Sukacita Hidup Ini

Gerakan Rahasia di Sebuah Menara Kecil di Istana



Gerakan Rahasia di Sebuah Menara Kecil di Istana

0Kereta berderit ketika melewati batu kapur di jalan baru. Di tengah musim dingin, kereta tidak berani melaju terlalu cepat di atas permukaan jalan yang membeku. Si kusir, Su Wenmao, dengan hati-hati melecut cambuknya secara pelan. Di sekeliling kereta, terdapat sekelompok pendekar pedang dari Biro Keenam Dewan Pengawas berjalan di samping kereta dengan menggunakan sepatu bot. Mereka dengan berhati-hati mengawasi segala arah. Unit Qinian berjalan terpisah dari rombongan kereta, menyamar dengan berpakaian seperti warga sipil di tengah-tengah kerumunan pejalan kaki yang lewat.     

Di kereta itu terdapat simbol keluarga Fan. Sebuah kotak dan sebuah lingkaran yang saling bersilangan, dan itu terbuat dari emas dengan pinggiran berwarna hitam. Di dalam kereta ada Fan Xian dan Gao Da, serta dua Pengawal Macan yang duduk di seberangnya. Ekspresi Fan Xian tampak tenang ketika dia mengatakan, "Pengawal yang ikut terlalu banyak, terlalu mencolok."     

Gao Da mengangkat sudut tirai yang tebal dan melirik keluar ke jalan, dan membalasnya dengan nada datar. "Sebelumnya, pembunuh telah muncul di gunung, jadi siapa yang dapat menjamin jika ibu kota aman? Sang Kaisar sangat marah setelah mendengar upaya pembunuhan itu, dan beliau memerintahkanku untuk menjamin keselamatan Anda."     

Tatapannya memperhatikan sepanjang jalan. Tidak banyak pejalan kaki pada saat itu. Namun, semua orang yang berada di dalam rumah dan toko mereka tahu bahwa kereta yang lewat di depan mereka adalah kereta keluarga Fan, dan mereka bisa menebak siapa yang ada di dalam kereta. Mereka semua menatapnya dengan tatapan aneh.     

Rumor tentang Fan Xian adalah anak haram sang Kaisar telah terukir di dalam hati para warga. Berdasarkan rute yang diambil kereta itu, orang-orang tahu bahwa Tuan Muda Fan hendak pergi ke istana. Mereka semua mulai bertanya-tanya, apakah hari ini, Jingdou akan memberikan mereka berita baru yang mengejutkan.     

Istana terasa sangat jauh, meskipun sebenarnya sangat dekat.     

Kereta berhenti ketika mencapai kompleks luar istana. Setelah insiden Kuil Terapung, sistem pertahanan istana menjadi lebih ketat. Fan Xian turun dari kereta dan menerima jubah dan kruk [1][1] yang diberikan oleh Su Wenmao. Gao Da tahu bahwa luka luar Fan Xian sudah sembuh, oleh karena itu dia memberinya tatapan aneh.     

Fan Xian menghiraukan tatapannya, dan dia pun mulai memimpin kelompok itu berjalan menuju dinding istana yang dingin, megah, dan kemerah-merahan.     

Sebelum mereka mencapai pintu istana, para penjaga istana yang bertugas sudah mengirim sekelompok penjaga untuk menyambut mereka. Tanpa bicara sepatah kata pun, mereka membantu melindungi Fan Xian dari hembusan angin, dan membimbing mereka masuk melalui pintu masuk istana. Perlakuan seperti ini hanya didapatkan oleh menteri-menteri tua yang lemah. Bahkan para pangeran tidak mendapatkan perlakuan seperti ini. Fan Xian mengerutkan alisnya dan merasa bingung.     

Fan Xian tidak tahu bahwa Pangeran Tertua telah diam-diam memberikan perintah. Meskipun Pangeran Tertua tidak menjelaskan apa pun, jenderal-jenderal penjaga istana tahu alasan Pangeran Tertua melakukan itu. Rumor itu tidak membahayakan posisi Fan Xian, tetapi sebenarnya telah membantu memperbaiki keretakan hubungan antara Pangeran Tertua dan Komisaris Fan.     

