My Husband from My First Love

perasaan aneh untuknya



perasaan aneh untuknya

0Setelah meninggalkan club' itu Daffin pun masuk ke dalam mobil dan dia pun duduk tepat disamping pak Rusyadi.     

Pak Rusyadi tersenyum dan dia merasa sangat berterima kasih kepada Daffin yang sudah menolongnya saat ini.     

"Pak Daffin, terima kasih karena sudah menolong saya dan juga keluarga saya, Saya minta maaf atas sikap saya sebelumnya karena saya, saya melakukan itu dengan terpaksa," ucap Rusyadi. Dia menatap kearah Daffin dan merasa sangat bersalah kepadanya.     

Daffin tersenyum dan dia pun menganggukkan kepalanya.     

"Saya mengerti kekhawatiran Anda pak Rus, karena saya juga memiliki orang-orang yang sangat berharga di hidup saya. Jadi saya harap pak Rus berhenti mengatakan itu kepada saya," ucap Daffin.     

"Terima kasih pak Daffin, tanpa anda. Mungkin saya sudah dipermainkan oleh si rubah tua licik itu. Itulah kenapa saya tidak pernah menyukainya. Di dalam perusahaan, saya selalu tidak mendapat keadilan dari dia dan gaya kepemimpinannya itu, tidak pernah benar. Saat krisis di perusahaan tiga tahun yang lalu, dia rela menjual putranya demi uang. Hhhmmm … saya sangat kasihan dengan putranya, dia harus merelakan kebahagiaannya demi ambisi dan kerakusan ayahnya sendiri," ucap Rusyadi. Dia mengusap dadanya saat mengingat itu semua.     

Daffin langsung terbatuk kecil dan dia tidak mau mendengar itu semua.     

Karena jika bukan kejadian itu, mungkin dia tidak akan pernah bisa bertemu dengan Sinta.     

"Uhukk … itu kejadian masa lalu dan sepertinya akan sangat tidak pantas jika kita membicarakannya lagi," ucap Daffin. Dia langsung memalingkan wajahnya dan enggan melanjutkan pembicaraan itu lagi.     

Setelah itu, mereka berdua pun tidak bicara apapun lagi.     

Hingga tidak lama kemudian mereka pun sampai di rumah tempat dimana keluarganya Rusyadi saat ini menunggunya datang.     

Mobil pun berhenti dan keduanya pun segera turun.     

Daffin berjalan terlebih dahulu dan Rusyadi pun mengikutinya dari belakang.     

***     

Di dalam rumah.     

Rossa, Rossi dan ibunya sedang duduk di ruang tamu rumah itu.     

Di depan mereka ada Arya yang masih sibuk menatap layar tab yang berisikan banyak pekerjaan yang Daffin berikan padanya.     

Disisinya ada Nick yang masih terlihat murung dan sibuk dengan pikirannya sendiri.     

Rossa menatap wajah Nick yang sangat tampan dan semakin dia melihatnya, perasaan Rossa terasa berbeda. Dia seperti merasa ingin mengenal Nick lebih dekat lagi.     

Namun, saat Rossa yang sibuk menatap wajah tampan Nick yang sedang melamun.     

Tiba-tiba terkejut saat mendengar suara ayahnya datang.     

Rossa pun langsung tersentak dan dia pun langsung tersadar dari lamunannya.     

"Papa!" Ucap Rossi dan dia pun langsung menarik tangan Rossa.     

"Kak, ada suara papa! Itu pasti papa, ya kan kak?" Tanya Rossi. Dia tersenyum cerah dan langsung bangun dari tempat duduknya.     

Rossa mendesah pelan dan dia tersenyum kearah adiknya. Namun matanya, dia masih melirik kearah Nick dan bergumam didalam hatinya sendiri.     

"Kenapa aku tidak bisa melepaskan kamu? Aku ini kenapa? Kenapa aku ingin sekali bisa dekat dengan kamu, tapi sepertinya akan sangat sulit jika aku bisa mendekati kamu," ucap Rossa. Dia menatap Nick sejenak dan kembali menatap kearah adiknya kembali.     

Dari luar, Rusyadi pun masuk bersama Daffin.     

Dia tersenyum bahagia saat melihat anak dan istrinya terlihat baik-baik saja walaupun melihat kedua putrinya terlihat sudah berantakan karena pakaian mereka ada sobekan yang membuat Rusyadi menjadi merasa sangat sedih.     

"Putriku. Kenapa kalian seperti ini? Apakah mereka menyakiti kalian?" Ucap Rusyadi. Dia memeluk kedua putrinya dan juga istrinya.     

