di kursi barisan depan sebuah pertandingan tenis dengan wajahnya yang penuh semangat. Dia merasa bahwa ini kejadian yang langka. Dia berpikir, aku harus ingat untuk memberi tahu saudari Chen dan ayah saat aku kembali ke ibukota.     

Pada akhirnya, Shi Chanli-lah yang mulai merasa kasihan terhadap gurunya, dia pun dengan hati-hati menyela. "Tuan, Nona Haitang, kita harus segera memikirkan cara untuk pergi dari tempat ini. Aku khawatir bahwa Zhizhou [1][1] Hangzhou, jenderal Hangzhou, pengusaha Jiangnan, dan pejabat lainnya akan bergegas datang untuk menyambut Anda. Aku dapat melihat beberapa orang mulai datang ke sini."     

Fan Xian menampar pahanya dan menatap Haitang. "Kita harus segera pergi. Kalau tidak, aku akan kehilangan hari liburku."      

Haitang duduk dengan tenang dan mengatakan "Aku lapar."     

Pangeran Ketiga menyela, "Kalau begitu cepat panggil pelayan untuk menyajikan beberapa hidangan lagi."     

Fan Xian memelototi Pangeran Ketiga.     

Haitang terkekeh dan menjawab, "Terima kasih, Pangeran."     

...     

...     

Belum lama sejak matahari berada di atas, suasana di sebuah halaman rumah mewah di seberang Danau Barat tampak ramai. Namun, suasana dari luar rumah itu tampak tenang seperti biasanya. Rumah itu tampak indah dengan dekorasi yang pas dan tidak berlebihan. Ditambah lagi posisinya membelakangi gunung dan menghadap ke arah danau; itu adalah tempat yang benar-benar luar biasa. Kebunnya saja mungkin bernilai sebesar ratusan ribu liang perak.     

Pemilik rumah ini bermarga Peng. Tidak ada yang tahu identitasnya. Beberapa tahun sebelumnya, hanya saat musim panas saja orang-orang akan datang ke rumah Tuan Peng untuk menghabiskan waktu mereka.     

Orang-orang yang datang ke rumahnya kali ini adalah Fan Xian dan kelompoknya. Rumah ini merupakan milik mantan Perdana Menteri, Lin Ruofu. Dia telah menggunakan nama salah satu muridnya, kerabat jauh dari keluarga Peng, untuk membelinya. Setibanya di Hangzhou, tentu Fan Xian akan tinggal di rumah milik ayah mertuanya.     

Pengurus rumah tersebut sudah lama menerima kabar tentang kedatangan Fan Xian dan telah mempersiapkan segalanya. Saat ini Fan Xian sedang duduk di kursi tutor kerajaan dengan kedua kakinya yang saling bersilangan, sambil menikmati teh Longjing dan kehidupan mewah di Hangzhou. Dia melirik ke arah Haitang yang sedang mengatakan sesuatu kepada Pangeran Ketiga. Fan Xian pun merasa sedikit marah.     

Mereka tidak berlama-lama berada di Menara Loushang, dan Haitang juga tidak jadi memesan hidangan di sana. Demi bersembunyi dari para pejabat Hangzhou yang sedang dalam perjalanan menuju ke Menara Loushang, Fan Xian segera menyeret anak buahnya dan pergi melarikan diri dari tempat itu.     

Keretanya berpura-pura bergerak ke dalam pusat kota. Sepanjang perjalanan, mereka mengerahkan orang-orang dari Divisi Inspeksi Hangzhou dari Biro Keempat Dewan Pengawas. Mereka bahkan juga mengerahkan dua toko tekstil yang telah dipersiapkan Biro Keenam untuk memperlancar tugas mereka yaitu membunuh. Dengan cara inilah mereka dapat menghilang ke dalam lautan orang di kota. Mereka lalu diam-diam berjalan dan memasuki rumah mantan Perdana Menteri ini.     

Fan Xian merasa sungkan dengan orang-orang Dewan Pengawas.     

Haitang meliriknya dan bertanya dengan bingung, "Kamu sebenarnya sedang bersembunyi dari siapa?"     

Fan Xian menghela napas. "Aku bersembunyi dari masalah."     

Masalah hari ini sebenarnya terjadi karena kebodohan Fan Xian sendiri. Jika dia benar-benar tidak ingin mengungkapkan identitasnya, maka dia seharusnya tidak pergi ke Menara Loushang. Jika dia pergi ke sana sekalipun, dia seharusnya mengalah jika ada orang yang ingin mengambil ruangannya dan tempat duduknya. Masalahnya, Fan Xian suka dengan tantangan dan tidak suka mengalah. Dengan begitu, tidak mungkin dirinya dapat menyembunyikan identitasnya saat bepergian di tengah-tengah Jianghu.     

