THE BELOVED ONE

MEMENDAM PENDERITAAN



MEMENDAM PENDERITAAN

0"Kenapa harus dibatalkan? perjodohan itu tetap akan terjadi...karena itu sudah takdir kamu dengan dia. Hanya kematian yang bisa memisahkan kalian berdua." ucap Khabir dengan suara yang sangat tenang.     

"Karena aku tidak bisa menikah dengan siapapun Ayah aku telah sakit yang tidak bisa di obati lagi." ucap Danish yang belum bisa menceritakan semuanya pada Khabir.     

"Tidak ada orang sakit yang tidak ada obatnya, pasti ada obatnya. Ada sakit ada sembuh." ucap Khabir percaya dengan obat-obatan dari suku Arzza dengan segala ilmu yang di percaya oleh suku Arzza.     

"Ceritakan saja semuanya pada Ayah agar semua beban kamu berkurang." ucap Khabir dengan keadaan yang masih tenang.     

Dengan terpaksa akhirnya Danish menceritakan semuanya dari awal sampai akhir di mana dia kembali pulang ke pulau Arzza pada ayahnya Khabir.     

Khabir tidak percaya dengan semua apa yang diceritakan Danish kepadanya. Bagaimana bisa Danish melakukan hal seperti itu dengan laki-laki yang tidak seharusnya dia lakukan.     

"Kenapa kamu melakukan hal yang tidak patut kamu lakukan Danish? apa tidak ada lagi wanita yang bisa membuatmu jatuh cinta? sampai kamu melakukan dengan teman kamu laki-laki?" tanya Khabir dengan perasaan yang masih tak percaya dengan apa yang dilakukan Danish.     

"Aku terlambat memang terlambat mencintai seorang wanita Ayah, tapi saat ini aku sudah mencintai seorang wanita tapi semuanya sudah terlambat karena aku sudah terjangkit penyakit virus HIV dan aku tidak ingin dia ikut tertular dengan penyakitku ini." ucap Danish dengan segala penyesalannya.     

"Aku tidak tahu siapa wanita yang kamu cintai itu. Yang jelas kamu harus menikah dengan wanita yang telah menjadi Jodoh kamu sejak kamu masih kecil." ucap Khabir dengan suara yang sangat tegas.     

"Tapi Ayah tetap sama saja, walau ku menikah dengan wanita yang aku cintai atau wanita yang telah Ayah jodohkan denganku.. sama saja mereka akan bisa tertular dengan penyakitku ini Ayah. Ayah sudah tahu sendiri kalau penyakitku ini tidak akan bisa disembuhkan lagi selain kematian yang perlahan datang padaku." ucap Danish dengan tatapan rasa bersalah.     

"Sudah Ayah bilang semua penyakit akan bisa disembuhkan kalau memang sudah kehendak Sang penguasa yang di atas. Kamu bisa kalau kamu punya keyakinan untuk sembuh, apalagi dengan apa yang dimiliki ilmu suku Arzza kemungkinan kamu bisa sembuh." ucap Khabir dengan tatapan penuh.     

"Sekarang bilang pada temanmu Ponco, ayah akan berusaha mengobatinya tapi dengan syarat dia harus menikah dengan wanita suku Arzza. Ayah tidak mau kalian melakukan hal itu lagi." ucapkan Khabir kemudian pergi meninggalkan Danish sendirian.     

Seperti apa yang dikatakan Khabir, Danish mendatangi Ponco yang sedang istirahat di kamarnya dan menceritakan keinginan yang diucapkan oleh Khabir.     

"Aku tidak apa-apa menikah dengan wanita suku Arzza, yang penting aku bisa bertahan hidup lebih lama lagi." ucap Ponco dengan sungguh-sungguh.     

"Baiklah...aku akan mengatakan pada Ayah kalau kamu setuju untuk menikah dengan wanita suku Arzza." ucap Danish kemudian meninggalkan Ponco untuk menemui ayahnya lagi.     

Sesuai janji Ponco pada Khabir, Ponco akan menikah dengan wanita suku Arzza dalam waktu dekat.     

Sebelum jelang pernikahannya, baik Ponco dan Danish sudah di asingkan hampir dua Minggu di ruangan khusus seperti kamar isolasi yang di khususkan untuk pengobatan Ponco dan Danish.     