"Kami baik-baik saja pa, mereka hampir menodai kami, tapi untungnya Tuhan masih melindungi kami karena mereka berdua datang untuk menyelamatkan kami," ucap Rossa. Dia langsung menunjuk kearah Nick dan juga Arya.     

Nick yang sedang melamun langsung terkejut dan dia tersenyum dengan terpaksa. Sedangkan Arya, hanya mengangguk dan tersenyum seperti biasanya.     

Rusyadi merasa senang dan dia pun mengucapkan terima kasih kepada keduanya.     

"Terima kasih karena sudah menyelamatkan keluarga saya dan saya juga sangat berterima kasih kepada pak Daffin. Tanpa Anda mungkin kedua putri saya, hiks … hiks, pasti sudah mereka nodai. Terima kasih pak Daffin, terima kasih!" Ucap Rusyadi, dia melepaskan pelukannya dan dia meraih tangan Daffin dan menggenggamnya dengan erat.     

Daffin tersenyum dan dia membalas genggaman itu.     

"Tidak perlu berterima kasih, bukankah tadi saya sudah mengatakan jangan mengucapkan ini semua dan lebih baik, bapak segera pulang karena kedua putri anda dan juga istri anda terlihat kurang baik," ucap Daffin. Dia melihat kearah keluarganya Rusyadi dan saat melihat mereka, Daffin tiba-tiba mengingat Sinta saat pertama kali bertemu dengannya. Daffin tersenyum sendiri karena dia langsung menyukai Sinta apalagi mengingat pertemuan anehnya yang membuatnya harus terjebak dalam perasaan cinta yang sudah lama hilang dari hatinya.     

Saat Daffin mengingat itu semua. Tiba-tiba dia merasa sangat terkejut saat pak Rusyadi berbicara lagi dengannya.     

"Pak Daffin. Tentang pengalihan saham itu. Saya sudah siap dan kapan pun yang Anda inginkan, saya akan melakukannya," ucap Rusyadi. Dia pun tersenyum dan melepaskan tangan Daffin.     

Daffin pun tersentak dan dia pun tersenyum kearah pak Rusyadi.     

"Oke, tiga hari lagi saya kembali dan kita akan menyelesaikan semuanya. Karena besok saya harus pergi, jadi kita tunda dulu sampai saya kembali lagi," ucap Daffin. Dia menepuk bahu pak Rusyadi dan melanjutkan ucapannya, "Baiklah, karena semuanya telah selesai, anda bisa kembali sekarang juga. Nanti supir saya yang mengantar kalian sampai rumah," ucap Daffin.     

Rusyadi pun menganggukkan kepalanya dan dia pun melihat kearah istri dan juga kedua putrinya.     

Dia mengajak mereka pergi dan ketiganya langsung setuju.     

Mereka pun pamit pulang dan sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Arya, Nick dan juga Daffin.     

Rossa merasa enggan meninggalkan rumah itu karena dia masih sangat penasaran dengan Nick.     

Hingga saat dia bersalaman dengan Nick.     

"Nick, terima kasih karena sudah menyelamatkan kami, aku merasa memilikinya hutang Budi sama kamu. Jadi, bisakah aku mengajak kamu untuk makan malam di rumah aku atau aku mentraktir kamu untuk makan di luar?" Ucap Rossa, dia menatap Nick dengan tatapan penuh harapan.     

Nick tersenyum dan menganggukkan kepalanya.     

"Boleh, tapi tidak sekarang. Aku masih sangat sibuk dan terima kasih atas ajakannya. Aku merasa sangat tersanjung sekali karena diajak oleh kamu," ucap Nick. Dia tersenyum namun didalam hatinya masih sangat gelisah.     

Rossa menundukkan kepalanya dan wajahnya memerah karena malu.     

Daffin melihat itu semua dan hanya bisa mendesah pelan. Karena melihat Rossa yang terlihat malu-malu seperti itu, telah mengingatkan dirinya terhadap istri tersayangnya yang tidak lain adalah Sinta.     

"Hhmm … aku merindukan kamu sayang, sepertinya aku harus segera kembali dan memeluk kamu dengan erat. Euhhmm … aku benar-benar sangat merindukan kamu sayang," ucap Daffin dengan nada pelan. Dia langsung mengambil ponselnya dan melihat jam disana.     

Daffin merasa terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan dia sudah sangat terlambat.     

Setelah bicara sebentar, Rossa pun pamit pergi bersama dengan keluarganya yang lain.     

Setelah Rusyadi dan keluarganya pergi, Daffin juga ingin pulang.     

Namun, Nick langsung memanggilnya dengan suara keras.     

"Daff, tunggu sebentar!" Teriak Nick. Dia sudah tidak bisa menahan hatinya untuk memendam masalahnya itu lebih lama lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.