THE BELOVED ONE

RASA CEMAS DANISH AILLEN



RASA CEMAS DANISH AILLEN

1Danish menatap Ponco yang terbaring lemah dengan perasaan tak percaya. Bagaimana bisa hasil lab checkup Ponco menyatakan kalau Ponco terkena positif HIV. Bagaimana dengan dirinya? yang selama ini telah berhubungan badan berkali-kali dengan Ponco.     

Hati Danish menjadi semakin gelisah tidak tahu harus berbuat apa untuk meyakinkan dirinya sendiri apakah dirinya terbebas dari positive HIV atau tidak.     

"Ada apa Danish? kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Ponco yang belum tahu tentang keadaannya.     

"Tidak ada apa-apa, kamu istirahat saja. Aku masih ingin memastikan tentang sesuatu dulu." ucap Danish terlalu sibuk mengurusi checkup Ponco dan lain-lainnya, hingga tidak sempat berpikir tentang masalahnya bahkan untuk ponselnya dia silent agar tidak menambah luka di hatinya.     

"Memastikan tentang apa?" tanya Ponco dengan wajah yang pucat.     

"Tidak ada apa-apa, apa kamu lapar?" tanya Danish masih kepikiran dengan kejadian yang terakhir saat dia bercinta dengan Ponco apakah itu akan berdampak pada dirinya.     

"Tidak...aku hanya ingin tidur dulu sebentar." ucap Ponco seraya menatap wajah Danish yang terlihat lelah.     

"Ya sudah tidur saja." ucap Danish dengan pikiran gelisah.     

"Danish." panggil Ponco ingin mengetahui kelanjutan masalahnya Danish dengan Ayraa.     

"Ya..ada apa?" Sahut Danish membalas menatap wajah Ponco.     

"Bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Ayraa?" tanya Ponco dengan serius.     

"Aku tidak tahu, aku belum bicara dengannya." ucap Danish dengan hatinya kembali terluka.     

"Kenapa kamu tidak menghubungi Ayraa? bukannya kalau kamu menghubungi Ayraa masalah kamu akan cepat selesai?" ucap Ponco dengan tatapan penuh.     

"Aku sudah tidak ingin membahasnya lagi Pon, cukup sudah apa yang dikatakan Ayahnya Ayraa kalau Ayraa akan dijodohkan dengan Chello. Dan itu tidak bisa diubah lagi. Aku tidak ingin tersakiti lagi Pon, sekarang aku hanya pasrah dengan apa yang terjadi." ucap Danish dengan hati yang putus asa.     

"Apa Ayraa menghubungimu?" tanya Ponco karena Ponco tahu pasti Ayras sangat mencintai Danish dan tidak mungkin Ayraa tidak menghubungi Danish.     

"Aku tidak tahu Pon, Ayraa menghubungi aku atau tidak, aku tidak melihat ponselku sama sekali sejak kemarin. Apalagi aku fokus dengan apa yang telah terjadi sama kamu." ucap Danish seraya menghela nafas panjang.     

"Lihatlah ponselmu, Ayraa menghubungimu atau tidak. Kasihan kalau dia menghubungimu dan kamu tidak menghiraukannya. Pasti Ayraa kepikiran tentang kamu." Ucap Ponco meminta Danish untuk melihat ponselnya.     

Dengan berat hati Danish mengambil ponselnya dalam kantongnya. Dan benar ada banyak panggilan dari Ayraa dan juga beberapa pesan yang di kirimnya.     

Danish sangat terkejut membaca di pesan terakhir Ayraa yang mengatakan kalau Ayahnya sudah setuju dan meminta Danish untuk segera ke rumahnya.     

Hati Danish sangat bahagia dengan wajahnya yang berseri-seri memperlihatkan ponselnya pada Ponco.     

"Lihat Pon, sepertinya Ayahnya Ayraa telah merestui hubunganku dengan Ayraa. Ayahnya meminta aku untuk segera ke sana." ucap Danish dengan wajahnya yang terlihat bahagia.     

"Benarkan Danish, orang yang baik seperti kamu pasti akan mendapatkan yang terbaik. Sekarang cepatlah kamu berangkat ke sana, kasihan Ayraa...pasti dia memikirkan kamu." ucap Ponco ikut merasakan kebahagiaan yang di rasakan oleh Danish.     

