THE BELOVED ONE

KECEMASAN JESSI



KECEMASAN JESSI

1"Tok...Tok...Tok"     

"Chello... buka pintunya, ada Bibi Ratih dan temannya. Mereka sudah datang untuk Cahaya." ucap Jessi masih mengetuk pintu kamar Chello berulang-ulang.     

"Sebentar." sahut Chello bangun dari tidurnya kemudian membuka pintu kamarnya.     

"Bibi Ratih dan temannya sudah menunggu, bukannya kita harus mendapatkan pembantu hari ini." ucap Jessi melihat Chello yang terlihat masih mengantuk.     

"Hem...aku segera ke sana." ucap Chello sambil mengusap kedua matanya.     

"Memang kamu tidur jam berapa semalam?" tanya Jessi dengan tatapan heran.     

"Aku tidak melihat jam, aku hanya baca semalaman." sahut Chello bersiap-siap ke kamar mandi.     

"Membaca apa hingga semalaman?" tanya Jessi masih penasaran.     

"Buku pintar tentang cara mengelola perusahaan." jawab Chello dengan serius.     

Tiba-tiba Jessi tertawa keras.     

"Kenapa tertawa?" tanya Chello dengan mengkerutkan keningnya.     

"Tidak... hanya saja aku senang kamu sudah punya niat belajar untuk memajukan perusahaan Mas Danish." ucap Jessi dengan tersenyum kemudian meninggalkan Chello yang menatapnya dengan kesal.     

"Apa ada yang salah kalau aku belajar tentang perusahaan?" gumam Chello mengusap tengkuk lehernya kemudian masuk ke kamar mandi.     

Tidak berapa lama kemudian, Chello keluar kamar dengan pakaian yang sudah rapi.     

"Bibi Ratih." sapa Chello sambil duduk di kursi melihat Cahaya yang sedang dalam pangkuan pembantu yang baru.     

"Selamat pagi Tuan Chello, saya datang membawa Made adik saya yang bersedia menjaga Non Cahaya." ucap Bibi Ratih dengan penuh hormat.     

"Ohh...Bibi Made adalah Adik Bibi Ratih? aku senang kalau Bibi Made bisa menjaga Cahaya. Apa Bibi Ratih sudah memberitahu apa saja pekerjaan Bibi Made selain menjaga Cahaya?" tanya Chello yang sudah menjelaskan sebelumnya pada Bibi Ratih.     

"Saya sudah memberitahu semuanya pada Made, saya yakin Made bisa bekerja lebih baik daripada saya." ucap Bibi Ratih sambil menatap Made yang masih bercanda dengan Cahaya, dan Cahaya terlihat sangat senang dalam pangkuan Bibi Made.     

"Bibi Made bisa tinggal di sini mulai hari ini dan menjaga Cahaya." ucap Chello dengan tersenyum merasa lega sudah mendapatkan orang yang bisa menjaga Cahaya di saat dia bekerja.     

"Terima kasih Tuan Chello." ucap Bibi Made seraya menundukkan kepalanya dengan hormat.     

"Sekarang, Bibi Made bisa lihat kamar Bibi. Sekaligus menjaga Cahaya, karena aku akan pergi ke rumah sakit." ucap Chello ingin menemui Dokter yang sudah senior teman Ayahnya yang akan membantunya sementara sebelum Ayahnya datang.     

Dengan patuh Bibi Made masuk ke dalam kamarnya di temani Bibi Ratih.     

"Jessi, aku akan pergi ke rumah sakit dengan Mas Danish. Kamu tunggu di rumah saja ya." ucap Chello bersiap-siap untuk pergi menjemput Danish dulu.     

"Hati-hati Chell." ucap Jessi dengan tersenyum.     

Setelah Chello pergi, Jessi segera masuk ke dalam kamarnya untuk mengetahui kabar Armand yang sejak pagi belum memberi kabar padanya.     

"Aneh, tidak biasanya Armand tidak menghubungiku? biasanya setiap pagi sudah menghubungiku?" ucap Jessi mulai merasa kuatir tidak adanya kabar dari Armand.     

Dengan perasaan cemas Jessi menghubungi Armand, cukup lama Jessi menunggu panggilannya terangkat.     

"Hallo... apa kamu Jessi sayang? ini Ibu." ucap Ibu Armand dengan suara sedih.     

"Ibu? dimana Armand Bu?" tanya Jessi tiba-tiba merasa cemas saat yang menerima panggilannya Ibunya Armand.     

"Armand sekarang di rumah sakit sayang, pagi buta tadi Armand demam tinggi karena lututnya infeksi. Armand masih belum sadar mungkin sebentar lagi baru sadar." ucap Ibunya Armand menjelaskan kondisi Armand.     

