My Husband from My First Love

aku tidak ingin bertemu.



aku tidak ingin bertemu.

0di dalam taksi.     

Sinta menitikkan air matanya kembali, dia merasa dadanya sangat sesak dan butuh luapan emosi dan mungkin dengan menangis, dia bisa mengurangi rasa sesak dihatinya.     

memikirkan nasibnya yang sangat buruk dan yang dia inginkan hanyalah hidup tenang seperti sebelum bertemu kedua pria kaya yang mengubah kehidupannya dan juga perasaannya.     

"ya Tuhan, aku hanya ingin hidup tenang bersama nenek, aku sudah lelah dengan semua ini ya tuhan! aku ingin sekali mengakhiri semua ini," ucap Sinta didalam hatinya, dia pun menangis sejadi-jadinya.     

supir taksi menoleh ke belakang dan bertanya "mbak, kita mau kemana?"     

Sinta terkejut dan dia bingung mau pergi kemana, dia tidak mau melihat Daffin dulu, yang Sinta inginkan adalah membutuhkan waktu sendiri.     

berfikir untuk ke rumah sakit, pasti Daffin akan menyusulnya.     

Sinta mengingat jika dia sedang bersedih dia selalu datang ke taman itu.     

Sinta akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman itu saja.     

"pak, ke taman jalan xxx ... ya!"     

supir taksi pun mengangguk dan mobilnya menuju tempat yang Sinta katakan tadi.     

Sinta menatap keluar jendela dan melihat ada mobil yang dia kenal, mobil yang dahulu sering penuh kenangan dirinya bersama Jeffery.     

Sinta melihat ada bayangan Jeffery yang sedang menyetir dan disebelahnya ada wanita yang dia sangat kenal, siapa lagi kalau bukan calon tunangan Jeffery yaitu Amanda Smith.     

sekali lagi, hati Sinta kembali tersakiti.     

dia tersenyum samar dan air mata pun kembali menetes.     

hari ini, dia melihat dua pria yang singgah didalam hidupnya bersama wanita lain dan keduanya tidak ada yang tulus mencintainya.     

Sinta menutup matanya sejenak dan membukanya kembali, hatinya sangat sakit dan semua kepercayaan untuk kedua pria itu hilang sudah, cinta yang Sinta miliki hancur, awalnya dia mulai menyukai Daffin dan sedikit demi sedikit dia membuka hatinya untuk Daffin tapi setelah melihat kejadian hari ini dan mengingat perkataan orang tentangnya, memanglah benar, dia hanya orang miskin dan lebih pantas sebagai pelayan Daffin bukan sebagai pendamping yang bersanding disampingnya yang menyandang gelar istri sah nya.     

Sinta mengusap dadanya berkali-kali dan berusaha menyemangati dirinya sendiri.     

"Sinta, jangan mengharapkan lebih dari dua pria kaya semacam mereka, mereka pria yang sempurna dan kamu hanya itik buruk rupa yang harus sadar dengan posisi kamu, ayolah Sinta! kamu harus tetap semangat, buang rasa cinta yang kamu miliki karena saat ini lebih baik kamu fokus ke kesehatan nenek kamu, ingat nenek kamu Sinta!" ucap Sinta didalam hatinya dan setelah mengatakan itu, dirinya jauh lebih baik.     

Sinta Menghapus air matanya dan mencoba menenangkan hatinya, dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya setelah itu perasaan sesak sekarang jauh lebih baik.     

Tidak lama kemudian, taksi itu pun berhenti dan Sinta pun akhirnya sampai di taman itu. Sinta membayar uang ongkosnya dan keluar dari dalam taksi itu.     

Sinta berjalan masuk ke dalam taman itu dan duduk di sana, kebetulan ada beberapa orang juga yang sedang duduk disana.     

Sinta hanya memandang mereka yang sedang tersenyum bahagia, ada rasa iri yang mengalir didalam hatinya, dia ingin seperti mereka bisa tertawa bebas tanpa beban berat yang menghimpit hatinya.     

Sinta menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi itu, dia menatap keatas langit biru yang cerah dan dia langsung menutup matanya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.     

Sinta mengistirahatkan hati dan pikirannya dan mencoba untuk melupakan semuanya, semua masalah yang banyak dia alami akhir-akhir ini.     

sementara itu.     

