My Husband from My First Love

pria Dingin berubah menjadi Nakal (part 1)



pria Dingin berubah menjadi Nakal (part 1)

2Di dalam mobil.     

Daffin duduk santai sambil memandang layar tab berukuran 10 inci.     

Dia menatapnya dengan serius.     

Nick yang duduk disebelahnya pun langsung mendekatinya dan tiba-tiba menyandaekan kepalanya di bahu Daffin.     

Daffin langsung terkejut dan hampir saja melompat dari tempat duduknya bahkan Tab yang ada ditangannya hampir saja jatuh.     

"Sial! Kamu … apa yang kamu lakukan Nick!" Umpat Daffin, dia berteriak marah.     

Nick tertawa keras, dia berhasil membuat Daffin terlihat panik.     

"Hahahhaha … mas Daffin sayang, kamu kenapa terkejut seperti ini, ayolah sayang!" Ucap Nick, dia tertawa sambil menirukan suara wanita. Lebih tepatnya seperti banci kaleng.     

Marco langsung mengusap dadanya. Selain terkejut karena mendengar suara Daffin, dia pun merasa semakin jijik dengan tingkah Nick. Marco merasa menggigil diseluruh tubuhnya karena Nick terlihat benar-benar seperti pria yang memiliki kelainan seksual.     

"Shit! Pria ini sangat berbahaya. Bos yang mengerikan seperti itu saja, dia masih berani mengganggunya. Apalagi kalau nanti itu adalah aku, oh tidak! Aku pria normal. Aku tidak mau dengan pria semacam itu!" Ucap Marco didalam hatinya. Dia mengusap dadanya secara terus menerus sambil menatap kearah depan. Karena Marco sedang menyetir.     

Daffin mendorong tubuh Nick agar dia menjauhi dirinya.     

"Sial! Kamu kenapa sangat menggelikan Nick. Astaga! Jangan katakan jika kamu terlalu frustasi karena Wilma tidak memberikan kamu pelukan hangat ya! Ckckck … jadi kamu ingin dipeluk oleh ku, Nick?!" Ucap Daffin, dia tertawa sambil menutup mulutnya.     

Daffin mengulurkan tangannya dan dia ingin membalas Nick yang tadi sudah menggodanya terlebih dulu.     

"Hei Daff! Apa yang mau kamu lakukan? Sial! Aku hanya bercanda Daff, kamu … kamu mau apa?!" Ucap Nick, dia langsung merasa panik dan segera mundur menjauhi Daffin.     

Daffin tertawa dan dia masih mau menggoda Nick dengan memeluk tubuhnya.     

"Arrrgghh … Daffin, aku bunuh kamu kalau kamu maju satu langkah lagi!" Teriak Nick, dia merasa sangat geli dan juga jijik.     

Daffin berhenti dan dia tertawa sangat keras.     

"Hahahaha … rasakan itu! Makanya jangan menggoda aku lagi!" Ucap Daffin, dia kembali ke tempat duduknya seperti semula lagi.     

"Sial! Kamu tadi terlihat seperti pria mesum. Aku sampai merasa jika kamu terlihat penuh hasrat kepadaku. Hahahhaha … Daff, kamu masih normal kan?" Ucap Nick, dia kembali duduk ditempatnya dan merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan.     

Daffin memutar matanya dan melihat kearah Nick.     

"Aku masih sangat normal, aku sudah menikah dan aku ini pria sejati. Kamu bisa tanyakan istriku nanti," ucap Daffin dengan nada ketus.     

Nick tertawa keras dan masih saja ingin menggoda Daffin.     

"Aku tidak percaya. Mungkin saja kamu hanya berpura-pura dan sebenarnya istri kamu tidak puas dengan gaya kamu saat bercinta, hehehehe," Nick terkekeh sendiri.     

Daffin melirik kearah Nick dengan tatapan kesalnya.     

"Sial! Jadi kamu meragukan aku? Baiklah, kamu bisa tanyakan istriku. Bagaimana aku yang sebenarnya," ucap Daffin. Dia tersenyum dengan penuh kebanggaan.     

Nick mengangguk setuju dan dia akan ikut dengan Daffin.     

"Baiklah, aku akan ikut denganku kamu Daff. Kamu masih tinggal di rumah kakek kan?" Tanya Nick, karena dia pikir jika Daffin tidak akan meninggalkan kakeknya.     

"Tidak, aku membeli rumah sendiri. Aku tidak menyukai kakek tua itu. Dia selalu merebut istriku dan membuat istriku lebih menyayanginya daripada aku. Huhh … aku sangat tidak menyukainya," umpat Daffin, dia merasa sangat kesal jika mengingat tingkah kakeknya yang selalu merebut perhatian Sinta darinya.     