Hari ini, Kasim Hou, kasim pertama yang Fan Xian temui saat pertama kali dia berkunjung ke istana, bertanggung jawab untuk menyambutnya di pintu masuk. Mereka berdua memiliki hubungan yang cukup dekat satu sama lain. Kasim Hou, dengan wajah yang penuh pesona, mengatakan, "Tuan muda Fan. Untung, aku bangun pagi hari ini. Aku tidak menyangka Tuan muda akan datang sepagi ini."     

Fan Xian dengan bercanda memarahinya sebelum bertanya dengan heran, "Kamu bilang bahwa kamu pergi ke Departemen Dalam Negeri bulan lalu. Beberapa kali terakhir aku datang ke istana, Lao Yao-lah yang biasanya selalu menyambutku. Kenapa kamu ada disini hari ini?" Kasim Hou telah diangkat menjadi kepala Departemen Dalam Negeri. Dia menangani penggunaan obat-obatan, dan kematian serta perkabungan yang terjadi di istana: jabatan yang sangat sibuk. Saat ini dia sangat disukai di dalam istana. Seharusnya, dia tidak memiliki alasan untuk menyambut Fan Xian di luar istana.     

Kasim Hou tersenyum. "Lao Yao pergi karena ada urusan. Yang Mulia Kaisar memintaku untuk menggantikannya hari ini."     

Fan Xian mengangguk dan berjalan mengikutinya. Mereka berjalan di taman Istana Daping sambil sesekali mengobrol. Setelah beberapa saat, Fan Xian akhirnya menghela napas. "Aku sudah bosan dengan tatapan mata orang-orang belakangan ini," katanya perlahan. "Kamu hebat. Kamu masih memperlakukanku sama seperti biasanya."     

Setelah mendengar ucapan Fan Xian, Kasim Hou merasa merinding, tetapi hatinya segera menghangat dan dia berkata dengan ramah, "Tuan bisa saja. Tuan memiliki hari-hari baik yang menanti tuan. Tentu saja aku akan melayanimu dengan baik."     

Fan Xian tidak meragukan kebohongan itu, dia hanya tertawa terbahak-bahak. Perilaku kebanyakan orang terhadap dirinya berubah setelah mengetahui hubungannya dengan keluarga kerajaan. Dia benar-benar merasa bahwa para kasim memperlakukan dirinya sama seperti biasanya.     

Fan Xian tidak tahu bahwa para kasim di istana Qing selalu menjaga kenetralan mereka di antara para pangeran. Mereka tidak berani terburu-buru memilih tuan mereka, karena keberadaan mereka tidak sepenting para pejabat. Begitu mereka memilih tuan yang salah dan ketika tuan yang tidak mereka dukung naik takhta, mereka hanya bisa mati. Maka dari itu, mereka menghormati para pangeran, namun tetap menjaga jarak. Terlebih lagi, mereka biasanya hanya melayani sang Kaisar, dan selain Putra Mahkota, mereka tidak terlalu takut pada tiga pangeran lainnya.     

Para kasim tidak peduli bahwa Fan Xian bukan seorang pangeran, justru karena identitasnya yang sebenarnya ini, para kasim berusaha untuk mengambil hatinya.     

...     

...     

Di sepanjang jalan, mereka melewati beberapa istana yang familiar baginya sebelum akhirnya tiba di ruang belajar istana. Kasim Hou dengan hati-hati mengumumkan kehadirannya dari luar pintu sebelum dia berbalik dan memberi isyarat untuk masuk kepada Fan Xian dengan matanya, lalu mundur ke satu sisi.     

Setelah pintu terbuka, Fan Xian masuk dengan bantuan kruknya. Dia berdiri di depan rak buku raksasa dan sang Kaisar, yang saat ini sedang duduk di dipannya yang lembut, sambil membaca beberapa memorial. Fan Xian dengan sengaja meletakkan kruknya dengan cara yang canggung, dan memberi hormat kepada sang Kaisar secara formal.     