Daffin yang sudah menyalakan mobilnya dia pun pergi mencari Sinta, karena kehilangan jejaknya Daffin berteriak marah dan memukul stir yang ada tepat didepannya.     

"arrghhh ... sialan! kenapa aku bis kehilangan jejaknya, bodoh kamu Daffin kamu memang bodoh, arrghhh ...," umpat Daffin dan dia kembali mengacak-acak rambutnya.     

pikirannya sudah sangat kacau, karena bayangan Sinta akan pergi meninggalkan kini datang kembali.     

"tidak! tidak mungkin, Sinta tidak akan meninggalkan aku, tidak akan!" ucap Daffin yang terus meyakinkan dirinya.     

tiba-tiba ponsel Daffin berbunyi dan dia mengira jika itu adalah Sinta.     

Daffin tersenyum dan mengambil ponsel itu, saat dia melihat nama ID nya adalah 'kakek' tubuh Daffin langsung merasa lemas.     

menekan tombol 'ok' dan Daffin memulai panggilannya.     

"hallo, kakek!"     

kakek Wijaya meraung marah dan berteriak "daff, kamu memang brengsek, apa yang kamu lakukan tadi di kantor? sialan kamu Daff, berani-beraninya kamu menyakiti Sinta! sekarang dimana Sinta? bawa dia kemari, kakek akan membawa Sinta dan tidak akan mengizinkan kamu untuk menyentuhnya lagi!"     

Daffin menghela nafas panjang dan menjawab "aku tidak tahu dimana Sinta sekarang kakek! kakek tolong bantu aku mencari Sinta, aku mohon kakek!"     

"apa? Sinta pergi? kamu memang brengsek daff, awas saja jika terjadi sesuatu dengannya, kamu akan tahu akibatnya daff!" teriak kakek Wijaya, dia langsung menutup panggilannya.     

kakek Wijaya menyuruh semua anak buahnya untuk mencari Sinta.     

"cari cucu menantu saya dan dapatkan dia dalam keadaan utuh, jika ada satu goresan yang melukai tubuhnya, saya tidak segan-segan membunuh kalian!" teriak kakek Wijaya dengan penuh amarah, dia sangat khawatir jika Sinta melakukan hal- hal bodoh yang menyakiti dirinya.     

apalagi Sinta dalam keadaan putus asa, kakek Wijaya takut Sinta benar-benar melakukannya.     

pak Herman datang dan memberi laporan karena dia tadi mengecek rumah sakit tempat neneknya dirawat dan ternyata Sinta tidak ada disana.     

kakek Wijaya semakin panik dan berkata "apa? Sinta tidak ada disana? ahhh ... sialan, aku susah payah bisa mendapatkannya dan sekarang dia pergi lagi, sialan! semua gara-gara si daff brengsek itu, awas kamu Daff!" umpat kakek Wijaya, karena dia terlalu marah membuat nafasnya terasa sesak.     

"ahhh, Herman bantu saya!"     

pak Herman langsung membantu kakek Wijaya untuk duduk dan memberikannya minum.     

setelah nafasnya kembali normal Karo Wijaya menyuruh pak Herman untuk mencarinya kembali.     

Mendapat perintah dari bos besarnya dengan patuhnya pak Herman pun pergi meninggalkan kakek Wijaya yang masih duduk sambil mengatur nafasnya sendiri.     

dia bergumam sendiri "mudah-mudahan Sinta bisa ditemukan, jika dia tidak bisa ditemukan aku benar-benar akan menyalahkan diri aku sendiri karena tidak bisa menjaga kamu Sinta!" ucap kakek Wijaya sambil meminum kembali satu gelas air putih.     

Di dalam mobil, Daffin juga sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari Sinta dan Daffin masih terus menyusuri jalan dan setiap tempat yang Sinta sering datangi.     

hingga Daffin mengingat satu tempat yang belum dia datangi yaitu taman.     

Daffin mengingat taman itu, taman dimana Sinta bertemu dengan Jeffery.     

Daffin langsung menginjak pedal gas dan mobil itu pun melaju cepat menuju taman itu.     

Daffin berdoa semoga Sinta benar-benar ada disana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.