Setelah beberapa saat, Pangeran Ketiga pergi ke taman untuk menggoda gadis-gadis yang baru dia beli. Seorang pelayan rumah datang membawakan sepiring kue panas. Haitang memakannya dengan senang hati. Sepertinya, dia sangat kelaparan sejak dalam perjalanan menuju ke selatan.     

Fan Xian meliriknya. "Cobalah untuk makan dengan lebih anggun."     

Haitang tertawa terbahak-bahak dan berpikir, aku belum bertemu dengan bajingan satu ini selama setengah tahun. Bagaimana bisa kami langsung berdebat setelah sekian lama tidak bertemu? Perasaan ini cukup menyenangkan.     

Setelah menunggu Haitang selesai menghabiskan makanan penutupnya, Fan Xian memberikan isyarat dengan matanya agar gadis itu mengikutinya ke taman belakang untuk berjalan-jalan. Meskipun ini adalah pertama kalinya Fan Xian berada di sini, dia merasa bahwa struktur dan desain bangunan ini cukup familiar. Dia dapat dengan mudah menemukan ruang belajar yang hening.     

Di dalam ruang belajar, mereka berdua duduk. Fan Xian menatap gadis itu dan mengatakan, "Kamu pasti sudah tahu tentang rumor yang beredar itu."     

Haitang mengangguk. "Jangan membahas hal itu. Dua orang yang ada di Danau Barat tadi, apakah kamu mengenali mereka?"     

"Aku pernah melihat nelayan itu sebelumnya," Fan Xian samar-samar mengingat ingatannya. "Nelayan itu seharusnya adalah Yun Zhilan, tahun lalu ... oh, bukan, dua tahun yang lalu, aku pernah melihatnya di istana Kerajaan Qing. Saat itu dia adalah kepala duta dari Kota Dongyi."     

Alis Haitang tetap mengkerut. Dia terdiam beberapa saat sebelum bertanya, "Mampu melukai Yun Zhilan ... siapa sebenarnya pembunuh itu? Kenapa aku tidak pernah mendengar kabar tentang keberadaan seseorang seperti itu?"     

Fan Xian tertawa dingin. "Dengan menggunakan metode penyergapan, bahkan seorang anak kecil pun dapat membunuh seorang Guru Agung."     

Haitang menggelengkan kepalanya. "Kamu mungkin belum pernah mempelajari teknik pedang Dongyi. Pembunuh itu menggunakan teknik Pedang Sigu yang paling murni."     

Fan Xian dengan lembut merapikan rambut-rambut di pelipisnya. "Dongyi memiliki banyak petarung kelas atas. Jika mereka berusaha saling membunuh satu sama lain, itu akan menguntungkan rencana kita. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."     

Haitang masih mengingat saat-saat si pembunuh melompat keluar dari permukaan air danau. Dia terus merasa bahwa meskipun pembunuh itu menggunakan teknik Pedang Sigu murni, masih ada aura aneh pada pembunuh itu yang dia tidak dapat dia deskripsikan. Dia merasa seakan-akan pernah melihat orang itu di tempat lain sebelumnya.     

Haitang merasa seperti itu karena teknik bertarung Fan Xian yang pernah dia hadapi dalam pertarungan mereka di padang rumput, mirip dengan teknik membunuh yang digunakan Shadow di Danau Barat. Kedua orang itu membawa aura tidak tahu malu milik Dewan Pengawas. Hanya saja, Haitang tidak akan pernah menyadari hal ini.     

"Apakah dia bukan salah satu dari anak buahmu?" Haitang menatap Fan Xian dengan curiga.     

Fan Xian tersenyum. "Kamu telah melihatnya sendiri. Kemampuan bertarung pembunuh itu mirip denganmu. Bagaimana mungkin aku bisa memerintah seseorang dengan kemampuan tingkat sembilan seperti orang itu?"     

Haitang mengangguk setuju. "Fakta bahwa kamu belum bertemu seorang pembunuh selama melakukan perjalanan ke selatan ini, cukup mengejutkanku. Berbicara tentang fakta, Xinyang ..."     

Fan Xian mengangkat tangan dan menghentikan kata-kata Haitang. "Dalam masa-masa damai seperti ini, hal semacam itu hanya akan menciptakan terlalu banyak sensasi. Terlebih lagi, Xinyang tidak mampu membunuhku."     

Haitang mengerutkan alisnya. "Apakah lukamu sudah pulih?"     