Ponco yang sudah di pertemukan dengan calon istrinya suku Arzza lebih bersemangat untuk cepat sembuh sedangkan Danish yang tidak bertemu dengan Ayraa selama dua Minggu mengalami penurunan dratis karena jarang mau makan dan lebih cenderung menyiksa diri dengan tidak ada keinginan untuk hidup.     

Khabir yang mengetahui hal itu berulang kali memberi semangat pada Danish kalau Danish akan bisa sembuh dan bisa menikah.     

"Danish...kamu jangan seperti ini? kenapa kamu menyiksa dirimu sendiri? apa kamu tidak ingin hidup dan bertemu dengan wanita yang kamu cintai?" tanya Khabir yang sudah merestui Danish mencintai wanita pilihannya. Dan Kabir tidak memaksakan kehendaknya lagi untuk menjodohkan Danish dengan wanita pilihannya putrinya Nicky.     

Danish terdiam tidak merespon ucapan Ayahnya selain hanya menatap Ayahnya dengan tatapan sayu.     

"Danish... Ayah janji akan menjemput wanita yang kamu cintai, tapi berjanjilah pada Ayah kalau kamu mau sembuh dan tidak seperti ini lagi?" ucap Khabir dengan perasaan sedih.     

Danish tetap bergeming, tidak merespon untuk membalas ucapan Khabir.     

"Di mana wanita itu tinggal Danish katakan pada Ayah? Ayah akan segera kesana untuk menjemputnya. Akan Ayah bawa wanita yang kamu cintai dihadapanmu Danish." ucap Khabir dengan sungguh-sungguh.     

Ponco yang duduk di samping Khabir menghela nafas panjang.     

"Tuan Khabir apa di sini ada sinyal untuk bisa menghubungi seseorang?" tanya Ponco berniat untuk menghubungi Ayraa. Sungguh hati Ponco tidak bisa lagi menahan rasa sedihnya melihat keadaan Danish yang terbaring lemah tanpa ada keinginan untuk hidup     

"Harus ke bukit sebelah kalau ingin mendapatkan sinyal yang kuat." ucap Khabir dengan perasaan sedih.     

"Aku pergi ke bukit dulu Tuan Khabir aku akan meminta alamat wanita yang di cintai Danish." ucap Ponco bertekad pergi ke sana.     

Setelah menempuh beberapa jam naik ke atas bukit menghubungi Ayraa dari ponselnya.     

Hati Ponco sedikit terkejut saat yang menerima panggilannya bukanlah Ayraa tapi bundanya Ayraa Nicky.     

"Hallo... maaf Bu, saya adalah teman Danish saya sedang mencari Ayraa. Apa Ayraa ada?" tanya Ponco dengan sopan.     

Tiba-tiba terdengar suara tangis Bunda Aiyraa di sana.     

"Maaf Pak Ponco, Ayraa sedang sakit..sudah hampir satu minggu ini. Pak Ponco di mana Danish? apa Pak Ponco tahu? Ayraa sangat merindukan Danish hingga jatuh sakit Pak." ucap Nicky sambil menangis melihat keadaan Ayraa yang terbaring lemah tidak mau makan dan minum apapun.     

"Maaf Bu, di sini Danish juga sakit Bu. Sudah hampir dua minggu Danish tidak mau makan dan minum, hanya nama Ayraa yang selalu dipanggilnya." cerita Ponco pada Bunda Ayraa dengan perasaan sedih.     

"Sepertinya mereka saling memendam rindu, hingga mereka berdua jatuh sakit." ucap Nicky sambil mengusap air matanya merasa sedikit lega karena sudah tahu kabar tentang Danish.     

"Begini Bu, Ayah Danish ingin menjemput Ayraa agar Ayraa bisa melihat keadaan Danish. Ayah Danish minta alamatnya Ayraa, apa boleh?" tanya Ponco dengan perasaan lega karena Bunda Ayraa memberi izin Ayah Danish menjemput Ayraa.     

"Tentu saja boleh Pak Ponco akan segera saya kirimkan alamatnya sekarang." ucap Nicky dengan penuh kegembiraan.     

Setelah mengirim alamat dengan jelas pada Ponco, Nicky menutup panggilannya Ponco dan menatap wajah Ayraa yang terpejam rapat.     

"Ayraa, bangun sayang... Ayah Danish akan menjemputmu Ayraa, kamu harus bangun sayang." ucap Nicky dengan hati di penuhi kebahagiaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.