Nick menahan tawanya, dia merasa semakin penasaran tentang sosok istri Daffin yang bisa membuat Daffin dan kakeknya saling berebut perhatiannya.     

Nick tidak menjawab apapun lagi.     

Mereka pun duduk santai di tempatnya masing-masing, hingga mereka pun sampai di rumah Daffin saat ini.     

***     

Di dalam rumah.     

Sinta sedang sibuk memasak untuk menyiapkan makan malam istimewa. Tentunya khusus untuk Daffin, suami tersayangnya.     

Kakek Wijaya datang ke dapur karena mencium aroma lezat dari masakan Sinta.     

"Hhhmm … harus sekali, kamu masak apa Sinta?" Tanya kakek Wijaya dan dia mendekati Sinta yang berada didepan kompor dan sibuk mengaduk-aduk masakannya.     

"Ehh … kakek! Sejak kapan kakek ada disini?" Tanya Sinta, dia menoleh dan tersenyum kearah kakek Wijaya.     

"Baru saja Sinta, kamu terkejut ya Sinta?" Tanya kakek Wijaya.     

"Hehehe … iya kakek, aku sangat terkejut. Kakek tiba-tiba datang dan langkah kaki kakek tidak terdengar sama sekali," ucap Sinta, dia mematikan kompornya karena masakannya sudah matang.     

Terdengar suara mobil dari arah halaman depan rumahnya.     

Sinta tersenyum dan dia langsung melepaskan celemek dan menatap kearah kakek Wijaya.     

"Kakek, w     

Sepertinya itu mas Daffin," ucap Sinta. Dia merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan dan dia berjalan keluar sambil membawa piring yang berisi makanan menuju meja makan. Di bantu oleh ART dan juga kakek Wijaya.     

Daffin dan Nick pun berjalan masuk dan Marco pamit untuk pergi terlebih dahulu. Dia harus kembali ke perusahaan dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertinggal disana.     

Setelah Marco pergi, Nick dan Daffin pun masuk.     

Saat mereka baru masuk.     

Sinta datang untuk menyambut kedatangan Daffin.     

"Sayang!" Ucap Sinta, dia langsung mendekati Daffin dan memeluknya. Sinta tidak mengetahui jika dibelakang Daffin ada orang lain yang mengikutinya hari ini. Karena setahu Sinta, Daffin selalu pulang sendiri dan tidak membawa orang lain selain Marco.     

Daffin membalas pelukan Sinta dan mengecup keningnya.     

"Sayang, aku minta maaf karena pulangnya sedikit terlambat. Kamu tidak marah kan?" Ucap Daffin, dia bersikap sangat lembut dan Nick langsung merasa terkejut.     

Daffin yang pemarah dan dingin terhadap wanita. Begitu lembut bahkan dia mau mengucapkan kata maaf pada istrinya.     

Sinta tersenyum dan mencium pipi Daffin.     

"Tidak apa-apa sayang, kenapa aku harus marah. Asalkan kamu baik-baik saja, aku sudah merasa tenang," Sinta, dia menyentuh pipi Daffin dan mengusapnya dengan lembut.     

"Terima kasih ya sayang!" Jawab Daffin. Dia mengusap lembut tangan Sinta dan melupakan Nick yang sedang menonton kemesraan mereka berdua.     

"Sayang, kakek tidak menyulitkan kamu kan? Kakek tidak macam-macam sama kamu kan? Kakek …." Daffin membom banyak pertanyaan kepada Sinta dan semua seputar tentang kakek Wijaya.     

Sinta tertawa dan menutup mulut Daffin dengan telunjuknya agar dia berhenti bicara.     

"Kakek tidak menyulitkan aku, kakek tidak manja seperti kamu sayang. Sudahlah sayang. Jangan cemburu lagi. Hehehehe … bukankah kamu tahu, kalau orang yang aku rindukan adalah kamu," ucap Sinta. Wajahnya memerah karena malu. Dia menunduk dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya.     

Daffin tertawa karena dia sangat menyukai Sinta yang sedang terlihat malu-malu.     

"Hahahaha … kamu sangat menggemaskan sayang, aku ingin mencium kamu. Mana sini! Aku mau mencium kamu!" Ucap Daffin. Bibirnya menyambar dan hendak mencium bibir Sinta. Namun sebelum sampai, terdengar seseorang yang berdehem dari belakangnya.     

Daffin dan Sinta melihat kearah suara itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.