Sang Kaisar tidak mengangkat kepalanya; dia mengatakan, "Carilah tempat untuk duduk. Tunggu sampai aku selesai membaca ini, baru kita bicara."     

Bagaimana mungkin Fan Xian menemukan tempat duduk untuk dirinya sendiri di ruang belajar istana? Hong Zhu sangat pintar, dia memahami apa yang dimaksud sang Kaisar, dia dengan cepat pergi ke belakang dan membawa bangku kain, dan meletakkannya di sebelah Fan Xian. Fan Xian memberikan senyum terima kasih kepada kasim Hong Zhu dan duduk. Dia dalam hati bertanya-tanya, mengapa jerawat anak ini masih terus bermunculan.     

Saat ini sang Kaisar sedang menunduk dan terlihat tidak menyaksikan adegan ini. Namun, untuk sesaat terdapat jejak senyuman di matanya yang sedang tertuju pada memorial di depannya.     

Ruang belajar istana benar-benar sunyi. Tidak ada yang berani berbicara; para kasim di dalam dan luar tidak berani bersuara.     

Ini bukan pertama kalinya Fan Xian bertemu dengan sang Kaisar secara empat mata. Tapi ini adalah pertemuan pertamanya dengan sang Kaisar sejak rumor masa lalunya tersebar, hatinya merasa gelisah. Dadanya terasa gatal dan dia kesulitan menahan batuknya. Suara batuk bergema di dalam ruang belajar, sangat jelas, dan itu sedikit mengejutkannya.     

Sang Kaisar mengangkat kepalanya untuk melirik ke arah Fan Xian, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa sebelum akhirnya kembali membaca memorial.     

Fan Xian dengan cepat kembali duduk tegak di kursinya dan mulai menyaksikan dengan hening bagaimana sang Kaisar mengerjakan urusan hariannya. Dia tahu bahwa sangat sedikit orang yang mempunyai kesempatan untuk menyaksikan semua ini, tetapi setelah beberapa saat dia mulai kehilangan fokus. Dia mulai memperhatikan kontur wajah sang Kaisar. Meskipun sang Kaisar saat ini sedang menundukkan kepalanya, Fan Xian masih dapat menemukan jejak-jejak kemiripan di wajah sang Kaisar. Lebih tepatnya, kemiripan dengan wajahnya sendiri.     

Inilah yang disebut hubungan darah.     

Sang Kaisar menghabiskan waktu cukup lama untuk membaca memorial tersebut; ada banyak memorial di atas mejanya. Alisnya terkadang berkerut karena marah, terkadang mengendur dalam sukacita, terkadang tenggelam dalam pikiran, dan terkadang meninggi karena bersemangat.     

Wilayah Kerajaan Qing sangatlah luas, dengan tujuh jalan besar, 26 negara bagian, serta provinsi dan kabupaten yang tak terhitung jumlahnya. Memerintah seluruh negara dari Jingdou adalah tugas yang sangat sulit. Memorial resmi ini datang setiap hari dari seluruh negara bagian, sama banyaknya dengan kepingan salju. Jika dia seorang sang Kaisar yang malas, mungkin dia akan menyerahkan semua tugas ini kepada kabinetnya dan menghabiskan hari-harinya dengan bepergian dan bersenang-senang. Tetapi, jelas bahwa Kaisar Kerajaan Qing yang sekarang tidak ingin menjadi penguasa yang semena-mena. Dia bahkan telah mengusir Perdana Menteri keluar dari istana, dan membentuk sekretaris istana.     

Apa yang dia lakukan sama saja dengan menyiksa diri sendiri. Fan Xian diam-diam menyadari sesuatu saat dia menyaksikan pemandangan di depannya. Tidak menyenangkan menjadi seorang Kaisar. Rasanya lebih baik menjadi seperti Raja Jing, yang selalu menghabiskan waktunya untuk berkebun.     

