THE BELOVED ONE

USAHA CHELLO DAN JESSI



USAHA CHELLO DAN JESSI

3"Aku tidak mau ke rumah sakit lagi Chell." ucap Danish menundukkan wajahnya.     

"Kalau begitu, aku terpaksa meminta pertolongan Ayraa untuk hal ini." ucap Chello menatap penuh wajah Danish.     

"Jangan, aku tidak Ingin membuat Ayraa repot lagi karena aku harus bolak balik ke rumah sakit. Sudah terlalu lama aku membuat Ayraa tidak bisa merasakan kebahagiaan karena sakitku. Aku ingin segera mengakhirinya." ucap Danish dengan tatapan memohon.     

"Maaf Mas Danish, kalau begitu aku tidak bisa memenuhi keinginan Mas Danish. Aku tidak mau Mas Danish putus asa seperti ini." ucap Chello dengan suara pelan tapi tegas.     

"Chello, kenapa kamu tidak bisa mengerti aku? aku kasihan Ayraa jika terus seperti ini? Ayraa membutuhkan kebahagiaan, bukan penderitaan seperti ini? sampai kapan hidup Ayraa menghabiskan waktunya hanya merawatku? belum lagi merawat anak-anak? apa kamu tega melihat Ayraa menderita seperti ini terus?" ucap Danish dengan tatapan penuh.     

"Tapi Mas? Ayraa bahagia hidup dengan Mas Danish? kalau Mas Danish sehat, maka hidup Mas Danish akan lebih lama lagi. Pola makan dan pola hidup Mas Danish akan aku atur lagi agar organ vital Mas Danish tetap bagus." ucap Chello berusaha meyakinkan Danish.     

"Tapi Chello, hal ini pasti akan merepotkan Ayraa. Ayraa sebentar lagi melahirkan aku tidak ingin Ayraa kenapa-kenapa." ucap Danish masih keras kepala karena tidak ingin membuat Ayraa semakin menderita.     

"Kalau Mas Danish, tidak ingin membuat Ayraa lelah. Biar aku yang menjaga Mas Danish saat di rumah sakit nanti. Aku tidak keberatan menjaga Mas Danish, yang penting Mas Danish bisa sehat kembali." ucap Chello dengan pasti.     

"Chello? apa yang kamu lakukan? kamu punya kehidupan sendiri? kenapa kamu mengorbankan hidupmu karena aku. orang yang telah merebut Ayraa dari kamu?" ucap Danish dengan perasaan haru.     

"Mas Danish, aku ingin Ayraa bahagia. Dan kebahagiaan Ayraa adalah Mas Danish. Biarkan aku membantu Mas Danish untuk sehat. Bukannya sekarang aku Dokter pribadi Mas Danish?" ucap Chello dengan serius.     

Danish terdiam, tidak bisa berkata apa-apa selain menatap Chello dengan perasaan kagum dan semakin yakin kalau Chello laki-laki yang baik untuk Ayraa dan anak-anaknya.     

"Bagaimana Mas? Mas Danish setuju kan? dengan rencanaku ini? kalau Mas Danish setuju. Besok kita bisa memulainya." ucap Chello dengan hati yang sangat yakin semua manusia mempunyai takdirnya. Chello hanya berusaha membahagiakan wanita yang di cintainya agar bisa hidup dengan Danish lebih lama lagi.     

"Chello, kamu sangat perduli dengan hidupku dan hidup Ayraa agar bahagia. Tapi bagaimana dengan hidup kamu sendiri? apa kamu bahagia? pasti tidak, kamu akan terluka melihat kita berdua Chello?" ucap Danish merasa bersalah.     

"Jangan pikirkan hidupku Mas, aku baik-baik saja. Aku sudah siap dengan resikonya. jangan mencemaskan aku. Mas Danish hanya pikirkan kebahagiaan Ayraa dan anak-anak saja." ucap Chello menggenggam tangan Danish dengan hangat.     

"Terima kasih Chell, aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa padamu. Lalu bagaimana kamu bisa mengatur waktu kamu dengan menjalankan semua janjimu padaku?" tanya Danish menyerahkan semuanya pada Chello.     

"Mas Danish tenang saja, aku hanya membutuhkan seorang pembantu untuk menjaga Cahaya." ucap Chello sambil berpikir untuk mengatur waktunya di saat Jessi pulang ke Bandung.     

"Aku akan meminta Bibi Ratih untuk mencarikan pembantu buat Cahaya. Kamu tidak perlu mencarinya lagi." ucap Danish Ingin membantu Chello juga.     