...     

...     

Ekspresi Fan Xian tidak berubah, tapi dia sedikit tersenyum. "Lukaku sudah pulih sejak lama, kalau tidak aku tidak akan berani datang ke Jiangnan. Kau tahu sendiri bahwa aku ini paling takut mati."     

Jawabannya telah meyakinkan Haitang. "Mengenai masalah yang telah kita sepakati di dalam surat itu. Apakah kamu ingin membicarakannya sekarang atau nanti malam?"     

Pada dasarnya, Fan Xian adalah orang yang mesum. Dia langsung memahami kata-kata Haitang dengan pemikirannya yang kotor. Dia terbatuk dan mengatakan, "Nanti malam. Karena itu adalah hadiah dari seorang penasihat kerajaan (Ku He), perlu ada beberapa formalitas. Meski kita tidak menyalakan dupa, Kau masih harus memberiku waktu untuk mandi, bukan? Meskipun ... pertanyaanku yang sebelumnya ..."     

Pertanyaan yang dia maksud adalah: Karena mereka telah tahu bahwa dia adalah anak haram Kaisar Qing, mengapa Guru Agung Ku He masih mau menyerahkan Jantung Tianyi Dao kepada dirinya?     

Sebelum dia selesai berbicara, Haitang sudah tersenyum terlebih dahulu dan bangkit berdiri dari tempat duduknya. "Kita akan melanjutkan pembicaraan ini nanti malam. Saat ini aku ingin melihat pemandangan Danau Barat. Aku sudah membacanya berkali-kali di buku, tetapi aku belum pernah melihatnya sedekat tadi siang."     

Fan Xian memperhatikan Haitang mengambil keranjang bunga di atas meja. Dia bertanya, "Duoduo, di mana kamu mendapatkan bunga-bunga itu, di tengah-tengah cuaca seperti ini?"     

"Ini adalah bunga sutra yang kubeli di Wuzhou, ini adalah bunga palsu, semuanya palsu."     

...     

...     

Fan Xian duduk sendirian dalam keheningan di dalam ruang belajar. Setelah beberapa saat, dia berbalik, menatap ke arah tirai tebal, dan bertanya dengan khawatir, "Apakah kamu baik-baik saja?"     

Saat ini bayangan Shadow terpampang jelas di permukaan tirai. Dia menggelengkan kepalanya dan mengatakan, "Yun Zhilan terluka parah, namun dia tidak mati."     

Fan Xian mengerutkan alisnya dan dia tahu bahwa dia telah menebak dengan benar lagi. "Apa yang telah terjadi?"     

"Yun Zhilan melarikan diri ke sebuah pekarangan di tepi danau. Tempat itu mungkin adalah bangunan milik keluarga Ming. Kali ini dia tidak datang sendirian, dia datang bersama dengan beberapa teman seperguruannya. Mereka semua ada di sana, jadi aku mundur. "     

Kata-kata Shadow terdengar datar. Fan Xian bertanya, "Keluarga Ming? Dongyi? Seberapa kuat orang-orang Dongyi yang datang?"     

"Dua orang memiliki kemampuan tingkat kesembilan, tiga orang memiliki kemampuan tingkat kedelapan." Shadow menjawab, "Tapi, Yun Zhilan tidak akan dapat pulih dalam waktu setengah tahun."     

Sekilas ada jejak kemarahan di mata Fan Xian yang dia segera redam. "Masih ada petarung tingkat sembilan lainnya dan tiga tingkat delapan. Sepertinya Dongyi terlalu melebih-lebihkanku, mereka benar-benar ingin membalas dendam. Dari mana semua petarung-petarung ini berasal? Apakah keluarga Ming telah memborong mereka semua?"     

Shadow tidak mengerti kata-kata Fan Xian, tetapi dia mengerti bahwa sang Komisaris sedang marah. "Mereka sudah meninggalkan pekarangan tersebut."     

Fan Xian berdiri terdiam dan tenggelam dalam pikirannya.     

Jika Fan Xian ingin menyelidiki masalah mengenai perbendaharaan istana dalam perjalanannya ke Jiangnan ini, dapat dipastikan bahwa dia harus menggulingkan keluarga Ming dan memotong aliran dana antara Xinyang dan Dongyi. Termasuk kekuatan yang dimiliki keluarga Ming, kekuatan bela diri Xinyang tidak terlalu kuat dan tidak cukup untuk bertahan menghadapi konfrontasi. Mereka hanya bisa mengandalkan petarung-petarung asal Dongyi.     