Siang pun tiba. Sinar matahari menyinari ibu kota dengan menembus lapisan-lapisan awan, meski begitu udara tetap terasa dingin, seolah-olah sudah tidak bisa menjadi hangat lagi. Orang-orang di istana sepertinya sudah lupa waktu. Pada saat inilah, sang Kaisar akhirnya menyelesaikan anotasinya di pagi hari dan menutup memorial terakhir. Dia memejamkan mata dan meregangkan tubuhnya untuk menyegarkan dirinya.     

Para kasim masuk ke dalam ruangan. Handuk, teh, kue-kue, dan dupa mulai mereka sajikan untuk sang Kaisar dan perutnya. Fan Xian memperhatikan bahwa handuk itu tidak mengeluarkan uap sedikit pun di tengah cuaca yang dingin ini. Dia pun mengerutkan alisnya dan bertanya. "Yang Mulia ... handuk itu dingin?"     

Sang Kaisar membenarkannya, meraih handuk itu dan mulai mengelap wajahnya dengan penuh semangat. Dia bergumam dengan tidak jelas, "Suhu dingin masuk ke dalam tulang dan membantu membangkitkan semangat." Dia melirik Fan Xian dan tersenyum. "Handuk panas terlalu hangat dan nyaman. Aku khawatir itu akan membuatku tertidur."     

Fan Xian tersenyum. "Aku selalu menggunakan handuk panas — semakin panas semakin baik." Dia tiba-tiba merasa tersedak. Dia terbatuk-batuk sambil melambaikan tangannya, "Tentu saja, perlu untuk berhati-untuk tidak sampai terbakar."     

Sang Kaisar tiba-tiba tersenyum penuh arti. Dia melirik Fan Xian beberapa kali dan berkata, "Tidak buruk, kamu cukup kalem."     

Fan Xian terdiam.     

Tatapan sang Kaisar jatuh ke kruk yang berada di belakang Fan Xian dan dia pun menghela napas dalam hatinya. Anak ini keras kepala seperti ibunya ... dia dengan sengaja ingin agar aku melihatnya memamerkan kepintarannya. Dia ingin agar aku memarahinya dan memperkuat niatnya. Apakah dia tidak berpikir bahwa aku bisa melihat semua ini?     

Sang Kaisar mulai mengingat semua kelebihan wanita itu, dan dia menyadari bahwa Fan Xian tidak memiliki ambisi yang berlebihan. Sebaliknya, Fan Xian tampak seperti anak yatim yang tenang ... anak yang baik. Sang Kaisar bangkit berdiri dan berjalan keluar dari ruang belajar, sambil memberi sinyal kepada Fan Xian untuk mengikutinya. Fan Xian segera mengambil kruknya tapi tiba-tiba sang Kaisar pun tersenyum. "Aku sudah tahu bahwa lukamu sudah sembuh. Kenapa berpura-pura menggunakan kruk di depanku?"     

Meskipun kebohongannya telah terungkap, sang Kaisar tidak marah. Fan Xian terdiam sejenak, seolah-olah dia tidak percaya bahwa sang Kaisar ... tidak akan memarahinya. Tak lama kemudian, dia tertawa dan melemparkan tongkat itu ke satu sisi sebelum mengikuti sang Kaisar keluar ruangan.     

Dalam pertemuan pertamanya dengan ayah kandungnya, Fan Xian telah menang.     

...     

...     

Mereka berjalan di bawah atap istana menuju ke barat laut. Semakin mereka berjalan, istana-istana semakin sedikit; mereka telah melewati istana besar seperti Istana Hanguang dan Istana Taiji jauh di belakang mereka. Para kasim dan gadis-gadis pelayan dengan rendah hati menunduk dan membukakan mereka jalan. Di belakang sang Kaisar dan Fan Xian, hanya ada kasim Hong Zhu. Ketika mereka berjalan semakin jauh, bahkan kasim dan gadis-gadis pelayan semakin sedikit. Taman musim dingin terasa sangat sepi, dan masih ada salju hinggap di bebatuan. Burung-burung telah berhenti bernyanyi, dan tidak ada lagi suara serangga. Hanya ada kesunyian yang lembut.     