"Mas Danish." panggil Chello mengangkat wajahnya menatap wajah Danish yang terlihat tirus.     

"Ada apa Chell?" tanya Danish kembali serius.     

"Mas Danish harus mengatakan tentang rencanaku tadi pada Ayraa. Kalau aku menjadi Dokter pribadi Mas Danish mulai sekarang." ucap Chello tidak Ingin ada salah paham lagi dengan Ayraa.     

"Tentu, aku pasti akan menceritakan semuanya pada di Ayraa." ucap Danish dengan tersenyum.     

***     

Di dapur Ayraa tidak menyadari kalau Jessi berdiri di pintu sedang menatapnya cukup lama.     

"Ayraa, boleh aku masuk?" panggil Jessi dengan suara pelan.     

Ayraa menoleh seketika, sedikit terkejut namun kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.     

"Masuklah, tidak ada yang melarangmu masuk. Di mana anakmu?" tanya Ayraa tanpa memperhatikan Jessi yang sudah duduk di kursi.     

"Ohh... Cahaya aku tidurkan di kamar Bibi Ratih." sahut Jessi sambil menghela nafas panjang sedikit canggung harus memulai darimana untuk meminta maaf pada Ayraa.     

"Ayraa, bisa kita bicara sebentar?" ucap Jessi memberanikan diri.     

Ayraa terdiam sejenak, kemudian menatap Jessi dengan tatapan rumit.     

"Mau bicara tentang apa?" tanya Ayraa seraya mematikan api yang menyala.     

"Tentang apa yang telah aku lakukan padamu." ucap Jessi menatap penuh wajah Ayraa yang sudah duduk di hadapannya.     

"Hem... bicaralah aku akan mendengarnya." ucap Ayraa berusaha menenangkan hatinya.     

"Aku minta maaf padamu, tentang apa yang telah aku lakukan padamu. Aku tahu, apa yang aku katakan waktu itu sangat menyakiti hati kamu. Tolong maafkan aku." ucap Jessi dengan tatapan memohon.     

Ayraa menghela nafas panjang tidak tahu harus memaafkan atau tidak.     

"Kamu tidak perlu minta maaf, bukankah kamu sudah menikah dengan Chello. Jadi buat apa aku marah. Aku dan Chello adalah sahabat tidak lebih. Kalau Chello mengatakan hal seperti itu biarkan saja." ucap Ayraa merasakan hatinya sakit kembali.     

"Tidak Ayraa, Chello tidak pernah mengatakan hal seperti itu. Kamu adalah sahabat terbaiknya Chello, semua itu hanya karanganku saja. Tolong jangan marah sama Chello, aku yang salah di sini hingga membuat kamu salah paham." ucap Jessi seraya menggenggam tangan Ayraa.     

"Aku tidak marah, kenapa aku harus marah. Lupakan saja, aku sudah tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Chello. Kita sudah punya kehidupan sendiri-sendiri." ucap Ayraa menahan rasa kecewa yang begitu dalam.     

"Tidak Ayraa, kamu jangan mengatakan hal itu. Chello sangat perduli padamu, pada Mas Danish, semua yang di lakukan Chello hanya demi kamu, agar kamu bahagia." ucap Jessi bersungguh-sungguh.     

"Apa maksud dengan ucapanmu Jessi? aku tak mengerti?" tanya Ayraa dengan tatapan tak percaya mendengar semua ucapan Jessi.     

"Maksudku, Chello masih menganggap kamu sebagai sahabatnya. Chello tidak pernah mengatakan padamu tentang hal yang tidak-tidak." ucap Jessi hampir saja ketahuan tentang perasaannya Chello.     

Ayraa mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Jessi mencari kejujuran di sana.     

"Tapi Chello tidak pernah membantah apa yang aku ucapkan. Kalau memang hal itu tidak benar seharusnya Chello bisa membantahnya kan?" ucap Ayraa dengan tatapan kesal sudah mulai membuka diri pada Jessi.     

"Aku tidak tahu mengenai hal itu, yang aku tahu Chello benar-benar sayang padamu. Bagi Chello kamu sangat berarti." ucap Jessi dengan serius.     

"Entahlah, aku harus percaya atau tidak. Aku tidak tahu apa Chelo masih menganggap aku sebagai sahabat atau tidak." ucap Ayraa bangun dari duduknya melanjutkan pekerjaannya.     

"Jadi, apa kamu mau memaafkan aku Ayraa? aku berharap aku bisa berteman baik denganmu." ucap Jessi mendekati Ayraa yang sedang menyiapkan makanan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.