Hati Jessi seketika merasa sedih mendengar kondisi Armand yang harus masuk rumah sakit sedangkan dirinya tidak bisa menjaganya.     

"Aku minta maaf, di saat Armand sakit aku tidak ada di sampingnya." ucap Jessi merasa bersalah.     

"Tidak apa-apa sayang, sekarang Armand sudah tidak kesakitan lagi seperti tadi pagi. Jessi... ini Armand baru saja sadar. Sebentar ya sayang." ucap Ibunya Armand saat melihat Armand membuka matanya.     

"Ibu bicara dengan siapa?" tanya Armand dengan suara lemah.     

"Jessi, apa kamu bicara dengan Jessi Mand?" tanya Ibunya dengan tersenyum.     

Armand menganggukkan kepalanya.     

Segera Ibunya Armand memberikan ponselnya pada Armand.     

"Ibu keluar sebentar ya?" ucap Ibunya Armand memberikan ruang agar Armand bisa bebas bicara dengan Jessi.     

Armand menganggukkan kepalanya, kemudian mengalihkan panggilannya menjadi panggilan video.     

"Armand." panggil Jessi dengan kedua matanya yang sudah berlinang airmata.     

Armand tersenyum lemah tidak Ingin menunjukkan rasa sakitnya.     

"Kamu kenapa menangis Jess, aku sudah tidak apa-apa." ucap Armand berusaha untuk duduk bersandar.     

"Maafkan aku Mand, di saat kamu kesakitan aku tidak di dekatmu." ucap Jessi dengan tatapan sedih.     

"Tidak apa-apa, ada Ibu yang menjagaku tadi." ucap Armand masih dengan suara yang lemah.     

"Tetap saja aku minta maaf, seharusnya aku ada di sampingmu di saat kamu sakit." ucap Jessi seraya mengusap airmatanya yang tidak berhenti mengalir.     

"Jangan menangis lagi Jess, aku tidak apa-apa." ucap Armand berusaha menenangkan hati Jessi agar tidak sedih.     

"Bagaimana kamu bisa bilang baik-baik saja kalau kamu kesakitan akhirnya di bawa ke rumah sakit?" ucap Jessi dengan penuh kesedihan.     

"Maksudku, sekarang aku sudah baik-baik saja Jess. Kamu jangan cemas lagi." ucap Armand menenangkan hati Jessi.     

"Aku tidak baik-baik saja kalau kamu masih di rumah sakit. Apa kamu sudah tahu apa penyebabnya sampai kamu kesakitan?" tanya Jessi menatap penuh wajah Armand.     

"Lututku mengalami infeksi Jess, kemunginan aku harus segera ke Singapura agar infeksinya tidak menjalar kemana-mana." ucap Armand dengan tenang tidak ingin membuat Jessi semakin cemas.     

"Ini tidak mungkin, kalau begitu aku harus cepat pulang. Aku tidak bisa membiarkan kamu kenapa-kenapa." ucap Jessi dengan panik.     

"Jangan Jess, kasihan Chello dan Cahaya kalau kamu pulang sebelum waktunya. Aku akan baik-baik saja selama masih di rumah sakit." ucap Armand memberi penjelasan pada Jessi.     

"Aku tidak bisa Mand, aku tidak bisa meninggalkan kamu mengalami sakit sendirian. Aku akan bilang ke Chello kalau aku harus pulang untuk menjagamu." ucap Jessi dengan penuh keyakinan.     

"Jessi, sudah aku bilang aku sudah tidak apa-apa Jess." ucap Armand tiba-tiba berubah pucat saat merasakan sakit pada lututnya lagi.     

"Ibu...Ibu, tolong panggil Dokter." panggil Armand pada ibunya yang sudah datang.     

Hati Jessi menjadi cemas setelah melihat Armand yang kesakitan dan panggilannya berakhir.     

"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Armand? aku harus pulang, aku harus ada di samping Armand saat ini." ucap Jessi keluar dari kamarnya untuk menunggu Chello.     

"Apa Chello kembalinya lama? aku harus menghubungi Chello?" ucap Jessi seraya mengambil ponselnya untuk menghubungi Chello.     

"Hallo... Chello, kamu di mana sekarang?" tanya Jessi dengan panik.     

"Aku masih di rumah sakit, ada apa Jess? kamu terlihat cemas?" tanya Chello dengan serius.     

"Armand... Armand masuk rumah sakit, Armand kesakitan Chell. Aku harus menjaganya. Armand membutuhkan aku Chell." ucap Jessi sambil menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.