Fan Xian tahu ke mana mereka akan pergi, namun dia tetap diam. Emosi sang Kaisar juga tampak sedikit aneh, dan dia juga tidak mengatakan apa-apa. Tidak sampai Istana Dingin menghilang dan istana-istana yang tampak agak rusak mulai terlihat, barulah sang Kaisar akhirnya berhenti.     

Di depan mereka ada sebuah taman kecil yang sepi. Taman itu tidak besar dan hanya ada sebuah menara kayu dua tingkat di dalamnya. Menara itu tampak tua dan reyot. Sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki.     

Fan Xian mengikuti sang Kaisar saat mereka menaiki tangga. Dia mulai merasa gugup dan menarik napas dalam-dalam.     

Di lantai dua, di aula utama, sang Kaisar akhirnya menghela napas. Dia berjalan ke luar, lalu memandangi taman dari atas balkon dan tenggelam dalam kesunyian untuk waktu yang lama. Balkon menghadap ke salah satu sisi istana, dan merupakan tempat paling tenang dan paling terpencil di tempat itu. Tidak ada yang merawat taman itu, tanaman-tanaman liar merajalela sebelum akhirnya dihancurkan oleh angin musim gugur dan hujan salju. Tanaman-tanaman itu kini telah berserakan di tanah, tampak seperti mayat-mayat yang tak terhitung jumlahnya. Pemandangan kuning dan putih tersebut terlihat suram.     

Di kejauhan, menara pojok Gerbang Huayang samar-samar dapat terlihat.     

Fan Xian berdiri diam di belakang sang Kaisar. Tentu saja, tidak pantas baginya untuk berbicara. Namun, dia sudah memindai seisi ruangan dan tidak bisa menemukan lukisan yang dia harapkan.     

Seolah-olah telah melakukan sihir, entah bagaimana Kasim Hong telah menyeduh teh dengan air panas, yang dengan penuh hormat dia letakkan di atas meja sebelum dia turun ke bawah. Dia tidak berani menyajikannya secara langsung.     

...     

...     

"Sebelumnya, ketika aku menyuruhmu menunggu di ruang belajar istana." Sang Kaisar menghadap ke arah pagar; tangannya mencengkeram pagar dengan erat, dan suaranya tidak bergetar sama sekali. "Itu karena aku ingin memberitahumu: seorang penguasa memiliki jalannya sendiri."     

Fan Xian tetap diam.     

"Sebagai penguasa suatu negara, aku ... harus mempertimbangkan kepentingan negara. Aku harus mempertimbangkan penduduk." Sang Kaisar berbicara perlahan, matanya tertuju pada satu titik yang jauh. "Menjadi Kaisar bukanlah pekerjaan yang mudah ... seperti yang pernah ibumu katakan. Oleh karena itu, aku harus mengorbankan beberapa hal, bahkan beberapa hal yang sangat berharga. Jangan marah padaku, karena telah menahanmu di Danzhou selama 16 tahun."     

Fan Xian telah menunggu hari ini untuk waktu yang lama, dan secara mental, dia telah mempersiapkan dirinya untuk itu. Namun, setelah mendengar kata-kata sang Kaisar, dia tidak bisa menahan rasa dingin yang menjalar dari lehernya ke atas kepalanya. Karena terkejut, dia tidak tahu harus berkata apa, dan terdiam beberapa saat. Dia tiba-tiba menggigit bibirnya dan mengatakan, "Aku ... tidak mengerti apa maksud Yang Mulia."     

Sang Kaisar sepertinya telah menduga respon Fan Xian. Dia tersenyum merendahkan dirinya sendiri. Dia tidak menoleh. Dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya, sang Kaisar mengatakan, "Termasuk saudara-saudaramu, di dunia ini ada puluhan ribu orang, tidak banyak yang berani mengungkapkan kemarahan mereka kepadaku dengan kata-kata, tindakan, atau ekspresi mereka ... An Zhi, gayamu mirip dengan ibumu. "     

Leher Fan Xian saat ini sangat tegak, dan dia masih bersikeras menolak untuk mengatakan sesuatu.     