Namun saat Danish mengingat hasil checkup Ponco yang positif terkena HIV, tiba-tiba hati Danish kembali putus asa dan merasa ketakutan. Danish takut dengan apa yang akan terjadi pada dirinya, karena bisa jadi dirinya juga akan mengalami positif HIV.     

"Ada apa Danish? kenapa kamu diam saja? sudah...cepat, berangkat sana! pasti Ayraa menunggumu." ucap Ponco yang belum tahu apa-apa tentang hasil checkup nya.     

Kembali Danish merasa terluka, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Danish merasa takut untuk melanjutkan hubungannya dengan Ayraa. Rasa ketakutan akan dirinya yang bisa saja ikut terjangkit positif HIV yang pasti akan menjadi permasalahan besar bagi dirinya.     

"Aku tidak mungkin bisa melanjutkan hubunganku dengan Ayraa, kalau umpama aku juga terjangkit penyakit HIV. Aku tidak ingin Ayraa tertular dengan virus HIV ini. Secepatnya aku harus memeriksakan diri agar tahu hasilnya." ucap Danish dalam hati dengan hati yang semakin sedih dan gelisah.     

"Kenapa kamu masih di sini? dan tidak berangkat? ada apa sih? Apa yang kamu pikirkan lagi?" tanya Ponco merasa ada sesuatu yang dipikirkan Danish hingga lebih banyak diam daripada bicara.     

"Aku belum bisa ke sana saat ini, aku harus melakukan sesuatu..baru setelah itu aku bisa mengambil sikap." ucapkan is dengan hati yang pasti.     

"Mungkin apa yang aku lakukan sekarang bisa menyakiti hati Ayraa, tapi akan lebih menyakiti hati Ayraa kalau ternyata setelah hubunganku dengan dia semakin serius, ternyata aku mengidap penyakit HIV itu akan lebih menyakiti hati Ayraa lagi. Sebelum hal itu terjadi dan terlambat aku harus memastikannya sekarang." batin Danish dalam hati.     

"Aku akan keluar sebentar, sekaligus mencari makan untuk kita makan siang." ucap Danish masih merahasiakan hasil cek up miliknya Ponco.     

Setelah Danish keluar untuk mencari makan siang. tanpa sepengetahuan Danish, Ponco menghubungi Ayraa karena tidak ingin melihat Danish merasa sedih. Ponco sangat yakin karena saat ini Danish dalam keadaan tertekan entah karena apa.     

"Hallo...Ayraa, ini aku Pak Ponco." ucap Ponco mengawali pembicaraannya dengan Ayraa.     

"Iya Pak Ponco, ada apa? apa ada kabar tentang Kak Danish? karena dari kemarin aku mengirim pesan dan menghubunginya tidak bisa bahkan untuk pesanku baru saja hari ini dibaca tapi belum juga dibalas. Apa Kak Danish ada di situ Pak?" tanya Ayraa merasa sedih.     

"Barusan saja Danish pergi sedang membeli makanan, tadi memang dia sudah membaca pesan kamu. Danish terlihat sangat bahagia karena sudah mendapat restu dari Ayah kamu. Tapi aku tidak tahu lagi, kenapa tiba-tiba dia merasa sangat sedih bahkan terlihat ada beban dalam pikirannya, makanya aku menghubungi kamu. Cobalah kamu kesini untuk bertanya pada Danish, karena aku tahu pasti kalau kamu menghubunginya lewat telepon, mungkin tidak diangkat oleh Danish." jelas Ponco panjang lebar.     

"Memang Pak Ponco dan kak Danish sekarang ada di mana?" tanya Ayraa yang tidak tahu kalau Ponco ada di rumah sakit.     

"Aku ada di rumah sakit dari kemarin, aku masuk rawat inap dan Danish lah yang mengantarku ke sini, mungkin karena itu Danish tidak sempat membuka ponselnya." jawab Ponco sedikit menenangkan hati Ayraa.     

"Oh begitu Pak? ya sudah.. biar aku yang ke sana untuk menemui Kak Danish. Terima kasih ya Pak Ponco." ucap Ayraa sedikit lega karena sudah mendengar kabar tentang Danish.     

Dengan perasaan cemas Ayraa pun berangkat ke rumah sakit untuk menemui Danis dan Ponco.     

Ayraa sedikit banyak tahu tentang sifat dan perasaan Danish, kalau Danish sedikit susah untuk terbuka jika ada suatu masalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.