Tampaknya sulit untuk membayangkan mereka berani membunuh seorang pejabat pemerintah, terutama seseorang seperti Fan Xian. Keluarga Ming mungkin tidak akan berani mengambil resiko keluarga mereka dimusnahkan karena telah membunuh Fan Xian. Namun, dalam masalah hidup dan mati, mengingat kegilaan Putri Sulung, siapa yang tahu apa yang bisa terjadi?     

Meskipun Fan Xian kuat dan berani, saat memikirkan bahwa dirinya harus menghadapi upaya pembunuhan oleh petarung-petarung Dongyi tingkat delapan dan sembilan yang terus bertambah jumlahnya, dia masih dapat merasakan ketakutan. Itulah sebabnya dia menyuruh agar Shadow mulai bergerak terlebih dahulu. Hal pertama yang Shadow harus lakukan adalah membunuh pemimpinnya yaitu Yun Zhilan, kemudian dia dapat memimpin para pendekar pedang dari Biro Keenam ke sepanjang perairan Jiangnan untuk membunuh orang-orang Dongyi lainnya.     

Fan Xian dapat dikatakan bodoh jika dia hanya duduk diam di dalam kantor pemerintah dan menunggu pembunuh Dongyi datang untuk mencoba merenggut nyawanya. Ada pepatah yang mengatakan: Pertahanan yang terbaik adalah melakukan serangan. Menggunakan pasukan pembunuh Dewan Pengawas untuk mengalahkan pasukan pembunuh Dongyi adalah langkah yang tepat.     

Perihal makhluk aneh bernama Sigu Jian, Fan Xian merasa bahwa masalahnya ini tidak akan menarik perhatian Guru Agung satu itu.     

Fan Xian tiba-tiba tersentak kaget dan merasa beruntung bahwa Yun Zhilan belum mati. Saudara Zhilan, aku harus membiarkanmu tetap hidup selama beberapa bulan lagi, setidaknya sampai pamanku yang buta itu pulih — penyergapan selanjutnya akan merenggut korban jiwa, bukannya menyelamatkan.     

...     

...     

Fan Xian tersadar dari pikirannya. "Bawa para pendekar pedang dari Biro Keenam dan minta orang-orang dari Biro Kedua untuk membantu proses penyelidikan. Begitu orang-orang itu menjulurkan kepala mereka, langsung serang mereka. Aku tidak memintamu untuk membunuh mereka, tetapi kejar mereka sampai mereka merasakan yang namanya ketakutan di dalam hati mereka. Buat mereka merasa cemas dan berhenti menggangguku. "     

Shadow mengangguk lalu bertanya, "Gadis yang tadi berada di sampingmu itu sangatlah kuat. Sulit bagiku untuk dapat menemuimu secara teratur."     

Fan Xian mengangguk. "Aku sadar akan hal itu. Mulai hari ini, dia akan bertanggung jawab atas keselamatanku, jadi seharusnya tidak akan ada masalah. Kamu juga harus menjaga keselamatanmu. Balas dendam tidak perlu dilakukan dengan terburu-buru. Saat ini kamu bukanlah tandingan seorang Guru Agung."     

Shadow terdiam, lalu berbalik dan pergi. Dia hanya menyisakan dua jejak kaki yang agak lembab di tempatnya tadi berdiri.     

Selama Shadow pergi menakut-nakuti orang-orang Dongyi, maka keselamatan Fan Xian akan menjadi masalah. Inilah sebabnya Fan Xian menunggu Haitang untuk menunjukkan diri sebelum dia menyerang Yun Zhilan, tetapi, pada saat yang sama, dia tidak lagi peduli jika lawan menyadari identitasnya.     

Dia telah memanfaatkan reputasi Haitang dan tatapan matanya sendiri yang tajam untuk menciptakan kesempatan bagi Shadow untuk menyerang.     

Setelah Shadow pergi, Haitang tiba, ini berarti Fan Xian masih mempunyai seorang petarung tingkat sembilan yang bekerja sama dengan Pengawal Macan untuk melindungi dirinya. Tidak akan ada masalah dengan keselamatannya. Yang paling penting, dengan adanya Haitang di sisinya, siapapun yang berani mencoba untuk menyentuh dirinya, mereka harus terlebih dahulu mempertimbangkan kekuatan Qi Utara serta Guru Agung Ku He yang botak itu.     

Di samping itu, Haitang jauh lebih manis daripada Shadow. Pada malam hari, mereka bisa melakukan lebih dari sekadar mengobrol dan berdebat. Fan Xian tertawa tanpa malu.     

[1] Zhizhou= pejabat provinsi di zaman dinasti Cina     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.