"Kamu tidak mengerti apa yang kumaksud?" Sang Kaisar berbalik. Mantel kuning mudanya yang ada di sebelah pagar, terlihat lebih terang dari biasanya. Dia perlahan-lahan mengatakan, "Maksudku, kamu adalah ... anak kandungku"     

...     

...     

Fan Xian terdiam sebelum tersenyum secara tiba-tiba, lalu berhenti tersenyum, lalu kembali tersenyum heran. Dalam ekspresinya, ada kesedihan dan kepahitan yang tidak dapat dideskripsikan. Setelah beberapa saat, dia perlahan-lahan menutup mulutnya.     

Fan Xian tiba-tiba merasa frustrasi. Dia lupa bahwa sejak dia menginjakkan kakinya di istana, dia harus berakting sesuai rencana. Sekarang dia telah jatuh ke dalam peran putra haram Kaisar, dan dia merasa sulit untuk berhenti berakting!     

Fan Xian menangkupkan kedua tangannya dan membungkuk dalam-dalam kepada sang Kaisar, tetapi dia masih menolak untuk bersuara.     

Sang Kaisar menghela napas. Dia telah tertipu oleh akting Fan Xian, dan perlahan-lahan mengatakan, "Aku bisa memilih untuk tidak mengakui rumor-rumor di Jingdou. Aku akhirnya harus mengakui rumor-rumor itu karena kamu, An Zhi, merupakan darah dan dagingku."     

Sang Kaisar berjalan mendekatinya dan melihat tekad kuat dan keras kepala di wajah pemuda yang cantik itu. Dia segera menyembunyikan ekspresi iba di wajahnya. Dia tidak menuntut agar Fan Xian menjawabnya; sebaliknya, dia berkata pada dirinya sendiri, "Kamu akan berusia 18 tahun, bulan depan."     

Fan Xian tiba-tiba mengangkat kepalanya, tetapi mulutnya yang hendak mengatakan sesuatu tampak berhenti bergerak. Setelah beberapa saat, dia samar-samar mengatakan, "Aku ... tidak tahu tanggal kelahiranku."     

Kata-kata ini menembus hati sang Kaisar, dan akhirnya membuat pria yang biasanya berhati dingin ini merasa menyesal. Setelah merenung sesaat, dia perlahan mengatakan, "18 Januari."     

Fan Xian membeku untuk sesaat, sebelum akhirnya meleleh untuk tertawa getir. Dia menghela napas, dan mengatakan "Aku tidak tahu bahwa tanggal ulang tahunku adalah 18 sampai aku berusia 18 tahun."     

Sang Kaisar tersenyum hangat. Semakin dia menatap Fan Xian, semakin dia menyukainya. Tanpa bermaksud, dia mengatakan, "Tak kusangka mereka dapat membesarkanmu sebagai anak yang penurut di pedesaan. Aku curiga bahwa Bibi telah bekerja sangat keras saat kamu berada di Danzhou. Suatu hari, aku akan pergi ke Danzhou untuk mengunjunginya ... An Zhi, bagaimana kabarnya belakangan ini? "     

Fan Xian menunduk dan terdiam memikirkan sesuatu untuk beberapa saat. Dia akhirnya membuka mulutnya, "Nenek baik- baik saja. Aku ... aku sering menulis surat ke Danzhou."     

"Oh." Sang Kaisar menyadari bahwa dirinya akhirnya berhenti menyebut Fan Xian sebagai pejabat. Hatinya menghangat dan dia tersenyum dengan nyaman, dan mulai bertanya dengan lembut tentang kehidupan masa kecil Fan Xian.     

Percakapan mereka sekarang telah memiliki topik, dan Fan Xian tampaknya mulai terbiasa dengan "hubungan baru antara Kaisar dan pejabatnya", dan mulai menceritakan masa kecilnya kepada orang yang paling dihormati dibawah Langit ini.     

[1] Penyangga kaki     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.